Gaya Hidup

Bukan Metode Laser! Ini Metode Sunat Paling Aman dan Nyaman, Minim Efek Samping

Oleh : Rikard Djegadut - Senin, 22/11/2021 16:58 WIB

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Rumah Sunat dr. Mahdian menggelar webinar bertajuk “Sunat Aman dengan Metode Modern” berlangsung secara hybrid yakni online dan offline dengan peserta terbatas bertempat di Kantor PB IDI hari ini Senin (22/11/21). (Foto: Indonews.id/rikarddjegadut)

Jakarta, INDONEWS.ID – Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Rumah Sunat dr. Mahdian menggelar webinar bertajuk “Sunat Aman dengan Metode Modern” berlangsung secara hybrid yakni online dan offline dengan peserta terbatas bertempat di Kantor PB IDI hari ini Senin (22/11/21). 

Acara yang dibuka oleh Ketua Umum PB IDI, dr. Daeng Faqih, S,H, MH ini juga menghadirkan beberapa narasumber antara lain Dokter Spesialis Bedah Umum dr. Asrul Muhadi, Sp.B., Founder Rumah Sunat dr.Mahdian dr. Mahdian Nur Nasution, Sp.BS., Kepala Komunikasi Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Indonesia dr. Reisa Broto Asmoro.

Dalam sambutannya, Ketua Umum PB IDI dr. Daeng mengatakan sunat yang baik dan aman adalah dengan menggunakan metode klem. Metode ini sudah direkomendasikan World Health Organization (WHO).

Sebagaimana diketahui, tradisi sunat sudah dilakukan sejak lama dengan menggunakan beragam metode. Sunat atau sirkumsisi adalah tindakan medis untuk membuang sebagian atau seluruh kulup (prepusium) dengan tujuan tertentu.

Sebuah studi dari Saudi Urological Association mengungkapkan bahwa sekitar 30% laki-laki di dunia dan 35% laki-laki di negara berkembang telah disunat.

Belakangan, sunat dengan metode laser semakin diminati dan dipilih sebagai metode sunat dengan proses yang lebih singkat. Namun demikian, sebenarnya metode ini memiliki berbagai risiko yang berbahaya bagi kesehatan.

Menurut Dokter Spesialis Bedah dr. Asrul Muhadi, Sp.B, anak yang tidak disunat berisiko terkena infeksi saluran kemih (ISK) sebesar 3-10 kali dibanding anak yang disunat pada tahun pertama kehidupan dan risiko kanker penis meningkat pada pria yang tidak disirkumsisi.

Selain itu, lajut dr. Asrul, banyak manfaat lainnya dari sunat yang sangat baik bagi kesehatan. Namun, seperti dikutip dari study Altokhais TI Electrosurgery use in circumcision in children sunat laser tidak menggunakan energi cahaya namun menggunakan energi PANAS. Dimana metode ini menggunakan alat elektrokauter untuk memotong jaringan, koagulasi dan diseksi.

"Anggapan masyarakat tentang sunat laser menggunakan energi cahaya ternyata tidaklah tepat. Sunat laser sebenarnya menggunakan energi panas dengan alat elektrokauter untuk memotong jaringan, koagulasi, dan diseksi," kata dr. Asrul.

Untuk meminimalisir berbagai risiko yang mungkin terjadi pada tindakan sunat, hadirlah metode Klem yang telah direkomendasikan oleh WHO sebagai metode sunat terbaik.

"Dari sekian banyak Klem yang digunakan di Indonesia, Mahdian Klem merupakan satu- satunya produk asli karya anak bangsa yang telah mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan Nomor AKD 21103910201," imbuh dr. Asrul.

Sementara itu, Founder Rumah Sunat dr. Mahdian, Dr.Mahdian Nur. Nasution SpBS mengungkapkan bahwa sunat dengan metode Mahdian Klem bisa meminimalisir risiko pendarahan. Teknik biusnya juga tidak menggunakan jarum suntik sehingga dapat mengurangi rasa takut pada anak dan membuat anak merasa lebih nyaman.

"Umumnya sirkumsisi/sunat dilakukan melalui anastesi lokal. Saat proses anastesi dilakukan pada posisi yang tepat dan dosis yang adekuat, nyeri dapat terkontrol dengan baik. Suntikan tanpa jarum (Needle Free Injection) memungkinkan kenyamanan lebih saat proses anastesi dilakukan. Teknik suntikan tanpa jarum ini menggunakan alat yang bernama Comfort In," jelas dr. Mahdian.

Ia menambahkan, teknologi ini bekerja dengan cara mengantarkan cairan obat menggunakan mekanisme tenaga pegas berkecepatan tinggi yang dapat menembus kulit dalam waktu kurang dari sepertiga detik

”Metode sunat ini tidak memerlukan jahitan dan perban. Selain itu, proses sunat dengan Mahdian Klem ini relatif lebih cepat yaitu kurang dari 7 menit,” terangnya.

Mahdian Klem, lanjutnya, menggunakan peralatan pendukung sunat, Circumcision Kit sekali pakai sehingga sterilisasi terjamin untuk mencegah terjadinya risiko penularan penyakit.

Semua komponen Mahdian Klem terbuat dari bahan material kristal bening transparan dengan sistem sekrup pengunci yang lebih kuat. Selain itu, alat ini memiliki pelindung klem yang kuat dan memiliki bentuk serta ukuran yang sesuai dengan anatomis penis anak Indonesia.

Setelah tindakan sunat, anak bisa langsung beraktivitas. Namun, hal lainnya yang juga perlu diperhatikan adalah kontrol pasca sunat. Kontrol pasca sunat diperlukan agar proses pemulihan luka sunat bisa dipantau dengan baik oleh dokter.

"Hal ini juga bertujuan untuk mencegah berbagai risiko yang mungkin terjadi, seperti pendarahan, penis bengkak, hingga infeksi pada penis," ungkapnya.

Narasumber lain, yakni dr. Reisa Broto Asmoro, seorang dokter bedah umum yang juga menjabat sebagai Kepala Komunikasi Gugug Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Indonesia mengungkapkan bahwa peran orang tua juga sangat penting dalam menentukan kesiapan fisik dan psikologis anak.

"Orang tua sebaiknya berdiskusi terlebih dahulu kapan waktu yang tepat agar anak siap untuk disunat. Setelah tindakan, selalu dampingi anak secara psikologis dan spiritual dan lakukan perawatan yang tepat setelah sunat untuk mempercepat proses penyembuhan dan mencegah terjadinya komplikasi luka sunat," kata dokter Reisa yang juga aktif sebagai Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PBIDI).

Ditemui usai webinar, Founder Rumah Sunat dr. Mahdian, Dr.Mahdian Nur. Nasution SpBS mengatakan tantangan yang dihadapi penggunaan metode modern ini di Indonesia terletak pada pemahaman masyarakat. Menurutnya, selama ini masyarakat Indonesia mengenal metode laser sebagai metode paling mutakhir.

"Padahal penggunaan metode ini untuk sunat atau sirkumsisi meninggalkan banyak efek samping. Selain itu, orang tua juga enggan melaporkan jika ada efek luka bakar yang terjadi pada ada pasca tindakan sunat," beber dr. Mahdian.

Sehingga menurutnya, masyarakat perlu diedukasi terkait kehadiran metode modern seperti teknik klemp ini. "Jadi itu tantangannya, bagaimana mengedukasi masyarakat supaya update dengan metode-metode terbaru, utamanya metode klemp ini," tutupnya.*(Rikard Djegadut).

Artikel Terkait