INDONEWS.ID

  • Sabtu, 05/03/2022 19:20 WIB
  • Melihat Keterlibatan Jepang dalam Konflik Rusia-Ukraina, Ini Pandangan Mantan Dubes Kedua Negara

  • Oleh :
    • Rikard Djegadut
Melihat Keterlibatan Jepang dalam Konflik Rusia-Ukraina, Ini Pandangan Mantan Dubes Kedua Negara
Prof. Dr. Yuddy Chrisnandi, S.E., M.E dan Mohamad Wahid Supriyadi dalam kanal youtube "Yusron Senpai, Hai!” milik Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang dan Federasi Mikronesia periode 2013–2016, Dr. Yusron Ihza Mahendra, LL.M.

Jakarta, INDONEWS.ID - Ada yang menarik dari konten terbaru di kanal youtube "Yusron Senpai, Hai!” milik Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang dan Federasi Mikronesia periode 2013–2016, Dr. Yusron Ihza Mahendra, LL.M.

Bagaimana tidak, dalam tayangan terbaru kanal youtube yang tergolong unik karena mengkhususkan diri pada tema bahasan tentang Jepang dan dilakukan dalam dua pilihan bahasa itu, Yusron menghadirkan dua diplomat sebagai narasumber.

Keduanya adalah Mohamad Wahid Supriyadi dan Prof. Dr. Yuddy Chrisnandi, S.E., M.E. Menarikanya lagi, keduanya merupakan mantan Dubes di dua negera yang saat ini tengah berkonflik yakni Rusia dan Ukraina.

Wahid pernah dipercayakan menjadi Dubes RI untuk Rusia dan Belarusia periode 2016-2020. Sedangan Yuddy, yang merupakan mantan MenPAN/RB itu pernah ditugaskan menjadi Dubes RI untuk Ukraina merangkap Armenia dan Georgia periode 20172021. 

Mantan anggota DPR-RI daerah pemilihan Bangka Belitung ini sengaja mengundang keduanya untuk memberikan pandangannya terkait invasi Rusia terhadap Ukraina beberapa pekan terakhir.

Dalam pengantarnya, pemilik kanal berbahasa Indonesia dan Jepang itu mengatakan perang Rusia Vs Ukraina telah memasuki minggu kedua. Menurutnya, ini merupakan peristiwa penting, menari dan juga aktual.

"Keadaan semakin menarik lagi setelah diketahui ternyata Jepang terlibat secara lebih dalam. Jepang misalnya memberikan sanksi keuangan dan perbankan terhadap Rusia. Termasuk pemblokiran rekening pribadi Vladimir Putin, presiden Rusia, serta bersiap menampung pengungsi Ukraina. Bahkan siap bertempur membela Ukraina," kata Yusron seperti dikutip media ini, Sabtu (5/3/22).

Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang dan Federasi Mikronesia periode 2013–2016, Yusron Ihza Mahendra bersama Pemimpin Redaksi Indonews.id Asri Hadi

"Tak hanya itu, mantan perdana menteri Jepang, Shinzo AB menyatakan bahwa Jepang perlu mempertimbangkan untuk menjadikan wilayahnya dipakai untuk senjata-senjata nuklir Amerika. Hal ini guna mengantisipasi kejadian seperti di Ukraina tersebut," tambahnya.

Sementara itu, mantan Duta Besar RI untuk Rusia dan Belarusia, Mohamad Wahid Supriyadi menyampaikan langkah yang diambil Presiden Rusia Vladimir Putin menginvasi Ukraina lebih sebagai respon terhadap kondisi psikologis sebuah negara.

"Ini saya melihat kondisi psikologis dari segi Rusia ya. Bukan berarti saya mengiyakan, namun ini kondisi psikologis, kata pria yang pernah menjadi Duta Besar RI untuk Uni Emirat Arab pada 2009-2011 itu memulai pembahasannya.

Menurutnya, Presiden Rusia Vladimir Putin merupakan sosok yang penyabar. Upaya bergabungnya Ukraina dengan North Atlantic Treaty Organization atau yang disingkat NATO merupakan ancaman serius terhadap keamanan rusia.

