Nasional

Membaca Peluang Pengembangan Thorium untuk Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Indonesia

Oleh : Mancik - Kamis, 27/02/2020 11:01 WIB

Ahli Thorium Indonesia, Erwin Kasma saat diwawancara tentang pengggunaan Thorium untuk PLTN di Indonesia oleh Wartawan Indonews.id di Joglo Kopi, Warung Solo, Jakarta Selatan.Rabu,(26/02/2020)

Jakarta, INDONEWS.ID - Kebutuhan energi listrik di Indonesia semakin meningkat setiap tahun. Hal ini dipengaruhi tingkat kebutuhan dan kemauan pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang membutuhkan dukungan sumber energi yang besar. Jakarta, Jumat,(27/02/2020)

Perbandingan antara tingkat kebutuhan dan ketersedian energi listrik saat ini hampir seimbang. Kondisi ini sebenarnya, mengharuskan pemerintah mencari sumber energi baru, baik untuk kebutuhan masyarakat maupun bagi kebutuhan industri.

Saat ini, pemerintah Indonesia masih berkonsentrasi memanfaatkan energi fosil berupa minyak, gas bumi dan batubara sebagai bahan utama energi listrik Indonesia. Padahal, cadangan minyak, gas dan batubara Indonesia semakin menipis setiap tahun.

Selain itu, penggunan minyak bumi dan batubara sebagai sumber energi listrik, memiliki resiko tinggi. Selain menghasilkan polusi, juga menghadirkan dampak serius bagi keutuhan dan keselamatan lingkungan Indonesia.

Karena itu, tidak ada pilihan bagi pemerintah Indonesia. Negara saat ini mesti memikirkan dan mencari peluang baru dalam memenuhi kebutuhan listrik di Indonesia.

Berbicara peluang pengembangan sumber energi listrik sebenarnya, bukan hal sulit bagi Indonesia. Karena alam Indonesia telah menyediakan berbagai unsur yang dapat dikembangkan sebagai bahan dasar energi listrik. Salah satu contohnya adalah Thorium.

Dalam hal ini, Indonews sendiri, Rabu,(26/02) berkesempatan untuk mengggali lebih dalam pendapat dari salah seorang ahli Thorium Indonesia, Erwin Kasma. Ia menerangkan bahwa alam Indonesia menyimpan banyak kandungan Thorium yang dapat dikembangkan sebagai sumber utama pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Listrik (PLTN) di Indonesia.

Thorium sendiri, kata Erwin, memiliki kemiripan dengan uranium, bahan dasar yang digunakan untuk reaktor nuklir. Namun, antara Thorium dan Uranimum memiliki perbedaan yang sangat mendasar dalam penggunaannya sebagai bahan dasar reaktor nuklir.

Dalam hal penggunaannya sebagai bahan reaktor nuklir, Thorium jauh lebih efisien dibandingkan dengan Uranium. Karena itu, pilihan paling tepat bagi pemerintah yakni menggunakan Thorium untuk memenuhi kebutuhan energi listrik masyarakat.

"Thorium itu sama dengan uranium, sudah ada di alam cuma baurannya saja yang berbeda, uranium lebih sedikit, lebih banyak thorium. Thorium itu bulat-bulat tidak perlu dipisahkan lagi, efisiensi tinggi, sehingga lebih murah kalau mau membangun reaktor nuklir," kata Erwin.

Keberadaan Thorium sebenarnya, kata Erwin, banyak dimiliki oleh negara-negara berkembang. Namun, belum ada negara yang melihat kekayaan alam ini sebagai kekuatan baru dalam pengembangan energi listrik.

Di Indonesia sendiri, menurutnya, Thorium menyebar di beberapa pulau. Jumlahlah sangat besar sehingga dapat dimanfaatkan kepentingan energi nasional dalam jangka panjang.

"Di Indonesia banyak memiliki potensi thorium ini seperti di daerah Bangka dan Pulau Irian Jaya (Papua)," jelas Erwin.

Terkait dengan rencana pengggunaan Thorium, kata Erwin, membutuhkan komitmen tinggi dari pemerintah Indonesia. Hal ini karena belum ada studi khusus yang dilakukan oleh lembaga terkait dalam mendalami keberadaan thorium serta rencana pemanfaatannya.

Jika pemerintah ingin mengembangkan thorium sebagai bahan baku reaktor nuklir, maka pemerintah terlebih dahulu menyiapkan infrastrukturnya. Kesiapan infrastruktur menjadi tahapan paling awal dalam rangka menyusun rencana kerja pengembangan thorium untuk Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir( PLTN) di Indonesia.

"Kalau kita mau buat sendiri, kasarnya baut-bautnya kita buat sendiri, jadi sebelum kita buat protipenya, kita mesti siapkan dulu infrastrukturnya.Indonesia belum mempunyai infrastruktur yang mendukung ke sana,pengembangan reaktor nuklir, untuk membangun PLTN saja belum ada infrastrukturnya. Infrastrukturnya banyak. Indonesia mesti harus membereskan dulu infrstruturnya, baru bisa berkembang," jelas Erwin.

Erwin sendiri menjamin bahwa pengembangan thorium untuk reaktor nuklir aman untuk masyarakat. Thorium ini merupakan sumber energi hijau yang tidak memberikan dampak negatif kepada masyarakat maupun lingkungan.

Thorium sangat berbeda dengan bahan baku nuklir seperti uranium. Karena, limbah uranium dapat digunakan sebagai bahan dasar bom atom, sementara limbah thorium tidak dapat digunakan sebagai bahan dasar membuat bom atom.

"Satup-satu ketakutan orang terhadap PLTN adalah pengembangan bom atom karena reaktornya berbasis uranium. Nah, reaktor berbasis thorium ini, limbahnya tidak bisa dikembangkan menjadi bom atom, jadi ini sangat aman," ungkapnya.

Selain itu, pengembangan thorium ini dapat digunakan untuk kepentingan jangka panjang. Mengingat, ketersedian thorium yang banyak di alam Indonesia.

Karena itu, menurut Erwin, wacana ini perlu direalisasikan dengan cepat. Mengingat, pemerintah telah memutuskan memindahkan ibu kota negara dari Jakarta ke Kalimantan Timur.

Kebutuhan energi listrik ibu negara baru pasti tinggi. Dengan adanya proyek thorium ini, kebutuhan listrik, baik untuk masyarakat maupun industri dapat ditangani dengan baik.*

Artikel Terkait