Nasional

Digitalisasi Naskah Nusantara untuk Ilmu Pengetahuan

Oleh : Mancik - Sabtu, 28/05/2022 20:43 WIB

Gelar wicara Naskah Nusantara dalam Dunia Pernaskahan dan Ilmu Pengetahuan yang diselenggarakan secara virtual.(Foto:Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Keberadaaan naskah nusantara memberikan sumbangsih bagi keberagaman dunia pernaskahan dan ilmu pengetahuan. Digitalisasi naskah, menjadi cara yang membantu memajukan ilmu pengetahuan tentang dunia pernaskahan.

Teknologi digitalisasi baru dikembangkan di perpustakaan besar pada 10-15 tahun yang lalu. Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas) menjadi pelopor perpustakaan yang memanfaatkan teknologi digitalisasi ini, melalui portal Khastara atau Khasanah Pustaka Nusantara.

Pustakawan British Library, Annabel Teh Gallop, menyampaikan naskah nusantara telah tersebar di berbagai penjuru dunia sejak beberapa abad yang lalu, termasuk di London, Inggris.

"Di British Library yaitu Perpustakaan Nasional Inggris di London, kami juga melakukan digitalisasi pada naskah nusantara sejak sekitar 10 tahun yang lalu. Jumlah koleksi nusantara ada sekitar 500 naskah yang terdaftar dalam buku katalog Indonesian Manuscripts in Great Britain," ungkapnya dalam gelar wicara Naskah Nusantara dalam Dunia Pernaskahan dan Ilmu Pengetahuan yang diselenggarakan secara virtual, pada Jumat (27/5/2022).

Annabel menambahkan, hampir semua program digitalisasi naskah di British Library mendapat biaya dari sponsor. Mengingat, proses mendigitalkan naskah membutuhkan dana tambahan di luar dana yang didapat dari pemerintah.

"Program pertama yang dilakukan tahun 2013 ialah program digitalisasi semua naskah melayu. Kemudian tahun 2017-2019, dilakukan program digitalisasi 75 naskah jawa yang saat ini disimpan di British Library, yang dapat dipastikan berasal dari Keraton Jogjakarta. Program ini didanai oleh SP Lohia, seorang warga Indonesia berketurunan India," jelas Annabel.

Ditambahkan, ada satu program bersama dengan EFEO dan proyek Dharma yang akan mendigitalisasikan 70 naskah lontar dari pulau Jawa dan Bali. Program ini akan dimulai tahun ini dan selesai pada 2023. Dengan begitu, seluruh naskah nusantara di British Library akan didigitalisasikan dan dapat diakses sepenuhnya secara daring.

"Ketika naskah digital diterbitkan ke internet oleh British Library dengan creative commons license, sehingga siapa saja dapat memanfaatkannya dan tidak perlu meminta izin terlebih dahulu kepada kami," imbuhnya.

Annabel memaparkan, manfaat naskah digital adalah menyokong penelitian filologi, memudahkan penerbitan edisi teks akademik, memasyarakatkan naskah melalui penerbitan teks lebih populer, serta penyediaan bahan proyek akademik seperti alih aksara melalui crowd-sourcing.

Pustakawan Perpusnas, Aditia Gunawan, mengatakan digitalisasi naskah kuno sangat membantu para filolog dan peneliti untuk meningkatkan kualitas risetnya, juga mempercepat proses penelitian itu sendiri. Selain itu, ujarnya, dia melihat perspektif ilmu filologi akan sangat luar biasa ke depannya.

"Karena memungkinkan kita juga untuk mengkaji naskah atau teks yang klasik dan kuno secara lebih multidisplin juga lintas wilayah. Jadi banyak sekali kesempatan yang dapat dieksplorasi lebih jauh dan bisa diakselerasi berkat adanya teknologi digital," katanya.

Aditia menjelaskan, saat ini, dirinya tergabung dalam proyek Dharma yang merupakan proyek di Eropa untuk mengkaji prasasti, naskah, dan peninggalan arkeologis yang bercorak Hindu dari abad ke-5 sampai ke-15 di Asia Selatan dan Asia Tenggara.

Sementara itu, Ketua Umum Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa), Munawar Holil, mengatakan sampai saat ini belum ada data yang pasti mengenai jumlah naskah nusantara. Dalam beberapa buku yang sering dirujuk seperti Khasanah Naskah: Panduan Koleksi Naskah-Naskah Indonesia Sedunia, disebutkan naskah nusantara disimpan di 31 negara. Di Indonesia, berdasarkan penelurusan yang dilakukan Perpusnas, sampai saat ini tercatat sekitar 82 ribu naskah.

"Jumlah ini belum dapat dipastikan karena memang naskah-naskah yang disimpan di perorangan atau koleksi masyarakat, baik perorangan maupun masyarakat adat sampai sekarang belum tercatat dengan pasti. Dan perkembangannya selalu berubah, misalnya bencana alam yang selalu menjadi kekhawatiran," tuturnya.*

Artikel Terkait