
Jerman, INDONEWS.ID - Suasana di ruangan pengolahan keramik di Kunstschule (atau sekolah seni), di Vaduz, ibukota negara kecil Liechtenstein terlihat hening. Puluhan siswa terlihat serius mengukir tanah liat yang akan dibakar menjadi keramik. Berjejer di meja kayu besar, berbagai bentuk yang siap untuk dibakar, mulai dari bentuk tokoh animasi, sampai dengan bentuk abstrak yang sarat nilai seni. Sesekali terlihat Endang Lestari, seniman keramik asal Yogyakarta tersebut, menghampiri masing-masing siswa untuk membantu dan mengawasi mereka.
Selama dua hari, Endang Lestari, atau yang akrab disapa Tari, berkesempatan mengajar langsung siswa Kunstschule Liechtenstein, khusus di kelas seni keramik. Walaupun sempat terkendala bahasa, kelas tetap berjalan dengan efektif. “Seni itu melampaui keterbatasan bahasa, saya memang tidak bisa berbahasa Jerman, jadi kalau saya kesulitan menjelaskan, saya membentuk tanah liat saja, dan ternyata siswa lebih cepat mengerti”, ujarnya. Tari mengaku membebaskan siswa untuk berkreasi menggunakan tanah liat tersebut. “Saya hanya berbagi teknik saja”, lanjutnya.
Program mengajar keramik tersebut merupakan beberapa program yang dilakukan antara Indonesia dengan Liechtenstein. “Seni merupakan bahasa universal, jadi kami sangat senang program ini bisa berlangsung,” ucap Martin Walch, Direktur Kunstschule Liechtenstein ketika melihat langsung kelas keramik tersebut. “Di sini, kami memiliki banyak program yang bisa dipilih para siswa sebelum mereka memutuskan bidang seni apa yang akan mereka tekuni secara serius di masa depan”.
Dalam program tersebut, Endang Lestari berduet dengan Ursula Federli-Frick, seorang ahli keramik yang juga mengajar di Kunstschule Liechtenstein. “Saya sangat senang bekerja sama dengan Tari, kami punya selera keramik yang sama”, kelakarnya.
Endang Lestari, merupakan seniman keramik lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, yang telah menggelar berbagai pameran di Indonesia dan luar negeri. Tari juga sempat melakukan lokakarya keramik di berbagai negara. Bagi Tari sendiri, keramik merupakan panggilan hidupnya, walaupun kini tidak banyak seniman yang fokus pada seni keramik.
Program keramik ini berlangsung pada tanggal 27-28 September 2021 di Kunstschule Liechtenstein. Pelaksanaan program ini juga dapat berjalan lancar berkat Swiss-Indonesian Chamber of Commerce atau SwissCham Indonesia, yang telah mendukung partisipasi seniman Indonesia untuk berkarya di Swiss dan Liechtenstein. (Lka)