Nasional

Mengenal Trio Kartini Masa Kini, Alumni SMAN3 Teladan Jakarta

Oleh : Rikard Djegadut - Rabu, 21/04/2021 12:45 WIB

Alumni SMAN3 Teladan Jakarta Dewi Motik, Nana Yuliana dan Riyani Tirtoso Bondan

Sosok, INDONEWS.ID - Setiap 21 April setiap tahunnya, Indonesia memperingati Hari Kartini untuk menghormati perjuangan R.A. Kartini mewujudkan kesetaraan kesempatan antara laki-laki dan perempuan di semua bidang. Kartini menjadi simbol kebangkitan perempuan Indonesia.

Dalam lanjutan tulisan berseri kali ini, Media INDONEWS.ID kembali mengangkat profil dua alumni Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Teladan Jakarta yang karir dan perjuangan serta peran dalam membangun Indonesia melalui bidang yang mereka geluti dipandang pantas dijadikan sebagi contoh perjuangan Kartini di era sekarang ini.

Mereka adalah Dewi Motik, Riyani Tirtoso Bondan dan Nana Yuliana. Ketiganya merupakan alumni sekolah yang beralamat di jalan Setiabudi Jakarta Selatan ini.

Sebagaimana diketahui, sekolah ini akan merayakan ulang tahunnya ke-68 pada 24 Oktober mendatang. Dalam usianya itu, sekolah ini telah melahirkan banyak tokoh mulai dari selebriti, hingga pejabat. Termasuk dua di antaranya Dewi Motok dan Riyani Tirtoso Bondan. Seperti apa peran dan pencapaian mereka, mari simak selengkapnya!

Dewi Motik

Dr. Cri Puspa Dewi Motik Pramono, M.Sc lahir dengan lengkap Cri Puspa Dewi Motik di Jakarta pada 10 Mei 1949. Wanita berusia 72 tahun ini telah banyak mewarnai dunia perempuan di Indonesia.

Dewi Motik menjadi ikon pengusaha perempuan terkenal di Indonesia. Ia aktif dalam berbagai kegiatan usaha, pendidikan dan kemasyarakatan. Selain sebagai pengusaha Motik juga dikenal sebagai penulis, pengajar, dosen dan motivator.

Motik merupakan sosio-entrepreneur yang aktif menggelorakan koperasi dan usaha kecil-menengah pada rakyat kecil. Ia terkenal atas kiprahnya sebagai Pendiri dan Ketua Umum Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) dan Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani) periode 2009-2014.

Anak ke-4 dari 9 bersaudara dari ayah Basyaruddin Rahman Motik, yang merupakan seorang pengusaha terkenal asal Palembang itu telah menunjukkan banyak keahlian sejak masih muda dan didukung penuh oleh ayahnya.

Meski begitu, dia dididik sang ayah untuk mandiri sejak kecil. Saat umur 14 tahun, dia sudah terbiasa mencari uang dengan bermain sulap di jalan Cikini, Menteng, Jakarta Pusat.

Parasnya yang cantik membuat sosok ini pernah terpilih sebagai Pemenang Harapan None Jakarta pada 1968 dan sebagai Ratu Jakarta Fair.

Kemudian pada tahun 1974 dinobatkan sebagai Top Model of the Year. Tiga tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1977 terpilih sebagai Wanita Karier Ideal dan pada tahun 1981 terpilih sebagai Wanita Berbusana Terbaik dan pada tahun 1989 terpilih sebagai Wanita Excecutive Berbusana Terbaik.

Dulunya, Motik memang aktif di dunia hiburan sebagai model, namun hal itu ditinggalkannya setelah fokus menempuh dunia pendidikan.

Setelah merampungkan pendidikan menengah atas di SMAN 3 Teladan Jakarta, Dewi Motik merampungkan pendidikan tingginya di IKIP Jakarta dan Sarjana Seni Rupa di Florida International University, Miami, Amerika Serikat.

Pascasarjananya dituntaskan di Bidang Pengkajian Ketahanan Nasional (PKN), Universitas Indonesia. Sedangkan program doktoral diselesaikan di Universitas Negeri Jakarta di bidang Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup.

Sepulang menyelesaikan studi di Amerika Serikat, Dewi meneruskan usaha orang tuanya di bidang ekspor impor, dan juga beragam jenis usaha lainnya. Usaha garmen yang dipimpinnya bahkan sempat memiliki 3.500 karyawan.

Dewi Motik pernah belajar Bahasa Inggris di Kedutaan Perancis, dan selama menjalani kuliah baik di dalam maupun luar negeri ia selalu berusaha mencari uang sendiri dengan berbagai cara.

Dia pun sering menjajakan kue brownies dan makanan yang dia buat sendiri, benda-benda kerajinan khas Indonesia dan masih banyak jenis usaha lain pernah ia jajal. Sejak saat itu, jiwa wirausahanya semakin menyala.

Pemimpin Redaksi Indonews.id bersama Dewi Motik

Mendirikan IWAPI

Pada tahun 1975, bersama Dr. Hj. Kemala Motik Abdul Gafur, ia mendirikan Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) pada tahun 1975.

Organisasi ini tidak hanya berperan sebagai asosiasi pengusaha wanita namun juga sebagai lembaga pendanaan untuk membantu para pengusaha wanita membiayai bisnis mereka. Ia pun kemudian ditunjuk sebagai ketua umum organisasi ini pada tahun 1982.

Motik terpilih sebagai Ketua Sub Konsorsium Usaha Jasa Boga dan Memasak Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1984-1990.

Selanjutnya, pada tahun yang hampir bersamaan, ia terpilih sebagai Ketua Umum Ikatan Ahli Boga Indonesia Pusat 1987-1999.

Selain bergiat di bidang usaha, terutama boga, Dewi Motik memiliki misi kuat untuk membina dan memberdayakan para perempuan Indonesia, apalagi setelah ia didapuk menjadi Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani).

Contoh langkah nyatanya adalah pada tahun 2010, ketika ia menjalin kerjasama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia dalam menyosialisasikan program internet sehat.

Ia juga mempelopori terselenggaranya Kowani Fair sebagai ajang menumbuhkan semangat kewirausahaan di kalangan perempuan Indonesia.

Selain perempuan, masalah usaha kecil juga mendapat perhatian khusus dari Anggota dari World Assembly of Small & Medium Enterprises (WASME) ini. Peran serta dan aktivitas ibu 3 orang anak ini tidak terbatas di dalam negeri, tetapi sudah mendunia.

Ia banyak mendapat undangan dari luar negeri, baik pemerintahan, lembaga asing, maupun PBB, untuk menyampaikan pandangannya di bidang lingkungan hidup dan pembangunan hidup berkelanjutan atau di bidang ekonomi dan kewanitaan.

Peranan internasionalnya antara lain pada tahun 1996, ia menjadi pembicara pada seminar "On Improving Trade & Investment" antara Indonesia dan Yunani di Yunani.

Ia terpilih sebagai pembicara sekaligus menjadi wakil presiden pada International Congress of World Association of Small and Medium Enterprises (WASME) di India.

Pembicara dalam World Convention The Federation of Island Nation for World Peace di Jepang. Pembicara dalam 5th International Federation of women Entrepreneur di Australia, dan pembicara dalam Australian Council of Business Women Ltd.-Business Forum di Australia.

Pada tahun 1997, ia menjadi pembicara dalam The 10th World Association of Small & Medium Enterprises Congress di Amerika Serikat.

Ia pernah memimpin sidang "The 6th International Federation of Women Entrepreneurs Conference (IFWE) sebagai Presiden IFWE di Ghana.

Menjadi pembicara dalam "An International Forum of Strengthening Women`s Business Organization" di Amerika Serikat dan menjadi pembicara dalam "FCEM 45th International Congress of Women Business Owners: oleh The National Association of women Business Owners" di Afrika Selatan.

Motik juga sering membawa nama Indonesia ke kancah internasional, seperti saat menjadi delegasi Indonesia mewakili dunia usaha pada Asia Pacific Forum for Environment and Development (APFED) di Jakarta tahun 2002.

Menjadi anggota delegasi Indonesia mewakili Business Forum dalam Preparatory Committee IV Ministerial Meeting Wold Summit and Suistainable Development di Bali pada tahun yang sama

Motik merupakan sosio-entrepreneur yang aktif menggelorakan koperasi dan usaha kecil-menengah pada rakyat kecil.

Usaha kecil yang tengah digelutinya adalah motor toko (Moto), sedang dirintis juga becak toko (Bento), mobil, dan motor distribusi.

Saat ini, Dewi Motik menjabat sebagai direktur berbagai perusahaan swasta antara lain Pimpinan Umum DE MONO Grup (Lembaga Pendidikan Keterampilan dan Kewiraswastaan DE MONO dan Koperasi DE MONO), serta pimpinan di beberapa perusahaan.

Nama Pramono yang disematkan di akhir namanya, diperolehnya setelah menikah dengan Pramono Soekasno pada tahun 1975.
Dari pernikahan keduanya, mereka dikaruniai dua orang anak yaitu Moza Pramita Pramono dan Adimaz Prarezeki Pramono.

Riyani Tirtoso Bondan

Nama Rijani memang jarang terdengar di kalangan masyarakat. Namun, wanita kelahiran Jakarta, 5 November 1961 pernah ditugaskan sebagai Komisaris Utama pada Mandiri Utama Finance pada 2015 hingga 2019.

