Politik

PPP Siap Dorong Kader Potensial dengan Prinsip Politik Tanpa Mahar pada Pilkada 2020

Oleh : Rikard Djegadut - Senin, 04/11/2019 10:50 WIB

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Indonesia Suharso Monoarfa (Foto: Ist)

Pekanbaru, INDONEWS.ID - Partai Persatuan Pembangunan (PPP) menekankan prinsip politik tanpa mahar untuk mengantisipasi pelanggaran pemilihan kepala daerah (pilkada) yang diselenggarakan pada 2020 mendatang.

Pelaksana Tugas Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suharso Monoarfa mengatakan hal itu saat memberikan pembekalan kepada anggota DPRD terpilih beserta seluruh kader PPP se-Riau di Kota Pekanbaru, pada Minggu, 3 November 2019.

"Tidak ada mahar. Kepada kader ini kami tegaskan," kata Suharso.

Suharso yang kini menjabat sebagai Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Indonesia pada Kabinet Indonesia Maju itu, juga membeberkan strategi yang harus dilakukan PPP agar dapat memenangi Pilkada 2020 pada sembilan kabupaten/kota di Provinsi Riau.

Bahkan menurutnya, jika PPP ingin meminang bakal calon dari eksternal partai, juga bisa dilakukan selama berpotensi membesarkan PPP.

"Selama kader kita mampu untuk maju pilkada maka akan kita dorong,” tegas Suharso.

Pada Pemilu 2024 target perolehan PPP 10 juta suara atau 40 kursi di DPR RI. “PPP masih eksis,” ujar Suharso.

Buktinya, partai kabah itu lolos dalam pemilu lalu dengan raupan suara 6,4 juta suara (4,25 persen) yang mengantarkan 19 orang kadernya menjadi anggota DPR RI.

Meski hasil Pemilu 2019 ini menempatkan partai berlambang Kabah tersebut di urutan terakhir perolehan kursi di parlemen, namun PPP masih dapat mengisi kursi pimpinan komisi masih ada.

"Salah satunya yakni Komisi II, kami juga mendapat kursi wakil ketua komisi yang memiliki ruang lingkup kerja di bidang pemerintahan dan otonomi daerah, termasuk KPU, Bawaslu yang menjadi mitra kerjanya," ujarnya lagi.

Dengan terpilihnya kader terbaik PPP duduk di komisi itu, PPP mengevaluasi penyelenggaraan pemilu. Setiap pemilu, kata Suharso, partainya sudah mencoba semua sistem, sehingga harus sampai pada satu sistem yang pas dan cocok.

“Itu yang saya kira hampir semua partai politik sudah berpikir ke arah sana. Ke depannya supaya representasi suara mendekati 100 persen."

Artikel Terkait