Nasional

Ahli Epidemiologi Ungkap Alasan Meningkatnya Kasus Positif Covid-19

Oleh : Mancik - Senin, 15/06/2020 23:58 WIB

Ahli Epidemiologi dan Informatika Penyakit Menular dari Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 (Gugus Tugas Nasional), Dewi Nur Aisyah.(Foto:Istimewa)

Jakarta, INDONEWS.ID - Meningkatnya angka kasus Covid-19 yang dilaporkan setiap harinya belum tentu kemudian dapat diartikan keadaan semakin buruk dan perjuangan dalam melawan pandemi gagal.

Ahli Epidemiologi dan Informatika Penyakit Menular dari Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 (Gugus Tugas Nasional), Dewi Nur Aisyah mengatakan, kenaikan angka kasus COVID-19 dipengaruhi oleh banyak faktor.

"Kita harus melihat penambahan jumlah itu karena apa," kata Dewi di Jakarta, Senin,(15/06/2020)

Menurut Dewi, meningkatnya penambahan kasus positif yang paling mudah dilihat adalah dari faktor adanya penambahan pemeriksaan.

"Yang paling mudah kita lihat sekarang adalah penambahan kasus positif bertambah tinggi, karena jumlah pemeriksaan juga bertambah tinggi," jelas Dewi.

Dalam hal ini, hasil jumlah pemeriksaan terhadap orang yang diperiksa mempengaruhi angka kasus rata-rata penambahan positif setiap harinya.

Dengan kata lain, apabila angka positivity rate menunjukkan hasil yang sama, berarti tidak ada perbedaan meski jumlahnya bertambah.

"Kalau dalam istilahnya adalah kita melihat positivity rate, berapa persen orang yang positif dari jumlah orang yang diperiksa. Kalau jumlahnya kurang lebih sama, berarti tidak ada perbedaan walaupun angkanya bertambah besar," kata Dewi.

Sebagai contoh sederhana, ketika awalnya dilakukan pemeriksaan dengan target 10.000 lalu kemudian naik menjadi 20.000 perhari, maka hasilnya juga berpotensi akan mengalami peningkatan.

"Misal di awal kita punya target pemeriksaan 10.000 per hari, sekarang naik jadi 20.000 perhari, maka kita akan melihat lonjakan jumlah kasus positifnya," jelas Dewi.

Dewi meminta masyarakat untuk tidak mengartikan bahwa penambahan angka kasus positif tersebut berarti kondisi semakin buruk dan perjuangan melawan Covid-19 selama ini menjadi sia-sia.

"Ketika kita melihat angka, maka jangan dilihat secara bulat," ujar Dewi.

Angka Kasus Covid-19 Sangat Dinamis

Dalam kesempatan yang sama, Dewi juga menjelaskan bahwa Covid-19 merupakan penyakit yang dinamis. Adapun keadaan dinamis tersebut juga mempengaruhi berubahnya angka kasus.

Menurutnya, seseorang berpotensi mengalami perubahan status dari Orang Dalam Pemantauan (ODP) menjadi Pasien Dalam Pengawasan (PDP), kemudian berubah lagi positif hingga negatif setelah melalui rangkaian isolasi mandiri dan dua kali melakukan tes swab.

"Mungkin hari ini ada orang yang statusnya Orang Dalam Pemantauan (ODP) lalu kemudian setelah dites swab hasilnya positif, maka status berubah. Kemudian nanti selang dua minggu kemudian melakukan tes swab ulang sebanyak dua kali negatif, sembuh statusnya," jelas Dewi.

Gambaran tersebut juga sekaligus dapat dipahami bahwa satu orang dapat berpindah status dan masuk dalam akumulasi data laporan, sehingga inilah yang kemudian disebut bahwa Covid-19 adalah penyakit yang dinamis.

Melihat beberapa faktor yang mempengaruhi data perubahan angka kasus tersebut, Dewi juga mengatakan bahwa dalam hal ini infrastruktur dan kapasitas tenaga medis serta komponen terkait penanganan COVID-19 harus lebih ditingkatkan.

Selain itu, Dewi juga meminta agar masyarakat dapat lebih meningkatkan lagi upaya pencegahan dengan selalu menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun dan meningkatkan imunitas dengan menjaga gizi seimbang, tidur yang cukup dan berolahraga secara teratur.

 

 

Artikel Terkait