Bisnis

Produksi dan Bisnis Budidaya Ikan Hias Indonesia Kuasai Pasar Internasional

Oleh : indonews - Sabtu, 11/06/2022 08:49 WIB

Ikan hias. (Foto: Ant)

 

Bogor, INDONEWS. ID - Sejarah ikan hias adalah sejarah akuakultur. Pemeliharaan ikan pada akuarium dimulai lebih dari 4.500 tahun yang lalu dan di Indonesia dimulai sejak tahun 1922.

Saat ini sekitar 6000 spesies dan lebih dari 2 milyar ekor ikan hias diperdagangkan di pasar internasional didominasi oleh produksi ikan hias air tawar tropis sebesar 51,7 persen serta sekitar 55 persen pasar ikan hias global dipasok dari Asia.

Indonesia dikenal sebagai negara “mega biodiversitas” dan dijuluki “home for hundred of exotic ornamental fish”. Sebanyak 70 persen keanekaragaman ikan hias ditemukan di Indonesia.

Indonesia menguasai perdagangan ikan hias dunia sejak tahun 1960-an, dengan negara tujuan utama ekspor adalah  Singapura dan Jepang.

Menurut Prof. Dr. Ir. Iis Diatin, M.M, Indonesia juga sangat kaya dengan spesies ikan hias asli yang menjadi daya tarik dunia karena langka dan eksotik, namun produksi dan produktivitasnya masih rendah. Produksi ikan hias Indonesia saat ini masih didominasi ikan introduksi air tawar sekitar 700 spesies.

Popularitas ikan hias berwarna-warni di kalangan masyarakat milenium telah menjadi bagian dari gaya hidup mewah, yang menghabiskan waktu di rumah karena adanya pembatasan aktivitas sosial, serta fungsi ikan hias sebagai terapeutik dan penghilang stress telah mendorong meningkatnya permintaan dan pertumbuhan bisnis ikan hias.

Bahkan selama  pandemi covid, ekspor ikan hias Indonesia meningkat mencapai sekitar 15 persen.

Prof Iis Diatin menegaskan, budidaya ikan hias memiliki beberapa keunggulan, diantaranya dapat dilakukan pada budidaya skala kecil, baik di pedesaan maupun di perkotaan dengan lahan terbatas.

Menunjukkan bahwa usaha budidaya ikan hias dapat menjadi sumber pendapatan masyarakat dan sumber devisa negara.

Produksi budidaya ikan hias Indonesia tahun 2020 hanya mencapai 76,22 persen dari target sebesar 1,87 miliar ekor.

Sementara itu produksi tahun 2024 ditargetkan sebesar 2,33 milyar ekor. Hal ini tentu menjadi tantangan untuk dapat meningkatkan produksi ikan hias sesuai target. 

Penyebab tidak tercapainya target tersebut karena sebagian besar produksi ikan hias dihasilkan dari budidaya skala kecil, yang menghasilkan ketidakpastian kualitas, kuantitas, variasi, konsistensi dan kontinyuitas produksi.

"Salah satu upaya peningkatan produksi ikan hias yaitu melalui penerapan teknologi budidaya ikan secara intensif. Intensifikasi melalui peningkatan padat tebar dapat meningkatkan produksi dan keuntungan satu sampai tiga kali lipat dan layak untuk dikembangkan jangka panjang dalam rangka mendukung akuakutur berkelanjutan," kata Prof Iis Diatin melalui zoom dengan wartawan Kamis (9/6/2022).

Selain melalui intensifikasi, peningkatan produksi ikan hias dapat dilakukan melalui pengembangan areal budidaya pada kolam pengendapan di areal bekas tambang. 

"Kami telah melakukan penelitian budidaya ikan hias koi, mas koki dan komet pada kolam pengendapan (settling pond) bekas tambang. Ketiga jenis ikan hias yang dicobakan semuanya mampu hidup dalam kolam pengendapan, dengan nilai kelangsungan hidup tertinggi pada ikan koi," ujarnya.

Ia menambahkan, pemanfaatan kolam pengendapan di areal bekas tambang sangat prospektif untuk produksi ikan hias.

Selanjutnya, dalam mengatasi masalah rendahnya kualitas ikan hias telah ditemukan teknologi untuk meningkatkan kualitas warna, pola dan corak ikan hias.

Penggunaan spektrum cahaya merah dapat meningkatkan warna ikan botia, cahaya putih untuk ikan cupang dan cahaya biru untuk ikan badut.

Penambahan karotenoid dalam pakan, seperti ekstrak rosela dapat meningkatkan kualitas warna ikan koki, penambahan astaksantin dalam pakan efektif meningkatkan kualitas warna ikan botia dan ikan rainbow kurumoi.

Perbedaan warna, corak dan bentuk ikan hias yang signifikan antara jantan dan betina pada spesies yang sama, menyebabkan kualitas jantan dan betina berbeda.

Sex reversal adalah teknologi membalikkan alat kelamin dari betina ke jantan (maskulinisasi) atau sebaliknya. 

Pada ikan cupang, bentuk dan warna ikan jantan lebih menarik dan ikan jantan juga menjadi ikan aduan. Penggunaan hormon 17α-metiltestosteron (MT) dapat meningkatkan agresivitas dan maskulinisasi pada ikan cupang dan ikan pelangi.

Prof Iis Diatin mengungkapkan, teknologi sex reversal menggunakan bahan alami sudah mulai banyak ditemukan, seperti madu, cabai jawa, dan lainnya.

Langkah strategis dalam pengembangan ikan hias yaitu meningkatkan kualitas dan kuantitas ikan hias, memperkuat inovasi teknologi budidaya ikan hias, memperkuat pengetahuan dan keterampilan pembudidaya, dukungan logistik dan infrastruktur produksi dan perdagangan ikan hias.

"Jangan lupa basis data dan informasi terpadu ikan hias, penguatan branding dan pemasaran ikan hias Indonesia di pasar internasional serta regulasi pemerintah yang mendukung pengembangan ikan hias Indonesia," tegasnya. (yopi)

Artikel Terkait