INDONEWS.ID

  • Jum'at, 01/12/2023 17:10 WIB
  • Pancasila Wadah Persatuan Anak Bangsa untuk Hidup Rukun dan Saling Mengenal

  • Oleh :
    • very
Pancasila Wadah Persatuan Anak Bangsa untuk Hidup Rukun dan Saling Mengenal
KH. Muflich Chalif Ibrahim selaku Presiden Lajnah Tanfidziyah (Komite Eksekutif) Sarekat Islam Indonesia (SII). (Foto: Dok PMD BNPT)

 

Jakarta, INDONEWS.ID - Indonesia memiliki kerukunan yang kuat antar masyarakatnya karena ditopang oleh falsafah luhur yang bernama Pancasila.

Baca juga : Perkembangan Terbaru dan "Historic Milestoe" Aturan Kesehatan Internasional

Intisari dari ajaran agama dan cita-cita pendiri bangsa ini menjadi mercusuar Indonesia dalam menjawab tantangan zaman yang silih berganti. Persatuan Indonesia merupakan salah satu nilai Pancasila yang menjadi pengikat kerukunan dan kebersamaan seluruh anak bangsa.

KH. Muflich Chalif Ibrahim selaku Presiden Lajnah Tanfidziyah (Komite Eksekutif) Sarekat Islam Indonesia (SII), menjelaskan bahwa bangsa Indonesia harus bersyukur karena disatukan dalam format negara berlandaskan Pancasila yang mampu mewadahi semua.

Baca juga : Semangat Kebangkitan Nasional: Perjalanan Inspiratif Mila dari Serang, Banten

Walaupun demikian, seluruh warga negara harus selalu melakukan introspeksi agar kerukunan dan kebersamaan dapat terpelihara dengan baik.

“Kerukunan antar personal, umat beragama, dan semua golongan itu aturannya sudah jelas diwadahi Pancasila. Tidak hanya berasaskan peraturan negara, pada agama Islam, persatuan sesama manusia juga sesuai dengan teladan Baginda Rasul Muhammad SAW. Hanya saja yang namanya gangguan terhadap persatuan akan selalu ada. Jika tidak diantisipasi, ini bisa menjadi ancaman dari kerukunan itu sendiri, khususnya antar umat beragama,” terang KH. Muflich pada Jumat (1/12/2023).

Baca juga : Macet, Menteri AHY Memilih Jalan Kaki ke Acara Pembukaan WWF

Dia menerangkan bahwa kerukunan antar sesama manusia bisa terwujud jika dalam hubungan antar personal tidak ada paksaan, baik secara fisik maupun non fisik.

Bahkan dalam hal pemikiran juga tidak boleh ada pemaksaan sehingga satu pihak dipaksa setuju pada pilihan kelompok lainnya. Pemaksaan dengan segala bentuknya tentu tidak sesuai dengan tuntunan ajaran Islam.

Menurutnya, perbedaan yang ada pada masyarakat Indonesia justru bisa menjadi kekuatan selama kita mau membuka ruang komunikasi dan dialog.

Komunikasi yang baik bisa menjembatani perbedaan yang ada, hingga kemudian kita sampai pada kesimpulan untuk bisa saling mengerti dan memahami kelompok yang berbeda.

Perbedaan yang biasanya ditemukan dalam perkara ubudiyah atau tata cara beribadah tentu jangan sampai menjadi perselisihan selama masih berada dalam bingkai NKRI.

Karena itu, lanjut KH Muflich, alangkah baiknya jika kerukunan ini juga datang dari kesadaran dan keinginan dari lubuk hati terdalam masing-masing anak bangsa. Dengan begitu, kerukunan yang tercipta di Indonesia memiliki dasar emosional dan spiritual yang sangat kuat dan mengakar pada setiap golongan dan kepercayaan.

