Nasional

Soal Subsidi BBM, Presiden Jokowi: Alhamdulillah, Negara Masih Kuat

Oleh : Rikard Djegadut - Selasa, 02/08/2022 09:30 WIB

Presiden Jokowi (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Presiden Joko Widodo atau Jokowi meminta seluruh pihak untuk bersyukur karena sampai saat ini, Indonesia masih kuat memberikan subsidi kepada masyarakat. Sehingga harga bahan bakar minyak (BBM), khususnya Pertalite, masih terjangkau.

Demikian dikatakan Jokowi dalam sambutannya di Zikir dan Doa Kebangsaan 77 Tahun Indonesia Merdeka, Istana Merdeka, Jakarta, Senin malam, 1 Agustus 2022.

"Kalau bensin di negara lain sekarang harganya (disetarakan dengan kurs rupiah) sudah Rp32.000, Rp31.000, di Indonesia Pertalite masih Rp7.650 (per liter), tapi juga perlu kita ingat subsidi terhadap BBM sudah sangat terlalu besar," kata Jokowi.

Jokowi mengatakan subsidi yang diberikan pemerintah melalui APBN telah meningkat signifikan saat ini menjadi Rp502 triliun, dari sebelumnya sekitar Rp170 triliun.

"Negara mana pun tidak akan kuat subsidi sebesar itu. Tapi, sekarang, alhamdulilah, kita masih kuat menahannya sampai sekarang ini. Ini yang patut kita syukuri bersama-sama," ujarnya.

Selain subsidi energi, kata Presiden, pemerintah juga tetap memberikan subsidi pangan untuk menahan kenaikan harga pangan di domestik karena tekanan di rantai pasok pasar global.

"Di negara lain (harga) sudah naik 30 persen, 40 persen, 50 persen naik. Karena apa? Mereka yang makan gandum, baik di Asia, Afrika, Eropa, sekarang berada di posisi yang sangat sulit: sudah mahal, barangnya tak ada," ujarnya.

Pemerintah tetap memberikan subsidi agar harga energi dan pangan tetap terjangkau di pasar dalam negeri, meskipun terjadi gejolak pada produksi dan distribusi pangan dan energi di pasar global karena perang Rusia dan Ukraina.

"Baru akan melakukan pemulihan (dari pandemi COVID-19) tapi muncul sesuatu yang tidak diperkirakan sebelumnya. Sakitnya belum sembuh muncul yang namanya perang di Ukraina, sehingga semuanya menjadi bertubi-tubi menyulitkan semua negara, hampir semua negara pada posisi yang sangat sulit," katanya.*

Artikel Terkait