Diskusi di Warung Solo. (Ist)
Jakarta, INDONEWS.ID - Dosen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) UI Dr. Ade Armando menilai saat ini masyarakat Indonesia tengah diserang oleh berbagai propaganda yang dilakukan oleh sejumlah tokoh kepentingan.
Dijelaskan Ade, propaganda yang menjalar di masyarakat terbagi dua yaitu propaganda realita atau yang benar dan propaganda yang penuh kebenaran yang ditambah dengan kebohongan.
Namun Ade menyayangkan saat ini yang beredar justru mayoritas propaganda yang sepenuhnya bohong. Hal ini adalah propaganda yang buruk karena dengan mudah ditemukan.
Namun demikian Ade juga mengatakan umumnya propaganda tidak bohong sepenuhnya.
" Propaganda yang baik itu menggunakan sejumlah data yang bisa diklarifikasi kebenarannya, tetapi unsur propaganda yaitu kebenaran ditambahkan kebohongan yang ditambahkan, seperti diplintir sehingga terciptalah sebuah kebenaran yang baru," jelas Ade Armando dalam diskusi yang bertemakan, “Kebangkitan PKI: Isu Atau Realitas?” yang digelar Indonews.id, di Balai Sarwono, Rabu (14/6/2017).
Dan, lanjut Ade, propaganda yang telah diplintir itu akan terus diulang ulang dengan ditambah realita pembenaran yang baru, diberi ilustrasi, yang diberikan oleh tokoh.
Ade mencontohkan seperti kasus Ahok yang dipropaganda telah sebagai penista agama. Dalam kasus Ahok ini yang penting adalah bukan soal penistaan agamanya melainkan orang tidak boleh memilih Ahok, itu yang terus diulang ulang.
Selain itu apa yang pernah dilontarkan oleh Gubernur pilihan Anies Baswedan yang mengatakan akan menolak proyek reklamasi Teluk Jakarta.
Dalam ucapan Anies tersebut tidak penting apakah reklamasi itu akan berhasil atau tidak dan sekarang terbukti tidak akan dihentikan.
" Belum lagi kasus Rizieq, saya heran orang orang rizieq tetap menganggap Rizieq tidak bersalah, padahal sudah 48 hari dia tidak berada di Jakarta paling lama. apa penjelasan yang masuk diakal kenapa dia di Saudi selama itu yaitu kabur apa ada pendapat lain, atau dia menghindari konflik atau takut dengan pengadilan indonesia, berarti tidak percaya dengan pengadilan indonesia, kenapa dia tidak pulang untuk membuktikan kebenaran dirinya, " kata Ade.
" Kita bicara bukan tentang realita tapi bicara soal propaganda yang sistematis sebuah rencana mempengaruhi publik agar publik mempercayai atau menyetujui apa yang dilontarkan propaganda," pungkasnya.
Dalam diskusi juga menghadirkan empat narasumber lainnya yaitu peneliti utama LIPI, dan pakar sejarah Indonesia Dr. Asvi Warman Adam, pengamat politik dari Universitas Presiden, mantan Menristek Kabinet Gusdur Prof. Dr. Muhammad A.S. Hikam, APU, Anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Dr. Tubagus Hasanuddin. (Lka)