INDONEWS.ID

  • Sabtu, 14/05/2022 20:54 WIB
  • Antitesis SBY Adalah Jokowi, Siapa Antitesis Presiden Jokowi?

  • Oleh :
    • very
Antitesis SBY Adalah Jokowi, Siapa Antitesis Presiden Jokowi?
Rizal Ramli adalah mantan Menteri Koordinator Perekonomian Indonesia (2000-2001) dan mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman (2015-2016). (Foto: ist)

 

Jakarta, INDONEWS.ID - Presiden Joko Widodo adalah antitesis dari presiden sebelumnya, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Dari segi konten, gaya hidup, dan gesture, Presiden Jokowi merupakan antitesis dari Presiden SBY.

Baca juga : PNM Terus Bekali Nasabah dengan Teknologi Digital

Itulah sebabanya Presiden Jokowi terpilih pada pemilu 2014 lalu.

Pertanyaannya, siapa antitesis dari Presiden Jokowi?

Baca juga : Dianggap "Lahan Tak Bertuan", Sekolah Sering Jadi Tempat Penyemaian Ideologi Radikal

“Anti-Thesis SBY, dari content, style, gesture adalah Jokowi. Dari mission, content, style, gestures, leadership, anthesis Jokowi adalah RR,” ujar ekonom senior dalam akun Twitter-nya dipantau di Jakarta, Sabtu (14/4).

Seorang pengamat yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan, syarat menjadi calon presiden harus memiliki kecerdasan. Seorang presiden, katanya, harus memiliki visi dan misi terukur dengan time frame yang jelas.

Baca juga : Kemendagri Ajak Pemda Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045

Presiden juga harus memiliki horison wawasan yang luas, kosmopolitan, dan decisive serta mempunyai integritas teruji.

“Syarat capres yang cerdas juga harus: punya visi dan misi terukur dengan time frame jelas, punya horison wawasan yang luas, kosmopolitan yang  inklusif dan decisive serta berintegritas tinggi yang teruji. Semua syarat tersebut ada pada Dr. Rizal Ramli, seperti yang juga dimiliki para presiden  RI sebelumnya, seperti Abdul Rahman Wahid, BJ Habibie serta  Dr. ir. Sukarno,” ujarnya.

Sebelumnya, pendiri sekaligus Komisaris Lembaga Survei Kedai Kopi, Hendri Satrio, menyebutkan sinyalemen terjadinya pergeseran kriteria calon presiden untuk pengganti Jokowi pada 2024.

Menurutnya, jika sebelumnya masyarakat menginginkan presiden yang merakyat dan cerdas, maka saat ini kriteria cerdas menjadi lebih dominan.

"Perubahan ini menarik, artinya masyarakat sudah berpindah ke calon presiden yang the next Jokowi. Jadi kalau Jokowi merakyat, sekarang coba dicari yang cerdas dan merakyat,“ ujarnya pada Selasa 10 Mei 2022. ***

Artikel Terkait
PNM Terus Bekali Nasabah dengan Teknologi Digital
Dianggap "Lahan Tak Bertuan", Sekolah Sering Jadi Tempat Penyemaian Ideologi Radikal
Kemendagri Ajak Pemda Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045
Artikel Terkini
PNM Terus Bekali Nasabah dengan Teknologi Digital
Hari Ulang Tahun ke 15 Kabupaten Maybrat Diwarnai Peluncuran Program PAITUA
Bupati Tanah Datar Serahkan Santunan BPJS Ketenagakerjaan
Dianggap "Lahan Tak Bertuan", Sekolah Sering Jadi Tempat Penyemaian Ideologi Radikal
Kunker ke Halmahera Timur, Kepala BSKDN Beberkan Strategi Menjaga Keberlanjutan Inovasi
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas