INDONEWS.ID

  • Minggu, 16/07/2017 23:36 WIB
  • Ini Penyebab Banjir di Belitung dan Belitung Timur

  • Oleh :
    • Abdi Lisa
Ini Penyebab Banjir di Belitung dan Belitung Timur
Belitung Timur mencekam dikepung banjir. Jalanan Putus dan Listrik padam. (Foto: Tribunnews.com)
Jakarta, INDONEWS.ID - Hujan deras yang berlangsung sejak Jumat (14/7/2017) hingga Minggu (16/7/2017) telah menyebabkan banjir yang luas di beberapa wilayah di Kabupaten Belitung dan Kabupaten Belitung Timur Provinsi Bangka Belitung. Banjir terjadi sejak Sabtu (15/7/2017) pukul 05.00 Wib yang kemudian terus meningkat dan meluas. Ribuan rumah terendam banjir hingga ketinggian 1-2 meter. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho melalui siaran pers Minggu (16/7/2017) malam mengatakan, di Kabupaten Belitung Timur, banjir melanda tujuh kecamatan yaitu Kecamatan Simpang Renggiang, Kepala Kampit, Dendang, Damar, Gantung, dan Manggar. Beberapa desa di Kecamatan Simpang Renggiang seperti Desa Simpang Tiga, Air Ruak, Renggiang, Lintang dan Air Madu terendam banjir antara 25-120 centimeter. “Evakuasi warga terhalang tingginya banjir dan terbatasnya perahu karet,” ujarnya. Sementara itu, banjir di Kecamatan Kelapa Kampit menyebabkan 9 mobil terjebak banjir, dengan 2 mobil hanyut pada Minggu sekitar pukul 02.30 Wib. Sutopo mengatakan, tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut. Namun, akses Jalan Raya Kelapa Kampit -Tanjung Pandan tepatnya depan Kompleks PLN Desa Mayang mengalami rusak karena terus menerus tergerus aliran air hujan. “Jalan lintas Tanjung Pandan-Buding menuju Kampit dan Manggar tidak bisa dilalui kendaraan karena kedalaman air 3 meter, akibat Sungai Buding meluap,” katanya. Begitu juga dengan banjir di Kecamatan Gantung pada Minggu pagi, menyebabkan jalan raya dari Gantung menuju Manggar putus, tepatnya di Dusun Selumar RT 12 Aik Merantik Desa Selinsing. Di Kecamatan Manggar jembatan Aik Meranti Desa Selumar putus sehingga lumpuh total. Bantuan logistik, jelas Sutopo, mengalami kendala akibat jalan putus dan terendam banjir. Terhambatnya akses transportasi juga disebabkan jembatan yang ambruk terseret arus banjir. Tiga jembatan yang sudah teridentifikasi terputus yakni jembatan Kampung Gunung, Jembatan Batu Penyok dan Jembatan Bantan. Sementara itu hujan lebat masih turun. Sementara itu banjir di Kabupaten Belitung melanda empat kecamatan yaitu Kecamatan Tanjung Pandan, Membalong, Sijuk dan Badau. Beberapa ruas jalan juga tidak dapat dilalui kendaraan karena terendam banjir. Sutopo menginformasikan, sebanyak 40 rumah di Desa Kembiri Kecamatan Membalong  terendam banjir hingga 2 meter akibat luapan Sungai Kembiri.  Beberapa perahu milik warga tenggelam tersapu banjir yang terjadi pada Minggu dini hari pukul 02.30 Wib di Desa Sungai Padang Kecamatan Sijuk. “Kerugian sementara 5 unit perahu sampan dan 2 unit perahu boat milik masyarakat Desa Sungai Padang tenggelam,” katanya. Aparat gabungan dari TNI, Polri, BPBD, Basarnas, SKPD, PMI, relawan dan masyarakat membantu evakuasi warga yang terkena banjir. Hingga saat ini belum ada laporan jumlah korban jiwa. Sementara pengungsi ditempatkan pada daerah-daerah tinggi yang tidak terkena banjir, dan pendataan masih dilakukan. Sutopo menjelaskan, hujan yang turun di wilayah Belitung tergolong ekstrem sehingga menimbulkan banjir besar. Berdasarkan data BMKG terukur curah hujan pada 15/7/2017 di stasiun Lalang – Manggar Kabupaten Belitung Timur sebesar 653 mm/hari. Sedangkan di Kelapa Kampit sebesar 306 mm/hari, Air Asam 290 mm/hari, Membalong 302 mm/hari, Perawas 128 mm/hari, dan Sijuk 82 mm/hari. Besarnya curah hujan yang mencapai 653 mm/hari di Lalang – Manggar adalah kejadian yang ekstrem. Intensitas hujan ini melebihi rata-rata hujan bulanan. “Sudah pasti sistem hidrologi di daerah aliran sungai tersebut akan tidak berlangsung normal. Kemampuan drainase dan sungai beserta anak-anak sungainya tidak akan mampu menampung aliran permukaan sehingga menimbulkan banjir,” katanya. Degradasi Lingkungan Banjir tersebut, kata Sutopo, diperparah dengan meningkatnya degradasi lingkungan di Belitung dan Belitung Timur. Berdasarkan hasil kajian BNPB, air hujan di wilayah Belitung biasanya mengalir sebagai aliran permukaan (run off) dan menggerus permukaan. Kandungan biji timah dan kaolin banyak ditemukan di daerah endapan batuan granit, sehingga daerah sekitar sungai banyak dimanfaatkan sebagai usaha pertambangan. Banyaknya usaha pertambangan ini yang tidak didukung dengan upaya perbaikan lingkungan yang banyak menyebabkan terjadinya kerusakan ekosistem lingkungan. Air menjadi keruh karena partikel lumpur dan sukar untuk meresap ke tanah dan sungai yang dangkal terdapat di Belitung sebagai akibat dari aktivitas pertambangan tersebut. Adanya partikel lumpur hasil tambang yang terbawa aliran menyebabkan drainase dan sungai-sungai menjadi dangkal. Jika kondisi ini terus terjadi, maka semakin lama daya tampung sungai semakin berkurang dan saat hujan lebat dapat terjadi banjir. “Perlu segera ada kebijakan strategis dari pemerintah setempat untuk melakukan restorasi kerusakan akibat tambang dan melakukan pengerukan di aliran-aliran sungai yang sudah dangkal,” pungkasnya. (Very)
Artikel Terkait
Saksikan Pekan Gawai Dayak Kalbar, Ratusan Warga Malaysia Serbu PLBN Aruk
Bupati Tanahdatar buka Grand Opening Sakato Aesthetic
Pj Sekretaris Daerah kabupaten Maybrat Turut Kunjungi Kampung Ayata dan Aisa
Artikel Terkini
Saksikan Pekan Gawai Dayak Kalbar, Ratusan Warga Malaysia Serbu PLBN Aruk
Buka WWF ke-10, Presiden Jokowi Berharap Bisa Ciptakan Kepastian Distribusi Air Bersih
Realisasikan Investasi di Indonesia, Menko Airlangga Harapkan Lotte Chemical Dapat Menjadi Stimulus Pembangunan Industri Petrokimia Hilir Lokal
Macet, Menteri AHY Memilih Jalan Kaki ke Acara Pembukaan WWF
Pj Bupati Maybrat Hadiri Festival BENLAK 2024, Peringati Hari Jadi ke-17 Minahasa Tenggara
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas