Nasional

Prof Didik J. Rachbini: Mahfud MD Cawapres Kuda Hitam

Oleh : very - Selasa, 11/04/2023 20:11 WIB

Menko Polhukam Mahfud MD. (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Akhir-akhir ini muncul nama Menko Polhukam Mahfud MD yang disebut-sebut menjadi salah satu kandidat Wakil Presiden pada pemilu 2024 mendatang. Sosok Mahfud MD disebut cocok mendampingi Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai bakal calon presiden.

Rektor Universitas Paramadina, Prof Didik J. Rachbini mengatakan, Mahfud MD adalah tokoh yang sudah makan asam garam di dunia politik sejak awal reformasi bersama Gus Dur. Pengalamannya di dalam pemerintahan adalah modal sangat penting untuk mengerjakan pekerjaan untuk rakyat secara efektif.

“Mahfud MD memiliki pengalaman tersebut. Terakhir Mahfud MD adalah bakal calon wakil presiden pada Pilpres 2019, yang didukung Ketua Umum PDIP. Sudah siap dengan seragam putih, tetapi takdir masih belum berpihak kepadanya. Hanya dalam beberapa menit terakhir Mahfud MD digantikan oleh Ma’ruf Amin karena lobi-lobi partai yang alot dan tepedo dari partainya sendiri,” ujar Didik melalui siaran pers di Jakarta, Selasa (11/4).

Sebelumnya, Eros Djarot budayawan dan politisi senior mengusulkan kepada publik dan secara khusus kepada PDIP untuk mencalonkan pasangan Ganjar-Mahfud. Pasalnya, Mahfud dinilai sebagai pendekar, yang bisa menuntaskan korupsi di masa kini dan yang akan datang. 

Alasan ini masuk akal karena sikap berani Mahfud MD dalam beberapa bulan terakhir ini untuk menguak korupsi, meskipun banyak tantangan yang berat di dalam maupun di luar pemerintahan dan lembaga politik. Alasan lainnya menurut Eros adalah potensi besar untuk menang. Ganjar populer, sementara Mahfud bisa menjadi pendamping untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan tegas.

“Jadi nama Mahfud mengemuka kembali akhir-akhir ini. Tetapi usulan seperti ini tidak mudah karena lobi partai sulit ditebak untuk calon wakil. Presiden, bahkan untuk calon presiden sekali pun. Usulan ini terlalu awal dan bahkan terlalu cair, tetapi demokrasi boleh siapa pun mengusulkan nama siapa pun, apalagi yang mengusulkan adalah tokoh seperti Eros,” kata Didik yang juga ekonom senior tersebut. 

Namun, Didik mengatakan bahwa dinamika politik sangat tidak pasti, bahkan rumit. Perbincangan awal, survei, dan usulan-usulan adalah cara terbaik untuk melakukan seleksi tokoh bangsa yang bisa dipertanggungjawabkan. “Jangan lagi ada calon presiden dan wakil presiden jadi-jadian ‘last minutes’," katanya.

Jika masuk ranah PDIP tidak mudah, Mahfud pun bisa menjadi altenatif sebagai pendamping Anies Baswedan dengan alasan yang sama, yakni anti korupsi. 

Pasangan Anies –Mahfud, kata Didik, merupakan mesin double gardan untuk memberantas korupsi yang mendarah daging di negeri ini.

“Yang penting juga secara elektoral politik Mahfud bisa menarik suara di Jawa Timur, khususnya tapal kuda. Pada awalnya koalisi perubahan melirik Khofifah untuk menarik suara Jawa Timur, yang tidak pasti dan belum tentu terwujud karena berbagai hal tarik-menarik koalisi terhadap Khofifah atau pun alasan Khofifah untuk meneruskan masa jabatannya. Alternatif selain khofifah bagi Anies adalah Mahfud MD,” pungkasnya. ***

 

Artikel Terkait