Saat ini, Riyani tengah menjabat sebagai Anggota Dewan Direktur Lembaga Pembiyaan Ekpor Indonesia setelah meninggalkan jabatan Project Advisor of Business Process Re-enginering Bank Mandiri pada Desember 2019 lalu.

Di Lembaganya saat ini, Riyani bertugas melakukan pengawasan secara umum dan atau khusus secara berkala, serta memberikan nasehat kepada Direksi.

Jabatan terakhir Riyani di Mandiri adalah sebagai Senior Executive Vice President (Senior EVP) bidang Retail and Risk selama 4 tahun sejak 2015 hingga 2019.

Namanya sempat melambung dan muncul di publik ketika Ia duduk sebagai Executive Vice President Coordinator Internal Audit Bank Mandiri pada 2008 hingga 2015.

Saat itu, Rijani disebut sebagai salah satu ahli akuntansi yang duduk di Bank Mandiri, sehingga dicalonkan menjadi Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (DK OJK) pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudyoyono.

Rijani menjalani serangkaian tahapan proses seleksi fit and proper test calon anggota komisioner Otoritas Jasa Keuangan.

OJK merupakan lembaga yang mengawasi jasa keuangan, dan untuk itu, anggota dari OJK adalah orang-orang dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), Bank Indonesia (BI) dan Kementerian Keuangan.

Menariknya, Rijani sendiri diketahui mendapatkan rekomendasi dari presiden SBY kala itu untuk mengisi posisi Ketua Dewan Audit, bersaing dengan Ilya Avianti, Plt. Auditor Utama VII keuangan negara dan staf ahli BPK RI.

Meski hasil akhirnya Rijani gagal maju sebagai anggota DK OJK dengan perolehan suara hanya 1 suara. Namun pencalonan yang direkomendasikan oleh Presiden SBY kala itu menceritakan banyak ke publik seperti apa kiprah dan keahliannya di bidang audit.

Karirnya Riyani di Bank Mandiri terlihat moncer. Riyani Tirtoso sendiri pernah menjabat sebagai Executive Vice President Coordinator Internal Audit Bank Mandiri.

Sebelumnya Riyani adalah sekretaris eksekutif Direktur Utama Bank Exim, ketika terjadi merger antara Bank Exim dengan Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara dan Bapindo menjadi Bank Mandiri di tahun 1998, Rijani pun ikut menjadi officer Bank Mandiri.

Jabatan Group Head Retail Credit Risk Management, Group Head Learning Centre dan Group Head Internal Audit pernah dipegang oleh Rijani selama karirnya di Bank Mandiri.

Jabatan Group Head Retail Credit Risk Management Bank Mandiri dipegangnya selama 3 tahun 2005-2008.

Dia juga pernah menjadi sekretaris eksekutif Agus Martowardojo saat menjabat sebagai Direktur Utama Bank Exim.

Riyani disebut-sebut sebagai orang dekat dan tangan kanan Agus yang saat itu menjabat sebagai Menteri Keuangan RI.

Penerima penghargaan Champion Security Award (Bank Mandiri - Retail Risk) ini pernah menempuh pendidikan menengah atas di SMAN 3 Teladan Jakarta.

Selanjutnya, wanita yang aktif di Forum Komunikasi Satuan Pengawas Intern (FKSPI) ini merampungkan pendidikan tingginya di Institut Pertanian Bogor dan lulus pada 1984 dengan gelar Sarjana - Keahlian Tanah.

Lalu, Riyani mengambil S2 Magister - General Management di University Of Illinois At Urbana-Champaign Amerika Serikat pada 1994.

Riyani menikah dengan Bondan Eko Cahyono dan dikarunia dua orang putra bernama Muhammad Arfan Awal Santoso dan
Muhammad Arfin Awal Santoso.

Dubes Nana Yuliana

Seringkali cita-cita dan realita berjalan berbeda. Begitulah yang terjadi dengan Nana Yuliana, yang saat ini menjadi Duta Besar RI di Havana Kuba, merangkap Bahama, Jamaika, Haiti dan Republik Dominikana.

Setelah lulus dari SMA Negeri 3 jurusan IPA pada tahun 1981, Nana melanjutkan kuliah di IKIP Jakarta mengambil jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Setelah selesai menjadi sarjana, Nana sempat menjadi dosen mengajar Linguistik di Jurusan Sastra Inggris Universitas Nasional (UNAS) Jakarta.

Nana kemudian melanjutkan kuliah S2 di Universitas Macquarie di Sydney, Australia pada tahun 1992 sampai 1993. Sekembalinya dari Australia, Nana melamar menjadi pegawai negeri di Kementerian Luar Negeri dan diterima.

Saat itu, Nana juga masih merangkap mengajar di UNAS bahkan sampai menjadi Pembantu Dekan 1 dan terakhir menjadi Dekan Fakultas Sastra UNAS sampai tahun 2001.

Dubes Nana mengisahkan bahwa awal masuk Kemlu merupakan masa-masa yang sulit. Sebabnya, di samping mengurus dua anak, ia harus mengikuti Pendidikan SEKDILU yaitu Pendidikan untuk diplomat pertama yang pada saat itu dikerjasamakan dengan UI.

Nana harus mengambil S2 kembali untuk jurusan Hubungan Internasional, sementara tugas-tugas di UNAS masih harus tetap dilaksanakan. Membagi waktu pada saat itu bukan hal yang mudah.

"Alhamdulillah suami mendukung penuh semangat untuk menyelesaikan semua urusan baik di kampus, di diklat diplomat maupun urusan rumah tangga. Beruntung juga saat itu masih tinggal dengan mertua sehingga pekerjaan rumah tangga dapat tertangani," ungkap Dubes Nana dalam keterangan tertulis kepada Indonews.id, Senin (19/4/21).

Pada tahun 2001 sampai 2004, sebagai diplomat Nana ditugaskan sebagai Sekretaris Tiga menangani bidang Politik di KBRI Manila. Indonesia saat itu menjadi anggota Komite 8 Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Filipina yang bertugas untuk memonitor Implementasi Perjanjian Damai 1996 antara pemerintah Filipina dengan Moro National Liberation Front (MNLF) yang ingin memisahkan diri dari Filipina.

Beberapa kali Nana harus berkunjung ke wilayah Mindanao untuk ikut membantu memonitor implementasi Perjanjian Damai tsb yang kemudian Komite 8 OKI akan melaporkannya dalam Sidang OKI di Jedah.

Selama penugasan di Manila, Nana menyempatkan waktu untuk mengambil S3 jurusan Studi Pembangunan di Universitas Santo Tomas. Keinginannya untuk terus menimba ilmu tercapai sampai pada tahun 2005 Nana menyelesaikan program doktoral di kampus tersebut.

Tahun 2008 sampai 2012, Nana kemudian ditugaskan di KBRI Bangkok menangani bidang Ekonomi. Di samping menangani hubungan ekonomi bilateral, Nana juga ditugaskan menjadi alternate representative of Indonesia to UNESCAP (United Nations for Economic and Social in Asia Pacific) salah satu organ PBB di bawah ECOSOC untuk wilayah Asia Pasifik.

Kembali dari Bangkok, Nana menjadi Direktur SESDILU (Sekolah Dinas Luar Negeri) Pusdiklat KEMLU yang memberikan pelatihan bagi diplomat muda di KEMLU. Di sinilah Nana mengkombinasikan passionnya dalam bidang pendidikan dengan dunia diplomasi. EduDiplomacy menjadi slogan Nana, bagaimana bisa melatih para diplomat yang mumpuni dan adaptif dengan tantangan global.

Sampai akhirnya pada tahun 2017, Nana dilantik oleh Menlu RI menjadi Konsul Jenderal RI di Houston Amerika Serikat sampai tahun 2020.
Pada 16 Oktober 2020 Presiden Joko Widodo melantik Nana sebagai Duta Besar RI untuk Kuba, Bahamas, Jamaika, Haiti dan Republik Dominikana berkedudukan di Havana.

Pemred Indonews.id Asri Hadi sudah berteman dengan Nana Yuliana sejak bergabung di organisasi BERSAMA

Nana adalah pekerja keras dan hobinya untuk terus belajar sepanjang hayat membuat ia masih menyempatkan diri sampai saat ini mengajar secara online untuk mahasiswa S2 jurusan Diplomasi di Universitas Paramadina.

Banyak pengalaman berharga yang dilalui dan hidup harus terus diisi dengan belajar dan belajar sampai pada satu titik kita meninggalkan dunia yang fana ini. Tentunya SMA3 menjadi bagian yang terpenting dalam perjalanan pembelajaran seorang Nana.

Profil Singkat

Nama: Nana Yuliana,
Tempat Tanggal Lahir: Jakarta, 5 Juli 1963.
Suami: Imam Bogie Yudhaswara
Anak: Mutty Azaria Nindita Nareswari dan M. Shandy Aussie

Pendidikan:
- SMA 3 lulus tahun 1981
- IKIP Jakarta jurusan Pendidikan Bhs. Inggris lulus tahun 1986
- S2 Macquarie University jurusan Applied Linguistics lulus tahun 1993
- S2 Universitas Indonesia jurusan Hubungan Internasional lulus tahun 2000
- S3 Universitas Santo Tomas, Manila, Filipina jurusan Studi Pembangunan lulus tahun 2005.*(Rikard Djegadut).

Artikel Terkait