Nasional

Hari Santri Nasional Momentum untuk Menghargai Perjuangan Ulama dan Santri

Oleh : very - Minggu, 23/10/2022 14:32 WIB

Kepala BNPT Komjen Pol Dr. Boy Rafli Amar (dua dari kanan) melakukan foto bersama usai melakukan penandatangan MoU bersama Kepala Badan Wakaf Pesantren Tebuireng, KH. Abdul Halim Mahfudz atau Gus Iim (kedua dari kiri) dengan didampongi Deputi bidang Pencegahan, Pelindungan dan Dradikaliasai BNPT, Mayjen TNI. Nisan Setiadi, SE (paling kiri) dan Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Abdul Halim Mahfudz atau Gus Ikin (paling kanan). (Foto: Ist)

 

Jombang, INDONEWS.ID – Santri, ulama dan pesantren selama ini telah memberikan sumbangsih yang cukup besar tidak hanya mengisi kemerdekaan, tetapi juga dalam perebutan kemerdekaan bangsa ini. Apalagi Presiden RI, Joko Widodo, melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 22 tahun 2015, telah menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai hari Santri. Ini merupakan bentuk dari peran santri di Indonesia diakui oleh negara karena santri terus berkiprah sejak sebelum kemerdekaan.

Hal tersebut dikatakan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Dr. Boy Rafli Amar, MH, dalam sambutannya pada acara Deklarasi Toleransi, Meneguhkan Toleransi Islam Wasathiyah dalam Rangka Hari Santri Nasional dan peringatan ke-77 tahun Resolusi Jihad. Acara yang digelar BNPT bersama Pondok Pesantren (Ponpes) Tebuireng, Jombang ini berlangsung di aula H Bachir Achmad, Gedung KH M Yusuf Hasyim Ponpes Tebuireng Jombang, Sabtu (22/10/2022) malam.

“Penetapan 22 Oktober sebagai hari santri merujuk pada tercetusnya `Resolusi Jihad` yang berisi fatwa kewajiban berjihad demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Resolusi Jihad inilah yang kemudian melahirkan peristiwa heroik tanggal 10 November 1945 yang kita peringati sebagai hari pahlawan,” ujar Komjen Pol Boy Rafli Amar seperti dikutip dari siaran pers Pusat Media Damai (PMD) BNPT di Jakarta.

Lebih lanjut Kepala BNPT menjelaskan, di Jawa Timur, Resolusi Jihad yang digelorakan Hadaratussyeck, KH Hasyim Asy’ari telah membakar semangat pemuda-pemuda melawan penjajah, dan juga wilayah-wilayah lainnya di Indonesia, sampai masa ketika Indonesia sudah memproklamirkan diri sebagai negara merdeka.  Hingga saat ini santri telah merambah ke berbagai bidang profesi, memiliki keahlian yang beragam, bahkan menjadi pemimpin negara.

“Meskipun begitu, santri tidak melupakan tugas utamanya, yaitu menjaga agama itu sendiri. Agama adalah mata air yang selalu mengalirkan inspirasi-inspirasi untuk menjaga dan menjunjung tinggi martabat kemanusiaan,” ujar alumni Akpol tahun 1988 ini.

Oleh karena itu Kepala BNPT mengatakan bahwa peringatan Hari Santri Nasional ini harus menjadi momentum untuk menghargai perjuangan bangsa, para ulama dan santri. Karena itu, Ponpes Tebuireng harus menjadi pembelajaran bagi bangsa terkait Resolusi Jihad di awal kemerdekaan Indonesia.

“Tentunya ini menjadi sebuah momentum bagi kita semua untuk kembali mengingat bagaimana perjuangan para leluhur bangsa kita, para ulama dan santri dan segenap pahlawan bangsa untuk melawan segala bentuk penjajahan dan agresi dari pihak dimasa lalu,” ungkap mantan Kapolda Papua ini.

Ia mengungkapkan sebuah perjuangan para ulama dan santri ini perlu terus diangkat sebagai narasi terutama sebagai upaya pembelajaran program-program moderasi dan toleransi agama di Ponpes Tebuireng.

“Moderasi agama, toleransi dan karakter bela bangsa ini perlu diangkat untuk menangkal narasi-narasi negatif, bermuatan provokatif terutama hal-hal buruk di sosial media, sehingga program-program BNPT di antaranya membangun berbagai pengetahuan bagi para santri untuk melawan hal-hal yang buruk di sosial media,” ujar mantan Kepala Divisi Humas Polri ini.

 

(Kepala BNPT, Komjen Pol. Dr. Boy Rafli Amar, MH, saat menghadiri acara Deklarasi Toleransi, Meneguhkan Toleransi Islam Wasathiyah dalam Rangka Hari Santri Nasional dan peringatan 77 tahun Resolusi Jihad. Acara yang digelar BNPT bersama Pondok Pesantren (Ponpes) Tebuireng, Jombang ini berlangsung di aula H Bachir Achmad, Gedung KH M Yusuf Hasyim Ponpes Tebuireng Jombang, Sabtu (22/10/2022) malam. Foto: Ist).

Garda Terdepan untuk Gelorakan Toleransi

Lebih lanjut dirinya juga mengatakan bahwa di media juga banyak hal negatif yang sifatnya tidak mendidik masyarakat bangsa  ini. Dan oleh karena itu santri juga harus menjadi  garda terdepan untuk menggelorakan semangat nilai-nilai toleransi.

“Untuk itu program-program lain yang selama ini berjalan adalah bagaimana kita membangun kapasitas, berbagi informasi, berbagi pengetahuan dengan para santri untuk menjadi unsur-unsur terdepan dalam meng-counter hal-hal yang buruk di sosial media,” ucapnya.

Untuk itulah dirinya menilai bahwa penting bagi para santri menjadi bagian terdepan dan berfungsi sebagai content creator, yang intinya mendesiminasi nilai-nilai yang penuh semangat bertoleransi, semangat terus untuk mengembangkan secara luas moderasi dalam beragama.

“Oleh karena itu narasi ini perlu untuk mengingatkan kita semua tentang pentingnya kita berwaspada agar jangan sampai pihak-pihak tertentu yang mungkin memanfaatkan anak bangsa kita yang malah untuk menghancurkan bangsa kita sendiri. Jadi kita bersatu, dimana hari Santri Nasional adalah hari yang penuh nilai-nilai kepahlawanan yang tentunya harus kita lestarikan nilai semangat juang itu, semangat bela negara itu,” ucapnya.

Oleh karena itu, Boy mengatakan, BNPT sangat berterima kasih pada Pondok Pesantren Tebuireng yang selama ini telah memperkuat narasi yang sejatinya merupakan karakter Indonesia, karakter bela negara, karakter yang memperjuangkan segala bentuk gangguan yang dapat memperlemah bangsa kita.

“Dan BNPT sebagai stakeholder dari pondoik pesantren melakukan mitigasi dan menekan potensi radikalisme serta intoleran yang menyasar kepada kalangan generasi muda. Jadi BNPT semua langkahnya adalah mitigasi untuk mencegah bangsa kita menjadi tidak terbawa bawa dalam konteks pergerakan yang merugikan bangsa kita, yang jauh dari jati diri bangsa kita,” ucap mantan Kapolda Banten ini.

Meskipun belum dikatakan mengkhawatirkan namun fenomena pengaruh-pengaruh buruk ini tidak boleh dibiarkan. Lantaran jika intoleransi yang bukan karakter dari bangsa ini kalau dibiarkan mendominasi, maka hal tersebut dapat membahayakan.

"Jadi tidak mengkhawatirkan, tetapi kenyataanya hari ini ada anak bangsa kita yang istilahnya menjadi bagian dari pergerakan-pergerakan yang intoleran dan  mengarah kepada kekerasan. Tentunya kita harus cegah yang mana ini adalah langkah mitigasi,” ujarnya mengakhiri.

 

(Kepala BNPT Komjen Pol. Dr. Boy Rafli Amar, MH, bersama Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, KH. Abdul Hakim Mahfudz atau Gus Ikin. Foto: Ist)

Pembelajaran Lintas Generasi

Sementara itu Pengasuh Ponpes Tebuireng, KH Abdul Hakim Mahfudz atau Gus Kikin menambahkan pembelajaran santri dari awal berdirinya pondok pesantren hingga saat ini masih tetap mengedepankan untuk membangun persatuan.

“Kita sebetulnya dari dulu keilmuan-keilmuan digunakan untuk membangun ukhuwah, membangun persatuan, silaturahmi dan bagaimana kita untuk saling menghormati. Inilah pendidikan santri yang tujuannya untuk membangun persatuan," ujar Gus Kikin.

Lebih lanjut Gus Kikin menuturkan, pembelajaran santri ini akan tetap dipertahankan oleh generasi penerus yang melandaskan keilmuan untuk para santri. Landasan tersebut akan tetap terus dijaga dan dilanjutkan ke generasi penerus supaya para santri mampu untuk menjaga harmoni dari bangsa ini.

“Itu merupakan ajaran-ajaran agama yang mana itu diwariskan oleh para Nabi sampai sekarang ini. Dan kita akan jaga itu dan  kita akan lanjutkan, kita akan wariskan kepada generasi penerus. Hal ini supaya kita mampu untuk menjaga harmoni dari bangsa ini,” kata Gus Kikin mengakhiri.

Seperti diketahui Deklarasi Toleransi ini juga dirangkai dengan penangdatangan Nota Kesepahaman (MoU) antara BNPT yang dilakukan oleh Komjen Pol Boy Rafli Amar dengan Yayasan Badan Wakaf Pesantren Tebuirang yang diketuai KH Abdul Halim Mahfudz (Gus Iim).

Acara Deklarasi ini juga menghadirkan beberapa tokoh Akademisi yang ada di Jawa Timur, kalamgan pengusahan swasta, pimpinbna Po0ndok Pesantren yang ada di sekitar wilayah Jombang, Duta Damai Santri Jawa Timur dan berbagai unsur pewakilan pemerintah Provinsi Jawa Timur dan juga perwakilan Forkopimda Kabupaten Jombang.

Turut mendampingi Kepala BNPT yakni Deputi bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisai, Mayjen TNI Nisan Setiadi, SE dan Kasubdit Kontra Propaganda Kolonel Pas. Drs Sujatmiko berserta para staf. ***

 

Artikel Terkait