Nasional

Sebanyak 41 Masjid di Lingkungan Pemerintah Terpapar Radikalisme

Oleh : very - Rabu, 21/11/2018 15:05 WIB

Juru Bicara Kepala Badan Intelijen Negara ( BIN) Wawan Hari Purwanto, saat ditemui di Restoran Sate Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa (20/11/2018). (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID -- Juru Bicara Kepala Badan Intelijen Negara ( BIN) Wawan Hari Purwanto mengungkapkan temuan adanya 41 masjid di lingkungan pemerintah yang terpapar radikalisme. Hal itu didapat dari hasil survei Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) Nahdlatul Ulama.

Temuan tersebut diungkapkan Kasubdit di Direktorat 83 BIN, Arief Tugiman, dalam diskusi terkait ormas Islam dalam NKRI, di kantor Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) Jakarta, beberapa waktu silam.

Wawan mengatakan bahwa hasil survei tersebut kemudian didalami lebih lanjut oleh BIN. "Survei dilakukan oleh P3M NU, yang hasilnya disampaikan kepada BIN sebagai early warning dan ditindaklanjuti dengan pendalaman dan penelitian lanjutan oleh BIN," kata Wawan, saat ditemui di Restoran Sate Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa (20/11/2018).

Kategori radikalisme tersebut, katanya, dilihat dari konten yang dibawakan penceramah di masjid tersebut. Menurut Wawan, terdapat sekitar 50 penceramah dengan konten yang menjurus radikalisme.

"Jadi, konten ceramahnya yang kita utamakan, karena itu kan setahun sudah ada daftar penceramahnya, kalau masjidnya sih enggak ada yang radikal, tapi penceramahnya," ujarnya.

Menurutnya, keberadaan masjid di lingkungan pemerintah seharusnya steril dari hal-hal yang berbau radikal. Hal tersebut merupakan salah satu upaya BIN menjaga persatuan di Indonesia.

Ke depannya, BIN akan berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk melakukan pemberdayaan agar tercipta ceramah yang lebih sejuk. Hal tersebut adalah upaya BIN untuk memberikan early warning dalam rangka meningkatkan kewaspadaan, tetap menjaga sikap toleran dan menghargai kebhinekaan.

"Selanjutnya dilakukan pemberdayaan Da`i untuk dapat memberikan ceramah yang menyejukkan dan mengkonter paham radikal di masyarakat," ujarnya. (Very)

Artikel Terkait