Jakarta, INDONEWS.ID – Tokoh pergerakan DR Rizal Ramli mengungkapkan perbedaan antara rezim prorakyat atau prodemokrasi dengan rezim “bebal” dalam teknik berkomunikasi menggunakan media maupun media sosial.
Mantan Menko Perekonomian itu mengatakan, rezim prodemokrasi menggunakan suara rakyat maupun suara media supaya dia mengetahui hal yang benar maupun yang tidak benar.
“Ini perbedaan dari rezim prorakyat atau prodemokrasi yaitu mereka memanfaatkan suara media maupun suara rakyat supaya mengetahui kebijakan dia mana yang benar maupun yang tidak benar,” ujar Bang RR dalam akun Twitternya di Jakarta, Sabtu (14/4).
Mantan Kepala Bulog ini mengatakan, sedangkan rezim bebal yang penuh dengan pencitraan menggunakan media resmi yang dia bayar maupun menggunakan buzzer buat nakut-nakuti rakyat dan menghantam oposisi.
“Kenapa dia melakukan hal itu, karena dia takut jika media tersebut bercerita yang sebenarnya tentang pemerintahannya. Jadi inilah sebenarnya beda antara rezim prorakyat maupun rezim yang bebal,” ujarnya.
Mantan Menko Kemaritiman itu mengatakan, di sinilah letak perbedaan dalam teknik berkomunikasi antara pemimpin yang prorakyat dan prokeadilan maupun pemerintahan yang hanya propencitraan.
Dia mengatakan, pemerintahan yang feodal berusaha menutup hal benar yang terjadi di tengah masyarakat. Mereka juga mengeluarkan dana besar-besaran untuk menutupi kebobrokan yang terjadi di tengah masyarakat.
“Jadi birokrasi feodal itu tidak bisa menangkap penderitaan rakyat. Beda dengan pemerintahan yang prorakyat yang berusaha menangkap apa yang terjadi di tengah masyarakat,” ujarnya.
“Pejabar dan pemerintahan yang prodemokrsi dan prorakyat akan menggunakan suara media, suara rakyat untuk mengkritiknya secara terbuka agar kebenaran bisa terbuka,” pungkasnya. ***