Opini

A Valuable & Victorious Friend and Mentor

Oleh : luska - Sabtu, 28/05/2022 07:35 WIB

Penulis : Dimaz A. Kurniawan

Saya mempunyai sebuah channel Youtube bernama KurniawanTalks, dimana saya mengadakan podcast/siniar/bincang-bincang mengenai isu-isu global maupun nasional. Channel tersebut saya rintis sejak akhir tahun 2020, sembari mengisi waktu luang “lockdown” pandemi COVID-19 di rumah, yang juga awalnya merupakan salah satu tugas sekolah saya dalam mengerjakan project di sebuah pelajaran CAS (creativity, activity, service).

Sekarang, podcast tersebut sudah menjadi rutinitas saya yang saya laksanakan paling tidak 2 minggu sekali, atau bahkan beberapa kali dalam seminggu. Saya mengundang beberapa tokoh nasional hingga dunia, mulai dari para Dubes , Jenderal, hingga bahkan mantan PM Malaysia, Tun Mahathir Mohammad. Salah satu tamu yang cukup menarik untuk berdiskusi dengan saya adalah seorang pensiunan TNI AU yang “built different”: ialah Marsekal TNI (Purn.) Chappy Hakim, mantan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) RI.

Satu hal yang lucu dari perkenalan saya dengan Om Chappy adalah saya mengalami kendala saat ingin mengundang dia pada podcast saya awalnya. Saya kontak nomor staf beliau yang diberikan oleh CH melalui kolom komentar di akun Instagram nya. Pesan WA saya memang direspon dan saya juga diminta mengirim CV saya hingga daftar pertanyaan podcastnya. Namun begitu saja. Setelah itu tak ditanggapi selama berbulan-bulan request saya tadi, padahal saya bolak-balik mengirim pesan WA. Saya sempat merasa gelisah, padahal sosok CH tak begitu sibuk tampaknya (dibandingkan Marsekal-Marsekal yang masih aktif di TNI AU), tapi mengapa kok belum berkenan ya hadir secara virtual. Saya pun kontak langsung beliau setelah beberapa bulan, melalui Direct Message (DM)Instagram, dan Alhamdulillah dibalas. And so it begins…

Dua kata yang saya gunakan untuk mendeskripsikan sosok CH ini : Valuable & Victorious . Ia merupakan sebuah inspirasi bagi seluruh elemen masyarakat bangsa ini, yang membuat dirinya sangat Valuable, dan karya-karyanya dalam bentuk buku yang selalu menakjubkan, membuat dirinya sebagai salah satu kemenangan bangsa ini dalam menjadi tokoh yang kredibel dan intelektual, dan juga tentu pengabdiannya selama puluhan tahun di Angkatan Udara kita.

“16 tahun? Surprising me!” itulah ungkapan sosok Marsekal bintang 4 ini saat tahu umur saya, pada saat saya podcast dengannya Juli 2021 lalu. Ia terkejut dengan betapa banyak sudah podcast/wawancara yang saya adakan dengan tokoh-tokoh nasional hingga internasional. Saya merasa terhormat dengan mendengarkan betapa beliau bangga terhadap saya, bintang empat loh ini! Saya pun langsung bertanya berbagai hal mengenai “Air Power” Indonesia dan pasti langsung di jawab dengan lugas dan lengkap. Tak terasa, sudah hampir 2 jam saya berbincang dengan beliau, padahal target pembicaraan saya hanya 20–30 menit saja.

Tak hanya itu, beberapa kali saya bertemu beliau di Jakarta. Pertama sekali beberapa bulan yang lalu di Hotel Sultan Jakarta. Saya mendengar nasihat dan betapa elegannya sosok Marsekal ini berbicara tentang permasalahan apa pun itu, terutama tentang aviasi dan pertahanan udara. Kritis namun elegan, suatu kredibilitas identitas yang setiap hari saya berusaha untuk bentuk dalam diri saya, dan pertemuan pertama saya dengan CH secara langsung sangat fruitful. Kemudian, saya berjumpa lagi dengan beliau di Jakarta, dan terakhir kali minggu lalu di Jakarta. Lagi-lagi saya dibanjiri dengan ceramah yang tidak membosankan namun menarik, tentang politik global dan nasional serta masalah Air Power kita. Saya ingin terus menerus berdiskusi dengan beliau, karena orangnya sangat cerdas dan fair dalam memberikan penilaian terhadap apa pun itu. Itulah mengapa saya sebutkan CH sebagai sosok yang valuable. Bintang dan tanda jasa nya tak ada arti jika dibandingkan dengan intelektualitas dan moralitas positif dirinya, membuktikan betapa kita hidup bukan untuk disegani tapi untuk menginspirasi satu sama lain.
Baru saja semalam saya berbicara di telepon dengan Om CH, saya berbincang tentang keinginan saya untuk dikenalkan ke beberapa tokoh, untuk saya undang ke podcast saya. Terlintas di pikiran saya dan langsung saya tanya, berapa banyak sudah buku yang ditulis oleh Om CH? 44. Bayangkan, pensiunan KSAU, yang sudah menulis sejak puluhan tahun lalu, masih terus menulis mungkin sampai 100 buku nantinya. Unbelivable! Saya juga sudah membaca beberapa buku beliau termasuk Defence & Aviation 1 dan 2 , Pelangi Dirgantara, Fenomena Pom Bensin, dll. Permasalahan mulai dari pendidikan hingga kompleksitas jenis mesin pesawat dikupas tuntas oleh CH dengan diksi yang elegan dan struktur yang rapi ibarat upacara pasukan AU yang ia pimpin dulu. Saya sampai saat ini masih lapar untuk membaca lebih banyak lagi buku Om CH dengan isu-isu yang sangat menarik, meskipun harus kita akui tidak banyak diminati oleh orang-orang Indonesia saat ini — yang lebih berminat dengan opini panas politik praktis atau gosip selebritas negeri ini. Disinilah sosok Chappy Hakim menjadi Victorious, buku-bukunya ini merupakan kemenangan bagi dirinya, keluarganya, dan bangsa Indonesia. Hampir tidak ada di dunia ini purnawirawan Jenderal yang sanggup menulis banyak artikel secara rutin, dan buku yang tiap tahun pasti terbit. Saya rasa, jika saat ini kita masih malas membaca (apalagi menulis!), kita sudah berada di lubang kegagalan dan saya yakin buku CH akan membantu dalam pembentukan “tangga ilmu” yang akan membantu kita keluar dari lubang kegagalan menuju victory, dalam minat dan bakat masing-masing.

Demikianlah yang bisa saya tulis tentang sosok Marsekal Chappy Hakim ini, mantan KSAU yang juga pernah menjabat sebagai petinggi di Freeport, dengan segudang ilmu dan courage yang berapi-api tak pernah padam. Pokoknya, saya akan selalu menjumpai CH jika saya mengunjungi Jakarta.. Lumayan, dapat buku-buku baru sembari diskusi geopolitics dan juga masalah dalam negeri ini.

Viva CH, Viva Akal Sehat!
 

Artikel Terkait