INDONEWS.ID

  • Minggu, 09/05/2021 21:59 WIB
  • Ngatawi Al-Zastrow: Orang Bisa Radikal Karena Hatinya Mati

  • Oleh :
    • very
Ngatawi Al-Zastrow: Orang Bisa Radikal Karena Hatinya Mati
Ngatawi Al-Zastro pada acara ngabuburit bersama Badan Kebudayaan Nasional Pusat PDI Perjuangan dengan tema "Dakwah Sunan Bonang; Menata Hati Menata Kehidupan, pada hari Minggu (9/5/2021) Pukul 17.00 WIB. (Foto: ist)

Jakarta, INDONEWS.ID – Hati adalah sebuah anugerah Tuhan. Dengan adanya hati kita dapat merasakan di luar dari panca indra kita. Hati mengajarkan orang untuk bertindak-tanduk baik dalam kehidupan, hati pun mengarahkan kehidupan ini untuk menciptakan suasana yang harmonis sebagai makhluk sosial.

Hati pun bagaikan seputih embun yang memberi kesejukan dan menundukkan amarah dikala manusia menggunakan akal pikiran dalam menjawab kegelisahan hidup.

Baca juga : Dalam Diskusi Publik BULIR.ID: Narasumber Beberkan Kriteria Pemimpin Baru Menuju NTT Bermartabat 5 Tahun ke Depan

Oleh karena pentingnya hati, semua generasi bangsa diminta agar pandai menata hati sehingga hidupnya menjadi tenang. Menata hati bukan perkara yang mudah, tetapi jika berhasil melakukannya maka hidupnya akan menjadi tenang, bekerja menjadi ikhlas, dan hidupnya barokah serta indah. Lantaran hati berfungsi sebagai sebuah sistem yang akan menentukan baik buruknya kehidupan.

Hal tersebut dipesankan oleh seorang budayawan Ngatawi Al-Zastro pada acara ngabuburit bersama Badan Kebudayaan Nasional Pusat PDI Perjuangan dengan tema "Dakwah Sunan Bonang; Menata Hati Menata Kehidupan, pada hari Minggu (9/5/2021) Pukul 17.00 WIB.

Baca juga : BNPP Persiapkan Provinsi Kalbar Jadi Lokasi Pencanangan Gerbangdutas ke-12

“Saat ini menata hati bukan masalah yang mudah. Jika mensyukuri apa yang dianugerahkan Allah Swt, pekerjaan dijalankan dengan ikhlas, maka hidup akan tenang. Hati disini, substansinya adalah sebagai motor, penggerak, dinamisator, evaluator, itu adalah hati kita," ujar Zastrow melalui siaran pers BKNP PDI Perjuangan di Jakarta.

Zastrow menuturkan bahwa dakwah yang penting adalah dakwah yang mampu mengajak para pendengarnya untuk sama-sama menata hati, sebagaimana halnya dakwah yang dilakukan Sunan Bonang.

Baca juga : Pos Turiscain Satgas Pamtas RI-RDTL Bagikan Sayur Mayur ke Warga Perbatasan

Sebagaimana kita tahu bagaimana saat ini banyak sekali tarekat-tarekat yang membantu manusia dalam membersihkan dan menata hati. Begitu juga dengan Sunan Bonang. Pendekatan spiritual yang dikemas lewat seni dan budaya sudah banyak terabadikan dalam karyanya.

"Strategi yang dipakai oleh Sunan Bonang dalam berdakwah adalah melalui lagu riyadhoh, lagu spiritual dengan pendekatan tasawuf. Maka buku-buku yang ditulis oleh Sunan Bonang intinya banyak yang berbicara tentang tasawuf, tentang menata hati,” lanjut Zastrow

Salah satu buku yang ditulis oleh Sunan Bonang terkait upayanya dalam menata hati masyarakat, yaitu buku Suluk Wuragil. Suluk Wuragil ini adalah suluk guidance untuk menghidupkan hati manusia supaya kehidupan di dunia bisa tertata dengan baik.

Zastrow memperinci poin-poin penting yang diajarkan oleh Sunan Bonang dalam bukunya tersebut. Dia mengatakan dalam menata hati ada 4 hal penting yang di isikan dalam suluk Wuragil Sunan Bonang.

Pertama, manusia itu harus sering bermuhasabah, berkaca dengan dirinya sendiri, melakukan intropeksi diri. Zastrow mengajak kita semua untuk sama-sama menjenguk hati kita masing-masing, meskipun diluar sana kita banyak ngobrol dengan semua kalangan, tapi jangan sampai lupa dengan hati kita.

Kedua, kalau kita ingin melakukan pembaharuan, harus bertanya kepada ahlinya. Dalam hal ini adalah ilmu tasawuf yang berperan penting dalam menata hati. Hal terpenting bahwa dalam bertasawuf juga ada gurunya, ada ahlinya yang akan membimbing kita dalam menata hati. Jadi ketika bertasawuf harus mempunyai guru.

Ketiga, harus melatih diri untuk husnudzan kepada Allah, berbaik sangka kepada Allah dalam segala kondisi.

Keempat, kita harus selalu menjadikan kejujuran sebagai pemandu dalam setiap langkah kita.

Selain ke empat poin penting ini, Zastrow menuturkan bahwa hal yang paling penting lagi adalah harus menempuh segala usaha dalam upaya menghidupkan dan menata hati kita. Misalnya dengan cara berdzikir, membaca Qur`an, dan shalat malam.

"Semangat yang bisa kita tarik adalah semangat menata hati, kuncinya adalah menata hati. Makanya orang itu bisa radikal karena hatinya mati, orang bisa menjadi intoleran karena hatinya beku. Jadi kalau hatinya hidup, maka hati ini bisa menangkap nur ilahi," pungkas Zastrow.

Artikel Terkait
Dalam Diskusi Publik BULIR.ID: Narasumber Beberkan Kriteria Pemimpin Baru Menuju NTT Bermartabat 5 Tahun ke Depan
BNPP Persiapkan Provinsi Kalbar Jadi Lokasi Pencanangan Gerbangdutas ke-12
Pos Turiscain Satgas Pamtas RI-RDTL Bagikan Sayur Mayur ke Warga Perbatasan
Artikel Terkini
Dalam Diskusi Publik BULIR.ID: Narasumber Beberkan Kriteria Pemimpin Baru Menuju NTT Bermartabat 5 Tahun ke Depan
Energi Terbarukan sebagai Pilihan Utama, Setelah Indonesia Turut Menandatangani Perjanjian Paris
Upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila Kabupaten Maybrat: Menuju Indonesia Emas
Cetak SDM Industri Kompeten di Timur Indonesia, Kemenperin dan Pupuk Kaltim Gelar Pelatihan
Gunungapi Ibu Kembali Erupsi pada Minggu Siang
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas