Nasional

Neraca Perdagangan Februari Surplus, PSI: Jangan Ada Pungutan Liar dan Permudah Birokrasi

Oleh : very - Rabu, 15/03/2023 13:59 WIB

Neraca perdagangan. (Foto: Ilustrasi)

Jakarta, INDONEWS.ID - Selama Februari 2023 neraca perdagangan RI mengalami surplus USD 5,48 miliar. Jumlah ini lebih tinggi USD 3,87 miliar dari Januari 2023.

Karena itu, semua pihak diharapkan untuk terus menggalakkan ekspor, mempemudah birokrasi, dan jangan ada lagi pungutan liar sepanjang jalur logistik.

“Terus galakkan ekspor, permudah birokrasi dan jangan ada lagi pungutan-pungutan liar sepanjang jalur logistik, entah untuk bahan baku maupun produk jadi,” ujar Ketua DPP Partai Solidaritas Indonesia yang juga merangkap Juru Bicara bidang Ekonomi, Andre Vincent Wenas, dalam keterangannya, di Jakarta, Rabu (15/3).

Dalam catatan Badan Pusat Statistik (BPS), tren surplus neraca perdagangan masih terus berlanjut sampai Februari 2023. Dengan demikian, neraca perdagangan RI terus melanjutkan surplusnya selama 34 bulan secara berturut-turut, yaitu sejak Mei 2020.

PSI mencatat, surplusnya neraca perdagangan didorong oleh komoditas nonmigas yang menopang neraca perdagangan RI dengan surplus sebesar USD 6,70 miliar. “Tapi komoditas migas masih mencatat defisit sebesar USD 1,22 miliar,” jubir Andre menjelaskan lebih lanjut.

Februari 2023 nilai impor mencapai USD 15,92 miliar, ini turun 13,68% secara month to month, atau turun 4,32% year on year (secara tahunan).

Sedangkan ekspor juga terkontraksi namun tidak sedalam impor, yakni sebesar 4,15% ke USD 21,40 miliar month to month. Jika dilihat secara year on year, ekspor masih tumbuh 4,51%.

“Surplus neraca dagang periode Februari 2023 dibentuk oleh impor yang terkontraksi lebih dalam dibanding ekspor secara bulanan atau month to month,” kata jubir PSI itu.

Karena itu, dia meminta agar terus mengembangkan kreativitas dan inovasi. “Dan tak kalah penting adalah mempermudah birokrasi dan jangan ada lagi pungutan-pungutan liar dalam bentuk apa pun. Itu korupsi atau gratifikasi yang skala besar maupun kecil di setiap tahapan proses ekspor sangat menjengkelkan para eksportir,” pungkas Andre Vincent Wenas. ***

Artikel Terkait