INDONEWS.ID

  • Kamis, 10/03/2022 12:25 WIB
  • Selamat! Ganewati Wuryandari, 1 dari 4 Perempuan yang Dikukuhkan Jadi Profesor Riset BRIN

  • Oleh :
    • Rikard Djegadut
Selamat! Ganewati Wuryandari, 1 dari 4 Perempuan yang Dikukuhkan Jadi Profesor Riset BRIN
Prof. Dr. Ganewati Wuryandari, M.A sebagai Profesor Riset BRIN bidang Hubungan Internasional (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Majelis Pengukuhan Profesor Riset mengukuhkan empat profesor riset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang digelar secara hybrid pada Kamis (10/3/22).

Keempat profesor riset yang dikukuhkan tersebut antara lain Prof. Dr. Ganewati Wuryandari, M.A sebagai Profesor Riset BRIN bidang Hubungan Internasional, Prof. Dr. Ratih Dewanti, M.Si bidang Teknologi Penginderaan Jauh dan Prof. Dr. Widjajanti, M. Litt. bidang Sosiologi Gender serta Prof. Dr. Rike Yudianti bidang Teknik Material.

Baca juga : Mendagri Resmi Lantik 5 Penjabat Gubernur, Ada Alumni SMAN 3 Teladan Jakarta

Dalam pidato pengukuhannya, Prof. Ganewati membawakan orasi berjudul "Politik Luar Negeri Era Reformasi: Kebangkitan Indonesia sebagai Negara Kekuatan Menengah Dalam Pencaturan Regional dan Global".

Prof Ganewati mengatakan politik luar negeri Indonesia selalu mengalami dinamika perubahan akibat peralihan kepemimpinan di era reformasi sejak 1998 mulai dari Bacharuddin Jusuf Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri hingga Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo.

Baca juga : Rayakan HUT Indonews.id ke-8, Pemred Asri Hadi Ajak Pembaca Setia Bantu Penderita Kanker di Indonesia, Begini Caranya!

Menurutnya, pada masa kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY, kondisi ekonomi dan politik mengalami perkembangan positif dimana Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia dan negara berpenduduk mayoritas muslim aktif dalam melakukan introduksi demokrasi.

Politik luar negeri era SBY dijalankan dengan slogan a million friends, zero enemies. Hal ini menyebabkan Indonesia memiliki posisi dan peran yang semakin penting dalam percaturan global sebagai negara terkuat menengah atau middle power.

Baca juga : Ketua Teladan Pro Ganjar-Mahfud MD, Ica Risanggeni: Kami Optimistis Ganjar-Mahfud Akan Memenangkan Pilpres

"Ketika Jokowi menggantikan SBY pada 2014, politik luar negeri Indonesia memiliki visi politik internasional berbeda. Politik bebas aktif luar negeri Indonesia dimaknai dengan pendekatan lebih pragmatis dan ada perubahan paradigma identitas politik luar negeri Indonesia sebagai negara kepulauan," papar Prof Ganewati.

Ia menambahkan, meskipun ada perbedaan orientasi politik luar negeri, Jokowi dan SBY memiliki pandangan yang sama tentang Indonesia sebagai negara kekuatan menengah dan berupaya membangun diplomasi kekuatan menengah. Peran ini semakin penting di tengah ketidakpastian situasi keamanan dan ekonomi global.

"Artinya, politik luar negeri Indonesia pada era reformasi, utamanya SBY dan Jokowi mengukuhkan status dan perannya sebagai negara kekuatan menengah di pusaran regional dan global yang kita tak pasti."

Dalam kesimpulannya, Prof Ganewati menegaskan bahwa baik SBY maupun Jokowi secara konsisten mengukuhkan status dan peran politik luar negeri Indonesia sebagai negara kekuasaan menengah di dalam percaturan regional dan global.

Aktivisme politik luar negeri Indonesia sebagai negara menengah sangat dipengaruhi oleh peningkatan kemampuan material dan additional resources. Kebangkitan politik luar negeri Indonesia sebagai negara menengah dapat dilihat dalam hal mempromosikan demokrasi HAM dan negara kepulauan serta merespon perubahan lingkungan strategis kawasan.

