INDONEWS.ID

  • Jum'at, 15/07/2022 10:23 WIB
  • Memaknai Resolusi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) Mengenai International Day of Women in Diplomacy

  • Oleh :
    • luska
Memaknai Resolusi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) Mengenai International Day of Women in Diplomacy

Penulis : Duta Besar Prayono Atiyanto

Tanggal 20 Juni 2022 yang lalu, menurut saya, menjadi hari bersejarah dan membanggakan bagi wanita di seluruh dunia dan tentunya termasuk diplomat wanita yang berkarier di Kementerian Luar Negeri. Majelis Umum PBB di New York mengadopsi Resolusi 76/269 “International Day of Women in Diplomacy” secara konsensus.

Resolusi ini diajukan oleh Maldives, El Salvador, Eritrea, Grenada, Guyana, Kenya, Latvia, Lebanon, Malta, Qatar, Saint Lucia, Afrika Selatan dan didukung oleh negara-negara anggota PBB lainnya.

What’s new

Resolusi ini cukup pendek yaitu terdiri dari 6 paragraf preambular dan 4 paragraf operatif. Tetapi cakupannya cukup luas dan tidak terbatas pada peran diplomat wanita yang berkarier di Kementerian Luar Negeri saja. 

Setidaknya ada dua hal pokok yang dimandatkan oleh resolusi ini. Pertama, menyatakan setiap tahun pada tanggal 24 Juni akan diperingati sebagai International Day of Women in Diplomacy. Kedua, mengundang semua negara anggota PBB, organisasi dalam sistem PBB, organisasi internasional dan kawasan lainnya, dan masyarakat madani termasuk organisasi non-pemerintah, lembaga akademik, asosiasi diplomat wanita (sekiranya ada) dan pemangku kepentingan lain yang terkait untuk memperingati International Day of Women in Diplomacy dalam bentuk kegiatan yang dipandang sesuai oleh masing-masing termasuk kegiatan edukasi dan peningkatan kesadaran publik untuk mendorong partisipasi penuh dan sama dalam diplomasi di semua tingkatan.

Resolusi ini juga menegaskan kembali pentingnya kesetaraan peran aktif wanita dengan laki-laki dalam semua tingkatan pengambilan keputusan untuk pencapaian persamaan (equality), pembangunan berkelanjutan (sustainable development), perdamaian (peace), demokrasi (democracy) dan diplomasi (diplomacy).

What next

Resolusi mengenai International Day of Women in Diplomacy ini perlu disosialisasikan lebih lanjut.

Peringatan yang dilakukan setiap tanggal 24 Juni seyogyanya tidak hanya sekedar selebrasi tetapi bisa menjadi benchmark bagi peningkatan peran wanita dalam diplomasi. 

Dalam perspektif peran diplomat wanita yang berkarier di Kementerian Luar Negeri, saya cenderung membungkusnya dalam sebuah narasi kebersamaan pelaksanaan tugas, tanggung jawab dan peran antara diplomat wanita dan diplomat laki-laki.  Kosa kata yang perlu terus kita ketengahkan adalah “the right man and/or woman on the right place”. Dalam kaitan ini tentunya standar kompetensi menjadi patokan penting.

Kesadaran dan kemauan untuk meningkatkan kapasitas (yang didukung secara kelembagaan) mutlak terus ditumbuhkembangkan di kalangan diplomat wanita. Bahkan mungkin sejak awal berkarir di Kementerian Luar Negeri. Hal yang sama juga berlaku bagi diplomat laki-laki tentunya.

Enabling environment. Menurut pemahaman saya mengenai enabling environment secara sederhana adalah situasi atau suasana yang memungkinkan seorang diplomat bisa fokus dan kreatif dalam berkinerja. Dalam banyak hal keberhasilan karier seorang diplomat adalah juga karena adanya dukungan keluarga.

Secara spesifik saya ingin mengacu kepada peran pendamping atau spouse (laki-laki sebagai suami dari diplomat wanita dan wanita sebagai istri dari diplomat laki-laki). Dukungan seorang suami dibutuhkan karena tidak terelakkan bahwa seorang diplomat wanita juga memiliki peran sebagai istri dari suaminya dan ibu dari anak-anaknya. Sejalan dengan hal tersebut sudah cukup banyak laki-laki sebagai seorang suami dan bapak dari anak-anaknya yang juga telah ikut mengambil peran dalam pengelolaan urusan rumah tangga.

Sejauh ini secara kedinasan perhatian mungkin masih lebih banyak diberikan kepada spouse seorang diplomat laki-laki. Sedangkan bagi suami seorang diplomat wanita, menurut saya, perlu ada suasana yang bisa memberikan kenyamanan dan kepastian peran untuk mendukung istrinya yang berkarier sebagai diplomat. Belum lagi mempertimbangkan komplikasi yang mungkin terjadi karena seorang suami memiliki karier sendiri yang mapan. Saya juga paham tantangan yang tidak mudah dihadapi oleh seorang diplomat wanita dalam kapasitas sebagai single parent. 

Saya juga tidak ingin menampik adanya tantangan bagi seorang diplomat wanita dengan status belum menikah. Dalam hal ini, dinamikanya tentu berbeda.

Kementerian Luar Negeri secara kelembagaan diharapkan akan terus memberikan perhatian dan penyempurnaan fasilitasi bagi terciptanya enabling environment untuk peningkatan peran diplomat wanita Indonesia.

Akhir kata

Opini ini adalah pendapat pribadi dan semoga bisa menjadi food for thought. 

Kita bersyukur mempunyai Menteri Luar Negeri Retno L.P. Marsudi dan banyak diplomat wanita senior lainnya baik yang berkarier di Kementerian Luar Negeri maupun di luar Kementerian Luar Negeri dengan prestasi yang membanggakan sebagai role model. 

Kementerian Luar Negeri juga secara aktif telah melakukan langkah-langkah pengarusutamaan gender termasuk antara lain melalui Peraturan Menteri Luar Negeri Nomor 21 tahun 2020 tentang Pedoman Pengarusutamaan Gender di Lingkungan Kementerian Luar Negeri.

Peringatan International Day of Women in Diplomacy semoga bisa menginspirasi diplomat muda yang berkarya dan berkarier di Kementerian Luar Negeri. Jangan pernah lelah mencintai bangsa dan negara Indonesia. Komitmen dan dedikasi menjadi kata kunci.

Salam diplomasi. Salam bela negara. Salam sehat dan bahagia selalu.

----------

*Duta Besar Prayono Atiyanto pernah bertugas sebagai Duta Besar LBBP RI untuk Republik Azerbaijan (2012-2016) dan saat ini masih aktif sebagai Diplomat Ahli Utama pada Direktorat Kerja Sama Intrakawasan dan Antarkawasan Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri. Pernah juga bertugas di KBRI London (1988-1992) dan Perutusan Tetap Republik Indonesia untuk PBB di New York (1995-1999, 2003-2007). Beberapa tahun terakhir ini juga menjadi Duta Besar Pembina/Mentor pada Diklat Sekolah Dinas Luar Negeri Kementerian Luar Negeri. Selain itu, juga masih aktif sebagai Asesor Kompetensi Teknis Kementerian Luar Negeri.

Salah satu motto favoritnya “You will never walk alone” (Liverpool FC)

Artikel Terkait
Artikel Terkini
Kisah AO PNM Mekaar, Keluar Zona Nyaman untuk Beri Kenyamanan Keluarga
Paskah 2024, ASN DKI Jakarta Berwisata Bersama 500 Anak Panti Asuhan
Banjir Rendam Satu Desa di Subulussalam, Aceh
Dansatgas Yonif 742/SWY Kunjungi Salah Satu SD Darurat di Perbatasan RI-RDTL
Kawal Pemerintahan Baru, Tokoh Lintas Agama: Jika Ada Kurang-kurangnya Kita Perbaiki
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas