INDONEWS.ID

  • Selasa, 13/07/2021 16:12 WIB
  • Tajam! Epidemiolog Sebut PPKM Darurat Hanya Bagus di Atas Kertas

  • Oleh :
    • Rikard Djegadut
Tajam! Epidemiolog Sebut PPKM Darurat Hanya Bagus di Atas Kertas
Pemberlakuan PPKM Darurat menyebabkan kemacetan di sejumlah titik (Foto: ANTARA)

Jakarta, INDONEWS.ID - Epidemiolog dari Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman melontarkan kritikan tajam terkait kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat. Menurutnya, PPKM Darurat hanya bagus di atas kertas, namun buruk dalam implementasi.

Hal itu dikatakan Dicky setelah konsistensi, komitmen, hingga kualitas pelaksanaan PPKM di lapangan yang dinilai belum sesuai dengan yang diatur dalam ketentuan PPKM Darurat itu.

Baca juga : Epidemiolog Ingatkan: Masa Endemi Masyarakat Jaga Kualitas Kesehatan

"Itu kelemahan kita selama ini. Kita bagus di kertas, buruk di implementasi," kata Dicky, Selasa (13/7).

Dicky menyebut selama PPKM Darurat jumlah testing dan tracing juga masih jauh dari target. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menargetkan tes Covid-19 selama PPKM Darurat mencapai 400 ribu per hari. Namun, kata Dicky, jumlah tes di Indonesia belum mencapai 200 per hari.

Baca juga : Minta Pertimbangkan Keberatan Epidemiolog, Ketua DPR: PTM 100 Persen Jangan Dibuat Menyeluruh

"Ini berbahaya dan bicara testing dan tracing itu bicara strategi yang sangat fundamental. Itulah yang menyebabkan kita ini memburuk dengan kasus yang buruk dan kematian buruk. Jadi, yang bolong ini terutama harus diperbaiki," ujarnya.

Dicky menyebut jumlah tes harus ditingkatkan sedikitnya 500 per hari. Bahkan, kata dia, jika memungkinkan pemerintah harus melakukan testing terhadap 1 juta orang per hari. Menurutnya, setiap satu orang yang terkonfirmasi positif minimal harus di-tracing sampai 10 orang.

Baca juga : Penanganan Covid-19, Agus Pambagio: Pemerintah Gunakan Istilah yang Tidak Jelas Dasar Hukumnya

"Artinnya kalau bicara 130.000 kasus infeksi tersebut kalau di-tracing 10 rorang saja per 1 kasus terkonfirmasi, harus ada 10 kali 130 ribu. Berarti berapa? 1,3 juta. Itu testing-nya," kata Dicky.

Terkait itu, Dicky menilai pelaksanaan PPKM Darurat belum membawa dampak yang berarti sebab jumlah orang yang terinfeksi Covid-19, kematian, angka reproduksi dan pertumbuhan masih tinggi.

Menurutnya, pelaksanaan PPKM Darurat ini tak bisa diterapkan sampai 20 Juli. Dicky berpendapat PPKM Darurat masih harus diperpanjang sampai bulan Agustus 2021.

"Prediksi saya sih sampai akhir Agustus kita tetap masih memerlukan PPKM Darurat ini dan bicara PPKM Darurat ini kan bukan lockdown. Kalau lockdown kan rata-rata lockdown dua kali masa inkubasi, paling cepat, atau sebulan. Rata-rata ya enam minggu juga," ujarnya.

PPKM Darurat di Jawa-Bali sudah berlangsung sejak 3 Juli kemarin. Sementara itu, PPKM Darurat di luar Jawa-Bali baru berlangsung kemarin, Senin (12/7).

Kebijakan ini diberlakukan guna menekan lonjakan kasus Covid-19. Namun, sampai saat ini, pertambahan kasus masih tinggi.

Bahkan, per Senin (12/7) Indonesia kembali mencetak rekor pertambahan kasus harian, yakni lebih dari 40 ribu kasus per hari. Kasus kematian juga mencatat rekor 1.040 orang pada 7 Juli.*

Artikel Terkait
Epidemiolog Ingatkan: Masa Endemi Masyarakat Jaga Kualitas Kesehatan
Minta Pertimbangkan Keberatan Epidemiolog, Ketua DPR: PTM 100 Persen Jangan Dibuat Menyeluruh
Penanganan Covid-19, Agus Pambagio: Pemerintah Gunakan Istilah yang Tidak Jelas Dasar Hukumnya
Artikel Terkini
Pj Bupati Maybrat Sambut Kedatangan Tim Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Tips Memilih Jasa Pengurusan Visa
Rekomendasi Jasa Penerjemah Tersumpah Terbaik di Jabodetabek
Gelar Rapat Internal di Istana, Indonesia Semakin Siap Berproses Menjadi Anggota OECD
Di Hadapan Media Jerman, Menko Airlangga Sebut Investasi Tidak Memiliki Bendera, Indonesia Membuka Peluang Investasi dari Semua Pihak
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas