Opini

Memilih Pemimpin? Mencari Kelebihannya atau Kekurangannya?

Oleh : luska - Minggu, 22/11/2020 11:05 WIB

Penulis : DR.Ir.Sasmito Hadi Wibowo,MSc. (Mantan Deputi Kepala BPS-RI)

Jakarta, INDONEWS.ID - Ketika pernah bertugas menseleksi atau memeriksa calon pejabat struktural eselon 1, 2, 3, dan 4, serta pejabat fungsional dari ribuan calon di berbagai kementerian/lembaga selama 10 tahun terakhir masa keaktifan, ada satu benang merah: tidak ada satupun yang sempurna! Iya....tidak ada. 

Awalnya agak kesal. Padahal calon-calon tersebut lulusan universitas ternama dalam dan luar negeri disertai beragam keahlian, sarjana/doktor/profesor bergelar S1-S3, dengan pengalaman kerja minim hingga segudang. Rekruitmen mereka pun luar biasa: waktu masuk universitas mengalahkan ribuan calon lain. Begitu pula waktu masuk kerja, setelah mengalahkan ribuan calon lainnya. 
Proses seleksinya sudah  mengikuti kaidah akademis, ketata pemerintahan, dan memperhatikan proses serupa di berbagai negara lain. Apakah ada yang salah? 
Di masa lalu, dunia ilmiah (Barat)  menghindari faktor panduan keagamaan dalam visi akademis. Namun Universitas Harvard, Amerika Serikat, mendobrak 'taboo ilmiah' tersebut dengan memajang panduan keadilan Islam,  Surat An-Nissa ayat 135 yang terjemahannya adalah "Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar- benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau Ibu Bapak dan kaum kerabatmu. Jika mereka kaya atau miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya", di gerbang Fakultas Hukumnya. 

Jika perguruan tinggi sekuler ternama di dunia, tempat mantan Presiden Obama dan Mendikbud Indonesia Nadiem Makarim menimba ilmu, berani melakukannya, kenapa yang lain tidak?

Kembali memilih pemimpin atau pejabat. Kalau menelusuri Qur'an dan turunannya yang menyebutkan nama 25 Nabi dari 300an Nabi  dan 100ribuan manusia pilihan yang pernah ada, tetap saja tidak ditemukan manusia yang sempurna. Baik Nabi Adam, Ibrahim, Yusuf, Musa, Isa, dan lainnya,  bahkan Nabi Muhammad pun pernah melakukan kesalahan dan diingatkan oleh Yang Maha Kuasa. 

Jadi secara akademis maupun keagamaan, belum pernah ditemukan dalam sejarah manusia ada orang atau pemimpin yang sempurna tanpa cacat. 

Namun, ketika kita memilih pemimpin, hal yang aneh tapi nyata sering terjadi. Kita maunya pemimpin sempurna tanpa cacat!

Calon pemimpin yang kita sukai....kita tonjolkan segala kehebatannya. Sedangkan kekurangannya kita tutup rapat-rapat. Sebaliknya dengan calon pemimpin yang tidak kita sukai. Kita bongkar segala kekurangannya, dan kelebihannya kita abaikan. 
Padahal siapapun yang terpilih jadi pemimpin, kita sukai atau tidak, dia jadi pemimpin untuk kita semua. Melayani kita semua, suka atau tidak.

Jika kita lebih rasional dan berharap yang terbaik untuk kita semua, maka jalan paling ideal adalah kita (pendukung, oposisi, atau independen)  beberkan semua kelebihan dan kekurangan para calon pemimpin. Tanpa ada yang disembunyikan. 
Karena sebagian besar manusia bersifat normal dan rasional, asal diberikan informasi yang cukup, maka pilihan akan optimal. Rakyat Amerika Serikat membuktikannya.  Manusia di belahan Bumi manapun juga dapat membuktikannya.
Semoga.

Artikel Terkait