Jakarta, INDONEWS.ID - Khasiat kopi pertama dikenali di Ethiopia Afrika Timur pada abad ke-9. Khaldi, sang pengembala kambing melihat kambing yang mengunyah daun kopi dan buahnya jauh lebih centil dan energik.
Setelah itu, beberapa desa di Afrika Timur menjadikan kopi untuk membuat campuran makanan mereka sehari-hari. Biji kopi ditumbuk dan dicampurkan ke dalam adonan.
Abad ke-15, orang Arab mulai minum kopi untuk menggantikan anggur. Kemudian pada abad ke-17, sudah menembus Eropa Utara. Di kekaisaran Rusia, rakyat jelata dilarang konsumsi kopi karena itu minuman para raja.
Bahkan Vatikan pernah mengharamkan kopi karena kopi trik orang Arab untuk menggeser minuman anggur kebanggaan mereka.
Masih banyak cerita sejarah tentang kopi, tapi kapan pohon kopi masuk ke bumi Nusantara?
Tahun 1696, Belanda mendatangkan bibit kopi dari Malabar, India jenis Arabika yang leluhur pohonnya dari Yaman. Belum sempat bibit diperbanyak, Batavia diterjang banjir. Musnahlah itu pohon.
Tiga tahun kemudian didatangkan bibit Arabika lagi dari India (1699). Kali ini berhasil, setelah 7 tahun (1706) buahnya dikirim ke Amsterdam.
Kata Amsterdam keren legit. Pasar Eropa bakal kita kuasai. Mulailah ditanam kopi Arabika besar-besaran di Aceh Sumatra Utara, Sulawesi, Bali sampai Papua.
Kerajaan Belanda menjadi kaya raya tapi 1878 pohon kopi Arabika terserang penyakit hemileia alias karat daun. Perkebunan kopi luluh lantak. Belanda bingung.
Didatangkan lagi bibit kopi Liberia yang katanya tahan penyakit, tapi tetap tidak tahan karat daun.
Baru 1907, bibit kopi robusta dari Afrika Barat (Kongo) hadir.
Nah, robusta bandel dan tahan penyakit. Tidak heran sampai saat ini di Indonesia 80% kebun kopi itu berarti jenis robusta (dataran rendah). Arabika tidak sampai 20%.
Meskipun biji kopi Arabika harganya jauh lebih mahal dari robusta. Wajar karena merawat Arabika jauh lebih sulit dari si bandel robusta asal Afrika barat.*(Zaenal).