Keberadaan Indonesia sebagai negara middle power tidak bisa diabaikan dalam merespon dan mempengaruhi tatanan internasional dengan perilaku dan fungsi sebagai fasilitator, mediator, bridge builder dan good internasional citizen, khususnya sebagai normative middle power yang relatif berhasil memajukan norma-norma regional dan global.

Namun demikian, Prof. Ganewati berharap ke depannya, Indonesia juga perlu meningkatkan sumber daya material agar dapat menjalankan strategi fungsional atau function middle power baik di kawasan regional maupun global.

"Tidak hanya penggunaan kapabilitas nasional, Indonesia dalam memproyeksikan sebagai kekuatan menengah juga sering menggunakan platform ASEAN. Indonesia perlu secara serius memperkuat identitas dengan tidak melihat kepentingan jangka pendek. Pelibatan pemangku kepentingan diperlukan agar ada legitimasi lebih kokoh mendukung pelaksanaan politik luar negeri ke depannya,"harapnya.

Prof Ganewati juga menggarisbawahi bahwa negara dengan kekuatan middle power tidak bisa diabaikan perannya dalam percaturan regional maupun global. Hal ini karena memiliki kekhasan dalam merespon dan mempengaruhi tatanan internasional sebagai construktive power.

Indonesia sebagai negara kekuatan menengah dapat memainkan perannya sebagai regional dan memiliki peran besar dalam mempromosikan perdamaian dan stabilitas kawasan. Menurutnya, ASEAN tanpa peran aktif Indonesia akan menjadi lemah.

"Indonesia sebagai negara terbesar di kawasan perlu terus menjaga ASEAN. Sebab ASEAN tanpa peran aktif Indonesia akan menjadi lemah," pungkasnya.

Sekalipun ada perilaku tertentu yang menjadi karakteristik negara kekuatan menengah, namun perilaku negara menengah bisa berbeda. Hal ini karena ada dimensi kontekstual sosial dengan nexus domestik dan internasional yang mempengaruhinya.

"Sehingga perlu studi-studi lanjut mengenai politik luar negeri negara kekuatan menengah ke depannya, termasuk di dalamnya adalah studi lebih lanjut tentang kekuatan menengah politik luar negeri Indonesia dengan identitas sebagai negara kepulauan," tutupnya.

Secara terpisah, dalam keterangan tertulis kepada media ini, Pemimpin Redaksi Media Indonews.id selaku dosen senior Institut Pemerintahaan Dakam Negeri (IPDN), Drs. Asri Hadi menyampaiakan ucapan selamat.

"Selamat kepada Prof Dr. Ganewati Wuryandari atas pengukuhannya sebagai Profesor Riset BRIN Bidang Hubungan Internasional. Semoga semakin amanah dan bermanfaat bagi masyarakat," kata sahabat Prof Ganewati, sebagai sesama alumni Monas Univeristy ini.

Sosok Ganewati Wuryandari

Prof Dr. Ganewati Wuryandari, MA, Ph.D lahir di Magelang, Jawa Tengah pada 30 November 1964. Ia merupakan anak bungsu dari tujuh bersaudara dari pasangan H. W. Poerwowasito dan Hj. Marjtoen.

Ganewati merupakan Peneliti Ahli Utama pada Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berdasarkan Keputusan Presiden RI No.3 Tahun 2022 tanggal 19 Januari 2022 terhitung mulai tanggal 1 Oktober 2021.

Kemudian dikukuhkan menjadi Profesor Riset di lingkungan BRIN berdasarkan Keputusan Kepala BRIN No.54/2022 tanggal 12 Februari 2012.

Ibu dari tiga orang anak ini menyelesaikan pendidikan sekolah dasar (SD) Kemirirejo II pada 1975 dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) II pada 1979 serta Sekolah Menengah Atas (SMA) I pada 1982--semuanya di Magelang Jawa Tengah.

