Daerah

Gunung Merapi Kembali Semburkan Guguran Lava, BPPTKG Imbau Warga Jaga Jarak Radius 3 KM

Oleh : Ronald - Minggu, 25/08/2019 14:59 WIB

Gunung Merapi di Yogyakarta. (Foto : istimewa)

Yogyakarta, INDONEWS.ID - Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta mengeluarkan guguran lava dengan jarak luncur 500 meter ke arah hulu Kali Gendol pada Minggu, (25/8/2019).

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida melalui siaran pers menyebutkan bahwa berdasarkan pengamatan Gunung Merapi mulai pukul 00.00—06.00 WIB, juga tercatat enam kali gempa guguran dengan amplitudo 2 mm—22 mm dan durasi 26,9—79,6 detik.

"Hasil pengamatan visual selama periode itu menunjukkan asap kawah teramati berwarna putih dengan intensitas tipis dan tinggi 25 meter di atas puncak kawah," kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Hanik Humaida, Minggu (25/8/2019).

Menurut Hanik, cuaca di Gunung Merapi terpantau cerah berawan, dengan suhu udara mencapai 12-17.5 derajat celcius. Sedangkan kelembaban udara 41-72 persen, serta tekanan udara 629-710.1 mmHg.

Pada Sabtu (24/8/2019) malam pukul 21.37, gunung api teraktif di Indonesia ini juga tercatat meluncurkan awan panas guguran.

Awan panas guguran tercatat di seismogram dengan amplitudo maksimum 39 mm dan durasi 191,5 detik. Jarak luncur tidak teramati karena tertutup kabut.

Hingga saat ini BPPTKG mempertahankan status Gunung Merapi pada Level II atau Waspada dan untuk sementara tidak merekomendasikan kegiatan pendakian kecuali untuk kepentingan penyelidikan dan penelitian yang berkaitan dengan mitigasi bencana.

 

"BPPTKG mengimbau warga tidak melakukan aktivitas dalam radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi," ucap Hanik.

Sehubungan semakin jauhnya jarak luncur awan panas guguran Gunung Merapi, BPPTKG mengimbau warga yang tinggal di kawasan alur Kali Gendol meningkatkan kewaspadaan.

"Masyarakat juga diminta tidak terpancing isu-isu mengenai erupsi Gunung Merapi yang tidak jelas sumbernya," tutup Hanik. (rnl)

Artikel Terkait