Bisnis

Tetap Jadi Antitesis Perbankan, PNM: Kita Sasar Masyarakat Miskin tanpa Agunan

Oleh : Rikard Djegadut - Senin, 10/01/2022 09:45 WIB

Kantor PNM Taspen (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Direktur Kelembagaan PT Permodalan Nasional Madani atau PNM, Sunar Basuki menegaskan sejak dulu, perusahaan telah menjadi antitesis perbankan. Menurutnya, prinsip itu tetap dipertahan perusahaan kendati sudah menjadi anak usaha BRI.

Diketahui, pemerintah melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah meresmikan holding Ultra Mikro (UMi). Holding tersebut melibatkan PNM bersama Bank BRI dan Pegadaian.

Namun, Sunar memastikan, hadirnya Holding Ultra Mikro (UMi) yang melibatkan PNM sebagai salah satu anak usahnya tak membuat perusahaan pembiyaan pelat merah itu mengubah sistemnya. Ia menegaskan kehadiran BRI justru memperkuat PNM. Modal dana dan jaringan BRI yang besar dinilai dapat menguatkan PNM.

"Kita tetap punya entitas sendiri, walaupun sahamnya BRI. Jadi desainnya kebalik. Bukan kita ikut BRI. Pemerintah maunya BRI kan punya duit banyak, kalau PNM kesulitan cari modal ada BRI. Kantor BRI hampir 10 ribu, PNM cuma 3.600, kalau mau cari lokasi, bisa dibantu BRI. Adanya UMi ini justru BRI menyupport PNM," kata Sunar di Solo, Jumat (7/1/2022).

Menurutnya, sejak dulu PNM seakan menjadi antitesis dari perbankan. Sebab sasaran PNM justru masyarakat miskin tanpa syarat agunan, namun memiliki mental berwirausaha.

"Perbankan maunya kredibel, PNM justru nyeleneh, yang dikasih pinjem yang miskin, tanpa jaminan. Bank kalau minjemin, ditanya kamu sudah punya usaha berapa tahun, record gimana. Kalau PNM belum punya usaha pun bisa asalkan punya niat. Tapi syaratnya harus kelompok. Mekanisme kelompok itu yang akan mensupport," ujar dia.

Meski demikian, Sunar menyebut angka kelancaran pembayaran kredit nasabah PNM justru rendah.

"Tingkat kelancaran pembayaran justru jauh lebih baik dr perbankan. NPL kita akhir tahun 0,09 persen. Bandingkan dengan perbankan yang sampai 3 persen. Kita bangun spirit kebersamaan, jadi modal social engineering," katanya.*

Artikel Terkait