Ganewati kemudian melanjutkan pendidikan tingkat tinggi dan memperoleh gelar sarjana jurusan Ilmu Pemerintahan dari Universitas Gadjah Mada tahun 1987.

Selanjutnya pada 1994, Ganewati merampungkan gelar Master of International Relation Department of Politics dari Monash University dan gelar Doktoral dari University of Western, Australia pada 2006.

Istri dari Drs. Bambang Triharyono ini tercatat pernah menjabat sebagai Kepala Bidang Tata Operasional Pusat Penelitian Politik LIPI selama dan menjadi Kepala Bidang Pengelolaan dan Diseminasi Hasil Penelitian di lembaga yang sama.

Masih di lembaga yang sama, Ganewati juga pernah dipercayakan menjabat sebagai Kepala Pusat Penelitian Sumber Daya Regional dan tercatat pernah menjabat sebagai Kepala Pusat Penelitian Kewilayahan LIPI.

Sejak 2019, Ganewati menjadi Plt. Kepala Pusat Riset Kewilayahan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Karirnya di dunia penelitian dimuali sejak 1995 dengan menjadi Peneliti Ahli Pertama. Kemudian pada 1998, ia menjadi Peneliti Ahli Muda dan Peneliti Ahli Madya pada 2006 serta menjadi Peneliti Ahli Utama pada sejak 2012.

Ganewati telah menghasilkan publikasi sebanyak 225 karya tulis ilmiah baik yang ditulis sendiri maupun bersama penulis lain dalam bentuk buku, jurnal dan prosiding.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 40 KTI ditulis dalam bahasa Inggris sementara sisanya ditulis menggunakan bahasa Indonesia.

Ia diketahui ikut serta dalam pembinaan kader ya ikut serta dalam pembinaan kader ilmiah di antaranya sebagai dosen dan pembimbing tesis S2 dan S3 pada Universitas Indonesia, Universitas Paramadina dan Universitas Pertahanan.

Selain itu, Ganewati juga aktif dalam organisasi-organisasi profesi antara lain sebagai Treasure dan Sekretary General of International Federation od Social Science Organization (IFSSO) 2016-2019.

Menjadi anggota Tim Koordinasi Pemberian Izin Penelitian Asing (TKPIPA) 2016-2021; Menjadi Pengurus Pusat Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI) sejak 1997 hingga 2019.

Pengurus Cabang Himpunan Pelajar dan Peneliti Indonesia di Australia, Chapter Western Australia (HPPIA WA) dan menjadi anggota Tim Penilai Peneliti Instansi (TP2I) LIPI 2016-2019.

Sejak 2020 hingga 2023 ditunjuk sebagai Eminent Person Groups (EPG) RI untuk ASEAN Regional Forum (ARF).

Atas jasa dan dedikasinya, Ganewati telah mendapat sejumlah tanda kehormatan pemerintah antara lain Penghargaan Satyalancana Karya Satya X, Satyalancana Karya Satya XX dan Satyalancana Karya Satya XXX.*

Artikel Terkait
Mendagri Resmi Lantik 5 Penjabat Gubernur, Ada Alumni SMAN 3 Teladan Jakarta
Rayakan HUT Indonews.id ke-8, Pemred Asri Hadi Ajak Pembaca Setia Bantu Penderita Kanker di Indonesia, Begini Caranya!
Ketua Teladan Pro Ganjar-Mahfud MD, Ica Risanggeni: Kami Optimistis Ganjar-Mahfud Akan Memenangkan Pilpres
Artikel Terkini
Dewan Pakar BPIP Dr. Djumala: Pancasila Kukuhkan Islam Moderat, Toleran dan Hargai Keberagaman Sebagai Aset Diplomasi
Perkuat Binwas Pemerintahan Daerah, Mendagri Harap Penjabat Kepala Daerah dari Kemendagri Perbanyak Pengalaman
Mendagri Resmi Lantik 5 Penjabat Gubernur, Ada Alumni SMAN 3 Teladan Jakarta
Mendagri Resmi Lantik 5 Penjabat Gubernur
Kak Wulan Bikin Petani Mawar Nganjuk Punya Harapan Baru
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas