Nasional

Pakta Pertahanan AUKUS, Hikmahanto: Empat Hal yang Perlu Disampaikan Indonesia

Oleh : very - Senin, 20/09/2021 19:17 WIB

Hikmahanto Juwana, Guru Besar Hukum Internasional UI dan Rektor Universitas Jenderal A. Yani. (Foto: Pikiran Rakyat)

Jakarta, INDONEWS.ID – Amerika Serikat (AS) telah membentuk Pakta Pertahanan trilateral dengan Australia dan Inggris. Pakta pertahanan trilateral ini disebut dengan AUKUS.

Salah satu kerja sama tersebut adalah meningkatkan kapasitas Australia untuk membangun kapal selam bertenaga nuklir.

Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) melalui siaran pers di Jakarta, Senin (20/9) mengatakan bahwa kerja sama ini meski tidak tersurat diintensikan untuk menghadapi ekspansi China, berikut kekuatan ekonomi dan militernya di Indo-Pasifik. Dan memang kenyataannya memang demikian.

“Dapat diduga AS membangun Pakta Pertahanan dengan Australia dan Inggris dalam rangka berbagi beban (burden sharing) dalam menghadapi kekuatan China,” ujar Rektor Universitas Jenderal Ahmad Yani ini.

Hikmahanto mengatakan, bisa dimaklumi bila China menyampaikan respons negatif terhadap Pakta Pertahanan ini. China mengkhawatirkan terganggunya perdamaian dan stabilitas di kawasan serta adanya perlombaan senjata serta dilanggarnya kepekatan Larangan Penyeberan Pengetahuan Nuklir untuk tujuan Militer (Non-Proliferation Treaty).

Lantas, bagaimana dengan sikap Indonesia? Menurut Hikmahanto, Indonesia tentu harus bersikap atas perkembangan geopolitik ini.

Ada empat hal penting yang perlu disampaikan oleh Indonesia.

Pertama, persiangan China dengan AS di Indo Pasifik tidak seharusnya bereskalasi menjadi perlombaan senjata di kawasan.

Kedua, persaingan China dan AS tidak seharusnya berdampak pada penyebaran pengetahuan senjata nuklir dan menghormati negara-negara yang melarang untuk tidak menggunakan hal-hal yang terkait dengan senjata nuklir di wilayah maupun kawasannya seperti ZOPFAN yang disepakati oleh negara-negara ASEAN.

Ketiga, Indonesia perlu menggalang negara-negara di Indo Pasifik yang menentang kehadiran nuklir untuk kepentingan militer sehingga proyek kapal selam bertenaga nuklir Australia tidak dilanjutkan.

“Terakhir, Indonesia yang memiliki politik luar negeri bebas aktif berperan signifikan dengan negara-negara lain agar persaingan antara AS dengan China untuk yang berdampak secara langsung terhadap keamanan, perdamaian dan stabilitas kawasan untuk segera dihentikan,” pungkasnya. ***

Artikel Terkait