“Kita ingin suasana yang rukun, aman, dan damai itu memang sebenarnya begitu, bukan dirukunkan, diamankan atau didamaikan. Jadi semangat persatuan Indonesia ini bisa berangkat dari kesadaran dan pemahaman antar umat beragamanya masing-masing. Pada tingkat ini, umat Islam tidak hanya diharapkan memiliki ilmu agama yang cukup, namun pemahamannya juga harus lentur, luwes, bisa menyesuaikan dimana dia tinggal. Dengan keluwesan ini, seorang muslim bisa senantiasa mencintai keadilan dan kesetaraan dalam bermasyarakat, dimana saja dan kapan saja,” ujar KH. Muflich seperti dikutip dari siaran pers Pusat Media Damai (PMD) BNPT.

Untuk mengupayakan terwujudnya kerukunan, katanya, tentu akan ada tantangan dari individu dan kelompok yang memiliki orientasi berbeda.

Ketika menemukan yang demikian, masyarakat bisa meneladani Nabi Muhammad yang menjawab pernyataan sumbang dengan perkataan qalu salama atau membalasnya dengan sopan. Kesantunan menjadi ciri orang yang beriman dalam interaksinya dengan manusia lain.

Ia menambahkan, kesantunan sebenarnya erat kaitannya dengan akal. Manusia digariskan sebagai makhluk yang paling baik karena mereka memiliki dan menggunakan akalnya untuk mencerna wahyu ilahi. Oleh karenanya, hanya orang yang memiliki akal sehat yang bisa mempraktikkan kesantunan.

“Rasul pernah bersabda, ad diin al muammalah, agama itu adalah muamalah atau interaksi secara personal maupun antar golongan. Semakin bagus praktik muamalahnya, semakin santun interaksinya dengan manusia lain, maka semakin baik pula kualitas keagamaannya,” ucapnya.

Maka dari itu, tuturnya, sangat disayangkan apabila belum apa-apa, masyarakat sudah men-judge atau menghakimi suatu informasi atau peristiwa yang belum jelas kebenarannya. Baru sekali mendengar atau membaca tulisan yang beredar, namun bisa langsung percaya begitu saja.

“Saya sendiri jika melihat hal yang secara prinsip sangat mengganggu kerukunan, saya akan datangi untuk bertemu dan berdialog. Dengan begitu, kita tahu betul latar belakang permasalahan yang sedang kita hadapi. Seringkali kita menemukan bahwa pemahaman agamanya sudah bagus, tinggal pola komunikasinya saja yang perlu kita benahi,” ungkap KH. Muflich.

Menutup penjelasannya, KH. Muflich mengingatkan bahwa Islam yang diturunkan Allah  sifatnya universal. Karena Islam diturunkan untuk menjadi rahmat seluruh alam dan tidak terbatas pada golongan tertentu saja.

“Pada hakikatnya, manusia itu diciptakan untuk saling mengenal satu dengan lainnya. Allah berfirman, ‘Yaa `Ayyuhannas, Innaa Khalaqnaakum Min Dhakarin Wa `Untsaa Wa Ja`alnaakum Shu`uubaan Wa Qaba`ila Lita`aarafuu,’ yang berarti manusia yang terdiri dari laki-laki dan perempuan, terdiri dari berbagai suku serta bangsa, itu ditujukan untuk saling berkenalan dengan sesamanya,” pungkas KH. Muflich.

 

Artikel Terkait
Perkembangan Terbaru dan "Historic Milestoe" Aturan Kesehatan Internasional
Semangat Kebangkitan Nasional: Perjalanan Inspiratif Mila dari Serang, Banten
Macet, Menteri AHY Memilih Jalan Kaki ke Acara Pembukaan WWF
Artikel Terkini
Perkembangan Terbaru dan "Historic Milestoe" Aturan Kesehatan Internasional
Semangat Kebangkitan Nasional: Perjalanan Inspiratif Mila dari Serang, Banten
HUT Minahasa Tenggara ke 17, Pj Bupati Maybrat Saksikan Festival Benlak 2024 dan Makan Malam Bersama di Ranumboloy Water Park
PJ Bupati Maybrat Hadiri Pentas Seni Festival Benlak 2024 HUT Minahasa Tenggara ke 17
Saksikan Pekan Gawai Dayak Kalbar, Ratusan Warga Malaysia Serbu PLBN Aruk
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas