Jakarta, INDONEWS.ID - Keberadaan Gamelan Penting, salah satu alat musik khas Bali kian memprihatinkan. Bahkan gamelan ini terancam punah, padahal keberadaannya dapat memberikan warna pada khazanah budaya Nusantara.
Berangkat dari kondisi itu, Miranti Serad Ginanjar, sosok yang sejak lama mencintai dan bekerja keras ingin melestarian warisana budaya Indonesia, utamanya batik, terpanggil untuk menghidupkan kembali dan melestarian gamelan khas Bali ini.
Inisiator Gerakan Ibu Asuh Terpadu (GIAT) ini kemudian menginisiasi diselenggerakannya diskusi budaya yang menghadirkan beberapa tokoh di antaranya Bupati Karangasem I Gede Dana, S.Pd., M.Si dan Pengurus Taman Soekasada Ujung Anak Agung Made Dewandra R Djelantik, yang merupakan keturunan langsung Raja Karangasem terakhir beberapa waktu lalu.
"Dalam diskusi ini, kita berupaya untuk mencoba menarikan nada awal legong dari komunitas Ciri Warisan Indonesia," kata penulis buku "Batik Kudus" ini kepada Indonews.id, Sabtu (4/12/21) siang.
Miranti Serad Ginanjar bersama Bupati Karangasem I Gede Dana, S.Pd., M.Si dan Pengurus Taman Soekasada Ujung Anak Agung Made Dewandra R Djelantik dan pemain Gamelan Penting I Putu Angga Wijaya, S. Sn dan A.A. Gde Krisna Dwipayana, S. Sn (Foto: Ist)
"Kita berencana akan membawa gamelan Penting ini ke washington DC memenuhi undangan Ayu Rosan yang merupakan isteri Duta Besar Indonesia untuk Amerika," imbuhnya.
Ia menjelaskan, gamelan Penting merupakan instrumen dawai dari Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali, khususnya di Kota Amlapura. Konon gamelan ini sudah ada sejak zaman raja-raja di Karangasem.
Gamelan penting memiliki 7 pelog/selendro laras/saih atau 7 nada pokok. Bedanya dengan gamelan bali pada umumnya adalah Gamelan Peting dipetik seperti gitar dan memiliki tuts (pekocet) untuk memilih nada.
"Untuk gending (lagu) repertoar gamelan Penting, bisa menyesuaikan seperti memainkan gending tari(musik tari Bali) dan beberapa lagu untuk kebutuhan kolaborasi yang sesuai dengan tangga nada yang tersedia di dalam Gamelan Penting," terang Miranti rinci.*(Rikard Djegadut).