Nasional

Alasan Peneliti Inggris Sebut Ada Ratusan Ribu Kasus Corona di Indonesia Tak Terdeteksi

Oleh : Rikard Djegadut - Jum'at, 27/03/2020 12:30 WIB

Pariwisata Bali sepi dampak Corona (Foto: ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Berdasarkan data per Kamis (26/3), angka kematian akibat Covid-19 di Indonesia merupakan yang tertinggi di dunia dengan persentase mencapai 11,4 persen atau 78 kematian dari 893 kasus. Sementara angka pengetesan Covid-19 di Indonesia, adalah termasuk yang terendah di dunia.

Pekan lalu, Indonesia baru melaksanakan 1.727 tes. Jika dibandingkan dengan total penduduk, baru satu orang di tes dari 156 ribu orang. Dengan demikian, diperkirakan masih banyak penderita Covid-19 yang belum teridentifikasi. Pembelian 150 ribu alat tes dari China diharapkan bisa mempercepat identifikasi mereka yang terduga terinfeksi virus corona.

Kasus Positif Vs Pasien Meninggal

Peneliti Pusat Pemodelan Matematika Penyakit Menular (CMMID) London, Inggris mengatakan jumlah kasus Covid-19 yang tidak terdeteksi di Indonesia bahkan bisa mencapai puluhan hingga ratusan ribu kasus.

Para peneliti itu menyebut alasan kasus-kasus infeksi virus corona SARS-COV-2 ini tidak terdeteksi adalah karena rendahnya tingkat pengetesan oleh pemerintah.

Penelitian yang dikembangkan oleh para peneliti di Inggris tersebut menggunakan pemodelan matematika untuk memprediksi secara kasar kemungkinan jumlah kasus penyebaran Covid-19 di suatu negara berdasarkan jumlah kematian.

Menurut pemodelan tersebut, satu kematian yang dikonfirmasi di suatu negara seperti Indonesia, sebenarnya bisa digunakan untuk menghitung beban kasus yang sebenarnya.

Pemerintah Kurang Agresif
 
Pemodelan ini mempermasalahkan soal tingginya persentase tingkat kematian Covid-19 di Indonesia. Mereka memperkirakan tingginya angka kematian ini disebabkan karena pemerintah kurang agresif melakukan pengetesan para terduga Covid-19.

Prediksi pemodelan CMMID tergantung pada dua variabel kunci, yakni tingkat kematian dan tingkat penularan, serta mengukur berapa banyak orang yang kemungkinan akan terinfeksi oleh satu orang.

Mereka lalu membandingkan tingkat kematian di Indonesia ini dengan data kematian Covid-19 WHO sebesar 3 persen (3 kematian per 100 kasus). Meski demikian, para ahli virologi dan epidemologi percaya tingkat kematian virus ini di bawah 1 persen.

Tingkat penularan Covid-19 juga diperkirakan ada di angka 2 dan 3, yang artinya tiap pasien positif, menularkan kepada dua atau tiga orang lain.

Kombinasi dua data ini, digabungkan dengan angka kematian di Indonesia, maka para ahli memperkirakan sebenarnya tingkat infeksi Covid-19 di RI sudah lebih besar.

Diperkirakan 70.848 Kasus di Indonesia

Perkiraan konservatif, menurut pemodelan CMMID dengan tingkat kematian Covid-19 sebesar 1 persen dan tingkat penularan kepada 2 orang memprediksi telah ada 70.848 kasus virus corona baru di Indonesia.

Sementara jika angka tingkat infeksi ditingkatkan ke angka 3, maka kemungkinan terdapat 251.424 kasus di Indonesia. Di mana satu kematian Covid-19 akan menunjukkan ada 5.238 kasus di masyarakat. Nilai sebenarnya kemungkinan berada di antara keduanya.

Angka ini didapat berdasarkan data kematian Covid-19 pada Senin (23/3). Saat itu, data kematian di Indonesia masih di angka 48 orang.

Associate CMMID profesor Stefan Flasche mengatakan bahwa jumlah kasus virus corona baru akan meningkat dua kali lipat setiap tujuh hari.
 
"Orang akan berharap bahwa kira-kira enam kematian yang dilaporkan per hari yang Anda lihat saat ini [di Indonesia] akan meningkat menjadi 12 kematian per hari minggu depan  dan 24 kematian per hari setelahnya. [Itu akan berhenti] kecuali ada upaya besar yang bertujuan untuk menghentikan penyebaran melalui misalnya, social distancing," katanya, seperti dikutip ABC. 

Diperikaran 1 Kasus Per Akhir April

Ketika ditanya kemungkinan ada 1 juta kasus di Indonesia pada akhir April, menurutnya hal itu mungkin terjadi. Kemungkinan ini berkaca dari tingginya populasi di Indonesia dengan 270 juta penduduk.

"Mungkin membuat semi-masuk akal, sebagai skenario terburuk," tuturnya.

Profesor Niall Ferguson dari Imperial College di London, Inggris, juga mendukung perhitungan ini. Menurutnya, satu kematian menunjukkan setidaknya seribu kasus di masyarakat dengan asumsi tingkat kematian 1 persen.

"Kami kira epidemi tanpa adanya pengukuran...mungkin akan naik dua kali lipat tiap lima hari...dan hanya satu dari 100 orang yang terinfeksi akan meninggal," tuturnya.

"Jika penderita sudah menunjukkan gejala, butuh 20 hari atau lebih hingga mereka meninggal. Sehingga angka kematian hari ini menunjukkan epidemi yang terjadi 20 hari lalu."

"Epidemi saat itu (20 hari lalu) pasti 10 kali lebih kecil. Jika dikalikan dengan angka 100 angka kematian, maka didapat faktor pengali 1.000 kasus."

Sebelumnya, Menteri Kesehatan memprediksi kemungkinan 700 ribu kasus di Indonesia. Namun, tidak menjelaskan kapan Indonesia akan mencapai angka ini.

Melansir News, mantan perdana menteri Australia Kevin Rudd memperingatkan bahwa situasi yang ada di Indonesia dapat memiliki konsekuensi serius bagi Australia.
 
"Teman dan tetangga kita Indonesia, populasi 275 juta, sekarang berada di puncak bencana virus corona yang tinggi. Ini memiliki implikasi keamanan nasional yang besar bagi Jakarta dan Canberra. Ini akan membutuhkan solidaritas dan diplomasi yang sangat terampil di masa depan," kata Rudd.*(Rikardo)

Artikel Terkait