Nasional

SMRC: Mayoritas Publik Percaya Perang Rusia-Ukraina Sebabkan Kenaikan Harga Pangan dan Energi

Oleh : very - Rabu, 31/08/2022 10:20 WIB

BUMN Konstruksi, PT PP (Persero), PT Permodalan Nasional Madani (Persero), dan Kementerian BUMN, menggelar menggelar kegiatan pasar rakyat yang berlokasi di Stadion Pancasila, Demak, Jawa Tengah, akhir pekan lalu.

 

Jakarta, INDONEWS.ID - Mayoritas masyarakat Indonesia percaya bahwa perang antara Rusia dan Ukraina menyebabkan terjadinya kenaikan harga pangan dan energi.

Demikian temuan survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) bertajuk “KTT G20 dan Perang Rusia-Ukraina” yang ditayangkan melalui kanal Youtube SMRC TV pada Selasa, 30 Agustus 2022.

Video presentasi temuan suvei SMRC bisa disimak di sini: https://youtu.be/35_Dz9evJ5M

Direktur Riset SMRC, Deni Irvani, dalam presentasinya menunjukkan bahwa dari 63 persen yang tahu perang Rusia dan Ukraina, sebagian besarnya (56 persen) pernah mendengar pandangan bahwa perang tersebut telah mengakibatkan kenaikan harga pelbagai kebutuhan pokok terutama makanan dan energi seperti bahan bakar minyak (BBM) dan gas.

Dari yang tahu atau pernah dengar pandangan bahwa perang antara Rusia dan Ukraina mengakibatkan kenaikan harga pangan dan energi, hampir seluruhnya (86 persen) percaya dengan pandangan tersebut. Hanya 9 persen yang tidak percaya dan 5 persen yang tidak menjawab.

Survei juga menemukan bahwa publik Indonesia menghendaki agar pemerintah berperan aktif untuk ikut mendamaikan Rusia dan Ukraina yang sedang terlibat dalam perang.

Dalam presentasi hasil risetnya, Deni menyebutkan bahwa ada 63 persen publik yang mengetahui atau pernah mendengar tentang perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina. Dari yang tahu, mayoritas (71 persen) tidak setuju Rusia menyerbu Ukraina. Hanya ada 16 persen yang setuju.

“Dari yang tahu perang Rusia-Ukraina, ada 58 persen yang ingin agar Indonesia mengambil peran untuk ikut mendamaikan kedua negara. Ada 34 persen yang ingin Indonesia tetap menjaga jarak dan netral. Hanya ada 2 persen yang menyatakan Indonesia harus memihak salah satu negara. Sementara ada 6 persen yang tidak menjawab,” ujarnya.

Lebih jauh survei ini juga menemukan bahwa di antara yang tahu Indonesia akan jadi tuan rumah KTT G20, ada 76% yang yakin Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi dapat mengambil peran untuk berupaya meredakan peperangan antara Rusia dan Ukraina dengan terus melakukan penengahan antara kedua negara yang berperang.

Dari yang yakin, ada 80 persen yang menilai sebaiknya Presiden Jokowi terus melakukan kunjungan ke dua negara tersebut untuk meredakan, kalau bukan menghentikan, peperangan antara keduanya.

 

Mayoritas Publik Ingin Indonesia Tetap Undang Rusia

Survei juga menemukan bahwa mayoritas publik Indonesia setuju pemerintah Indonesia tetap mengundang Rusia untuk hadir dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) negara-negara G20 pada November 2022 di Bali.

Deni menyebutkan bahwa dalam presentasi hasil surveinya menunjukkan ada 78 persen dari yang tahu Indonesia akan menjadi tuan rumah KTT G20 yang setuju dengan sikap pemerintah Indonesia tetap mengundang Rusia dalam pertemuan G20 di Bali. Hanya ada 14 persen yang tidak setuju dan 8 persen yang tidak menjawab.

Lebih jauh survei ini juga menemukan bahwa mayoritas publik (81 persen) yang tahu Indonesia akan menjadi tuan rumah KTT G20 menilai kehadiran Rusia di konferensi tingkat tinggi itu adalah sepenuhnya terserah pada negara tersebut dan Indonesia sebagai tuan rumah tidak boleh melarangnya karena Rusia adalah anggota yang berhak hadir.

“Hanya ada 13 persen yang menilai Rusia tidak boleh hadir karena telah memerangi dan menduduki Ukraina. Masih ada 5 persen yang tidak menjawab,” ujarnya.

Survei ini dilakukan secara tatap muka pada 5-13 Agustus 2022. Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan. Dari populasi itu dipilih secara random (multistage random sampling) 1220 responden.  Response rate (responden yang dapat diwawancarai secara valid) sebesar 1053 atau 86%. Sebanyak 1053 responden ini yang dianalisis. Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar ± 3,1% pada tingkat kepercayaan 95% (asumsi simple random sampling). ***

Artikel Terkait