Nasional

Berdamai dengan Pandemi, Jalani Hidup Secara "New Normal"

Oleh : very - Selasa, 12/05/2020 19:30 WIB

Staf Khusus Menteri Kesehatan, Brigjen TNI (pur.) dr. Jajang Edi Priyatno. (Foto: Indonews.id)

 

Jakarta, INDONEWS.ID -- Presiden Joko Widodo pada sebuah kesempatan mengatakan bahwa masyarakat harus mulai hidup berdamai dengan virus Corona. Hal itu bukan dimaksudkan Presiden dengan mental ignore atau masa bodoh dengan pandemi yang sudah mendera bangsa ini selama 3 bulan lebih.

Tetapi hal tersebut dimaksudkannya dengan hidup dengan cara baru (the new normal) yaitu dengan mencuci tangan, menjaga physical distancing (menjaga jarak), menggunakan masker dan menjaga imunitas tubuh.

Hal itu ditegaskan oleh Staf Khusus Menteri Kesehatan, Brigjen TNI (pur.) dr. Jajang Edi Priyatno dalam perbincangan dengan Indonews.id di kantornya, di Jakarta, Selasa (12/5).

"Virus Corona itu akan ada dan tetap ada. Dia sama seperti HIV/AIDS, TBC atau virus yang menyebabkan penyakit lainnya, masih tetap ada hingga saat ini. Karena itu, yang dibutuhkan adalah bagaimana kita menyikapinya," ujarnya.

Karena itu, katanya, gaya hidup sehat sangat dibutuhkan dalam menyikapi pandemi ini. Selain itu, orang dilatih agar tidak panik atau selalu tenang ketika berhadapan dengan virus tersebut. "Inilah yang dimaksudkan oleh Pak Menteri (Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto, red) ketika mengatakan kita menyikapi virus tersebut dengan berdoa. Berdoa itu pada akhirnya memunculkan ketenangan batin seseorang," ujarnya.

Hingga saat ini, katanya, belum bisa diprediksi kapan virus corona ini berakhir menghantui Indonesia. Namun, dia memastikan bahwa pemerintah terus berkeja keras untuk mengatasi pandemi tersebut.

"Bapak Menteri terus bekerja dengan serius hingga saat ini. Beliau tetap bekerja dalam senyap, dalam diam, untuk memastikan Indonesia terbebas dari virus ini," ujarnya.

Apalagi, Presiden Jokowi sudah menetapkan bahwa ada tiga tim yang boleh berbicara terkait virus corona tersebut yakni, Presiden, Juru Bicara Pemerintah terkait Percepatan Penanganan Covid-19, dan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Virus Corona.

Menurut Jajang, tugas Kementerian Kesehatan yaitu memastikan semua rumah sakit, laboratorim, yang berada di bawah kewenangannya bisa menjalankan tugas dengan baik, seperti melakukan PCR (polymerase chain reaction).

"Jadi, jangan dikira bahwa pemerintah tidak bekerja. Pak Menteri terus berkerja siang dan malam," ujarnya.

Terkait Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) menurutnya, telah terjadi perubahan dalam gaya hidup masyarakat. Karena itu dia optimistis penerapan PSBB berdampak positif dalam kehidupan masyarakat. "Tugas kita, termasuk media, untuk terus memberikan pendidikan kepada masyarakat sehingga upaya yang kita lakukan ini berhasil," ujarnya.

(Dari Kiri ke Kanan, Staf Khusus Menteri Kesehatan Bidang Peningkatan Sumber Daya Manusia Kesehatan dr. Mariya Mubarika, Staf Khusus Menteri Kesehatan, Brigjen TNI (pur.) dr. Jajang Edi Priyatno, dan Staf Khusus Kementerian Kesehatan Mayjen TNI (pur.) dr Daniel Tjen, didampingi oleh dua wartawan Indonew.id, Very Herdiman dan Richardo. Foto: Indonews.id)

 

Bergantung pada Masyarakat

Sementara itu, Staf Khusus Menteri Kesehatan Bidang Peningkatan Sumber Daya Manusia Kesehatan dr. Mariya Mubarika mengatakan berhasil tidaknya penerapan PSBB dan berhasil tidaknya upaya menghalau virus Corona ini sangat tergantung pada masyarakat sendiri. 

Karena itu, berakhirnya virus Corona ini bergantung pada diri kita masing-masing. "Berakhirnya virus Corona ini bukan tergantung pemerintah atau Gugus Tugas, tetapi bergantung pada masyarakat kita," ujarnya.

Penerapan PSBB menurutnya, adalah untuk mendidik masyarakat yang masa bodoh terhadap penyebaran virus Corona tersebut. Karena, ulah masyarakat seperti itulah yang menyebabkan virus ini makin menyebar kian meluas.

"Setiap negara itu memikili cara masing-masing dalam memerangi pandemi virus ini. Tapi untuk negara kita, PSBB merupakan cara yang tepat dalam memerangi virus ini," ujarnya.

Hingga saat ini, katanya, pihaknya sudah melakukan banyak rapid test maupun tes PCR. Dari tes yang dilakukan tersebut, pihaknya memiliki keyakinan bahwa angka pasien saat ini sudah sesuai dengan realitas di lapangan. "Jadi, dari hasil rapid test dan tes PCR inilah telah menunjukkan hasil sebenarnya. Jadi tidak ada unsur-unsur mempermainkan data yang dilakukan seperti yang ramai beredar di berbagai media sosial itu," ujarnya.

Mariya mengatakan rapid test ini dilakukan untuk mencari dan menemukan orang yang diduga tertular Covid-19 dengan cepat. Ia juga mengimbau kepada masyarakat agar tetap menjaga diri dari penularan SARS-CoV-2 dengan berdiam diri di rumah, ke luar rumah seperlunya dan menjaga jarak fisik dengan orang lain.

“Tetap tinggal di rumah untuk menghindari diri kita dari Covid-19. Perilaku hidup bersih dan sehat juga harus dilakukan seperti cuci tangan pakai sabun, makan makanan bergizi seimbang, mapun olahraga,” ujarnya.

Rapid Test dilakukan menggunakan metode pemeriksaan antibody, bukan melakukan pemeriksaan langsung terhadap virusnya. Metode Rapid Test, katanya, digunakan untuk skrining adanya kasus positif di masyarakat. Oleh karena itu yang diperiksa pada Rapper id Test ini adalah antibody yang ada di dalam darah, sehingga spesimen yang diambil adalah darah.

Dia mengharapkan dengan dilakukannya rapid test ini dapat menjaring secara cepat keberadaan kasus positif.

Staf Khusus Kementerian Kesehatan Mayjen TNI (pur.) dr Daniel Tjen mengatakan, letak geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau dengan jangkauan jarak yang jauh itulah yang menjadi salah satu kendala dari upaya kita dalam mengatasi virus tersebut. Walau demikian, katanya, pilihan kebijakan pemerintah untuk memberlakukan PSBB sudah sangat tepat.

Pemerintah sejauh ini telah menerapkan PSBB di 18 wilayah. Namun, ada sekitar 7 wilayah yang pengajuan PSBB-nya ditolak pemerintah. “Penolakan pengajuan PSBB itu terjadi karena di sebuah wilayah belum terjadi temuan virus secara signifikan,” ujarnya. (Very)

Artikel Terkait