Jakarta, INDONEWS.ID --- Presiden Vladimir Putin menyampaikan perundingan Rusia dengan Ukraina telah gagal. Karena itu, Putin pun bertekad akan terus melancarakan serangan ke Ukraina sampai dengan tujuan mulianya tercapai.
Rektor Universitas Jenderal A Yani, Hikmahanto Juwana mengatakan bahwa apa yang disampaikan Putin tersebut menandakan perang tidak akan segera usai.
“Target perang Putin pada awalnya adalah dalam rangka memastikan Ukraina tidak melakukan serangan terhadap masyarakat berbahasa dan berkebudayaan Rusia di wilayah Timur Ukraina yang melakukan tindakan separatis. Rusia menganggap serangan terhadap sebagian masyarakat di Donbass sebagai tindakan genosida oleh Ukraina,” ujarnya.
Target perang ini berubah satu hari kemudian menjadi menangkap Zelensky sebagai Presiden atau membuat Zelensky menyerah. Sehingga pemerintahan Ukraina kembali menjadi pro Rusia.
Namun, target perang ini pun belakangan berubah seiring dengan bantuan senjata dan dana yang cukup besar dari AS dan sejumlah negara NATO ke Ukraina untuk menghadapi serangan Rusia.
Rusia pun dikenakan sanksi ekonomi serta diupayakan agar dikeluarkan dalam berbagai organisasi dan forum internasional.
Ditambah lagi dengan kunjungan PM Inggris Boris Johnson ke Kiev serta sejumlah negara ex Uni Soviet seperti Polandia dan Lithuania yang mendukung Ukraina.
Karena itu, Guru Besar Hukum Internasional UI itu mengatakan, besar kemungkinan bagi Putin bahwa perang tersebut berarti upaya untuk menghancurkan Rusia. Sehingga perlawanan di Ukraina adalah dalam rangka mengembalikan kemuliaan dan kebesaran Rusia.
Karena itu, perang sekarang pun semakin bereskalasi seiring dengan target yang berubah dari Rusia.
Oleh karenanya upaya untuk menciptakan perdamaian di Ukraina dan mengakhiri tragedi kemanusiaan, termasuk oleh Indonesia, perlu terus diupayakan.
“Indonesia bila perlu mengingatkan kepada Rusia, AS dan NATO serta pemerintah Ukraina untuk menahan diri agar perang tidak melebar dengan mengorbankan rakyat Ukraina,” pungkasnya. ***