Dari catatan sejarah yang dikembali dimunculkan ke publik, jelasnya, diketahui bahwa ada perjanjian yang menyebutkan NATO tidak boleh melewati batas wilayah Rusia.

Wahid, dalam pemaparannya juga membeberkan sejumlah arsip yang berisikan kesepakatan serupa yang ditemukan para ilmuwan barat.

"Bahkan dari kutipan tulisan seorang wartawan keturuan Amerika-Rusia, dia katakan bahwa Putin itu seperti anak manis. Dia tidak terlalu mengganggu dengan negara barat," tuturnya.

Bahkan, tambah Wahib, masih menurut tulisan itu, pada tahun 2000, Putin ingin bergabung dengan NATO. Namun keinginannya itu ditolak.

"Kemudian pada 2001, pada peristiwa 911 itu, hubungan Putin dengan George Bush itu cukup bagus. Ketika itu, ia membiarkan airbusnya itu dipakai untuk penyerangan Amerika terhadap Afghanistan. Dan pangkalannya di Ubekistan juga atas izin Putin," terang Wahid.

Kemudian pada 2002, ada deklarasi anatar Amerika dan Rusia yang diwakili oleh kedua kepala negara. Menurutnya, ini merupakan kesepakatan tingkat tinggi karena ditandatangani oleh kedua kepala negara untuk membicara hal-hal yang menjadi tantangan bersama.

"Lalu pada 2002, dibentuklan Rusia-NATO Concept. Dan Putin selalu datang, mungkin tidak selalu tapi perwakilannya selalu hadir. Namun Putin mulai tersinggung ketika Ceko, Polandia, Rumania bergabung ke NATO. Kemudian negara bekas Soviet, Lithunia, Estonia di situ mulai marah," bebernya.

Dubes RI untuk Rusia dan Belarusia periode 2016-2020 Mohamad Wahid Supriyadi bersama Pemimpin Redaksi Indonews.id Asri Hadi

"Nah ketika Georgia, Belarusia dan Ukraina yang ada di depan mata dia. Belum lagi Georgia pada 2008 memberi diri bergabung ke NATo. Ini yang menjadi kemarahan Putin," paparnya.

Lebih lanjut, Wahib mengungkapkan, Jepang, walaupun bukan anggota NATO, tetap terdampak secara ekonomi dari konflik kedua negara ini.

"Pertama karena tidak terlalu besar. Yang kedua, 60 persen ekspor import Rusia ke Jepang adalah minyak dan gas. Rusia masih menjadi suplier terbesar untuk gas dan batubara. Jadi memang sulit juga ya posisi Jepang, tapi kan dia harus menyatakan karena sebagai sekutu barat," ujar Wahid.

Di kesempatan yang sama, Dubes RI untuk Ukraina merangkap Armenia dan Georgia periode 2017- 2021, Yuddy Chrisnandi menyampaiakan posisi Jepang dalam perang Rusia-Ukraina ini.

"Jepang ini memiliki investasi yang besar di negara Ukraina yang jumlahnya jauh lebih besar dibanding di Indonesia dan negara Asia lainnya. Jadi kalau bicara investasi, kerjasama ekonomi, kemudian perdangangan, Jepang jauh lebih tinggi," kata Yuddy.

Karena hal ini, terangnya, mantan Presiden Ukraina bahkan memberikan apresiasi secara khusus kepada Jepang.

"Bahkan presiden mengunjungi rumah Duta Besarnya karena intensitas hubungan yang begitu baik melalui bantuan-bantuan pemerintah Jepang terhadap program-program pembangunan Ukraina baik yang bersifat pinjaman, atau kerjasama ekonomi maupun grand. Kami para Dubes negara sahabat melihat memang ada perbedaan treatmen dari Pemerintah Ukraina terhadap pemerintah Jepang," pungkasnya.

Selain itu, lanjut Yuddy, Jepang sebagaiman kita ketahui merupakan bagian dari aliansi barat. Sekalipun kita tidak melihat Jepang sebagai anggota NATO.

"Hal ini karena memang Jepang wilayahnya tidak berada di North Atlantic. Tetapi kita tahu bahwa kapan saja Jepang menerima ancaman dari mana saja, Amerika dan NATO selalu siap membantu. Nah, hal yang sama pun dirasakan oleh Ukraina," tambahnya.

Ukraina, tuturnya, sejak lama merasa insecure terhadap Rusia. Sehingga, dalam sejarah Ukraina, dicatatkan bahwa pahlawan nasional Ukraina terus menggelorakan kemerdekaan dari kekaisaran Rusia.

"Jadi semangat untuk memerdekakan diri dari kekaisaran Rusia itu, khususnya pada saat Kekaisaran Rusia itu dipegang oleh Nicholas II yang dikenal kejam. Jangankan terhadap suku bangsa negara lain, terhadap suku bangsa Rusianya juga dia sangat kejam. Kalau dia tidak kejam, dia tidak akan dijatuhkan oleh revolusi Februari 1917," tuturnya.

Dubes RI untuk Ukraina merangkap Armenia dan Georgia periode 2017- 2021 bersama Pemimpin Redaksi Indonews.id Asri Hadi

Menurut Yuddy, keinginan Ukraina merdeka sudah berlangsung lama. Sehingga jika hari-hari ini Ukraina ingin bergabung dengan masyakarakat ekonomi Eropa, itu adalah hak kemerdekaannya sebagai sebuah bangsa yang merdeka. Hak setiap bangsa untuk menentukan masa depan bangsanya.

"Dan sebagai negara yang merdeka yang sejajar dengan negara merdeka lainnya seperti Belarusia, Indonesia dan lain-lain, hak-hak dia untuk menentukan masa depan dan integritas kedaulatannya harus dihormati, bukannya diperangi dengan cara-cara yang melahirkan resolusi condemning military agresion. Hanya karena Ukraina ingin menjadi anggota NATO," tegas Yuddy.

"Jadi bukan dengan cara seperti melarang Ukraina menjadi anggota NATO. Ukraina ingin masuk ke NATO itu adalah keinginan-keinginan yang sudah ada sejak lama, tapi sebenarnya tergantung pada negara-negara anggota NATO," tutupnya.

Dihubungi secara terpisah, Pemimpin Redaksi media Indonews.id, Drs. Asri Hadi menyampaikan dukungannya atas kreatifitas sahabatnya Yusron Izha Mahendra yang menyediakan berbagai informasi penting seputar Jepang dan Indonesia.

"Kanal "Yusron Senpai, Hai! ini sangat bermanfaat karena menyediakan beragam informasi penting seputar Jepang yang perlu diketahui oleh masyarakat Indonesia," kata Dosen Senior IPDN ini di Jakarta.

Asri Hadi mengajak masyarakat Indonesia yang tertarik dengan segala hal tentang Jepang untuk melakukan subscribe pada kanal ini.

"Pada hari ini misalnya, pemilik kanal ini berhasil menghadirkan dua tokoh yang merupakan mantan Dubes kedua negara berkonflik yakni Rusia dan Ukraina. Bagi masyarakat Indonesia, jangan lupa subscribe chanel Yusron Senpai, Hai! ya," ajaknya.

Sebagai informasi, mantan Duta Besar Indonesia untuk Jepang, Yusron Ihza Mahendra melaunching Kanal Youtube “Yusron Senpai, Hai!” di Jakarta kemarin (6/2/2022).

Bagi kamu yang ingin mengupdate informasi-informasi tentang Jepang, mulai dari pendidikan, kehidupan dan lain sebagainya dapat melakukan subscribe dengan mengklik link ini

 

Artikel Terkait
Artikel Terkini
Evaluasi Penanganan Pengungsi di Maybrat Menunjukkan Kemajuan Signifikan
Kebun Rimsa PTPN IV Regional 4 Bantu Sembako Dua Panti Asuhan
Santri dan Santriwati Harus Mengisi Ruang Dakwah dengan Nilai yang Penuh Toleransi
Tak Terdaftar di OJK, Perusahaan Investasi asal Hongkong Himpun Dana Masyarakat
Dewan Pakar BPIP Dr. Djumala: Pancasila Kukuhkan Islam Moderat, Toleran dan Hargai Keberagaman Sebagai Aset Diplomasi
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas