Jakarta, INDONEWS.ID - Maya Rumantir, artis pop tahun 80-an, menjadi bintang dalam Pemilu 2024 di Sulawesi Utara, bahkan di Indonesia. Tiga kali mengikuti ajang kompetisi Pemilu untuk merebut hati rakyat, dia selalu meraup suara signifikan.
Tahun ini, artis orbitan Rinto Harahap (almarhum) itu kembali bertarung sebagai calon Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI.
Bahkan untuk Pemilu 2024 ini, Si Kendis - julukan masyarakat Sulut karena berlesung pipit - mencapai angka spektakular yakni 26,7 persen dari jumlah pemilih Sulut yang menggunakan hak.
“Hattrick yang fantastik, spektakuler. Komedian Komeng, yang ikut kompetisi Calon Anggota DPD di Jawa Barat, yang buat heboh itu, tak tembus 15 persen. Saya prediksi, secara presentase Si Kendis bisa yang tertinggi di Indonesia,” ujar Frangklin Manitik, tokoh muda dari Langowan Minahasa, seperti dikutip dari siaran pers, di Jakarta, Jumat (1/3).
Pencapaian Si Kendis, karena dia adalah sosok yang dekat dengan pemilih pemula dan lansia serta dinobatkan sebagai Bintang Pemilu 2024 Sulawesi Utara.
“Pemilu kali ini Ibu Maya Rumantir yang jadi bintang. Tanpa ‘kuti-kuti’ (tanpa politik uang, istilah orang Manado untuk politik uang) si Kendis seperti menghipnotis pemilih,” jelas Decky Karauwan, pemilih asal Kakas Minahasa.
Drs. H. Ulyas Taha, M. Pd, Ketua Pengurus Propinsi Nahdlatul Ulama (NU) Sulawesi Utara, terheran-heran atas pencapaian perolehan suara yang didapat DR. Maya Rumantir, MA. Ph.D ini.
Dengan polos dalam status media sosialnya, dia bertanya tentang kiat-kiat Maya Rumantir dalam menghadapi pertarungan pemilihan umum.
“Tiga kali mengikuti Pemilu, Ibu Maya Rumantir merebut simpati pemilih yang luar biasa. Awalnya saya curiga, jangan-jangan pakai politik uang, ternyata setelah saya cek ke sahabat-sahabat saya di Manado, ternyata tidak. Apa sih kiat-kiatnya?,” tanya Kepala Kantor Kementerian Agama Sulawesi Tengah ini.
Ketika dikonfirmasi bahwa Ibu Maya Rumantir dinobatkan sebagai “Bintang Pemilu 2024”, sosok yang sudah meninggalkan dunia keartisan sejak 40 tahun lalu, dan beralih sebagai aktivis sosial dan motivator nilai-nilai religius, kebangsaan dan toleransi ini menjawab penuh haru.
“Pertama kali saya dengar itu, saya menangis terharu dan berdoa mengucap syukur. Terima kasih kepada Tuhan dan tentu kepada masyarakat Sulawesi Utara. Pencapain ini, saya akan pertanggungjawabkan sesuai tugas dan kewenangan sebagai seorang senator. Saya akan terus menjadi jembatan benar atas aspirasi masyarakat. Saya akan lebih mendekatkan telinga saya di bibir rakyat,” ujarnya.
Penerima African Choice Award dari African Forum USA Colombus Ohio, tahun 1992 ini menjelaskan, pencapaian yang diraihnya dalam Pemilu 2024 ini, menggambarkan ada optimisme baru ataupun harapan baru menuju Pemilu yang betul-betul bersih.
“Jangan kita selalu menyalahkan masyarakat atas maraknya politik uang. Setiap Caleg juga harus berani mengintropeksi diri, misalnya, tanyakan kepada diri sendiri, modal sosial apa yang mendasari ia ingin maju sebagai calon legislatif maupun eksekutif. Kalau hanya bermodal uang, lebih baik jangan. Sebab akan terjebak ataupun akan menjadi andil pada pembodohan masyarakat tentang proses demokrasi itu sendiri,” ucapnya.
Racun Demokrasi
Menurut Duta Anak dalam Kandungan dari Komisi Nasional Anak Indonesia ini, politik uang itu racun demokrasi.
“Jangan karena ambisi pribadi, kita melegalkan segala cara. Apalagi memberi ‘racun’ pada pemilih! Bagi saya itu dosa besar. Mari kita cerahkan masyarakat tentang demokrasi yang bersih dan benar,” ajak Ibu dari Kiara Hutasoid, mahasiswi tahun pertama di IPB University itu.
Menurutnya, politik itu membutuhkan investasi sosial. Maya mengaku bahwa dirinya sudah 40 tahun lebih tanpa henti mengadakan berbagai kegiatan di Sulawesi Utara, baik kegiatan sosial, religius maupun pewartaan nilai-nilai kebangsaan, moralitas dan toleransi.
“Saya banyak melakukan aktivitas di berbagai daerah di Indonesia. Dengan program-program tersebut, hampir seluruh pelosok Sulawesi Utara sudah saya datangi. Dengan tanpa maksud untuk tujuan mengejar kekuasaan ataupun masuk ke dalam dunia politik praktis. Saya hanya menjalankan visi dari Tuhan,” ujarnya.
Mengusung politik BERSINAR (Bersih dan Benar), Politik Etis, Peka dan Peduli pada persoalan-persoalan sosial masyarakat, Maya maju dalam politik sebagai sebuah panggilan Tuhan.
“Memang saya akui, menjalankan komitmen ini tak mudah, di tengah-tengah masyarakat yang sudah dibuai oleh racun demokrasi, politik uang. Para sahabat yang setiap hari ikut saya pun ragu dengan konsep Politik BERSINAR. Termasuk, banyak para hamba Tuhan juga pesimis; ‘Tak mungkinlah Ibu, tanpa pakai uang untuk merebut suara rakyat,” katanya.
Tapi, rasa pesimistis itu dijawab Tuhan dengan hasil yang luar biasa. “Tiga kali saya ikut Pemilu dengan ‘modal dengkul’. Berlutut sambil berdoa! Dan hasilnya puji Tuhan. Dan mungkin, saya salah satu Caleg yang modal kampanye paling sedikit,” ujarnya.
Dia mengatakan, dari laporan sekretaris pemenangannya dalam Pemilu, dirinya mengeluarkan biaya tidak lebih dari Rp. 100 Juta. “Silahkan cek ke KPU! Sebab semua pembiayaan kampanye harus dilaporkan ke KPU,” katanya.
Data SIREKAP per 29 Pebruari 2024, jam 19.11 Wita, dari 87,14 % TPS yang sudah masuk, Maya Rumantir meraup 26,14 % suara pemilih. Jumlah itu jauh meninggalkan calon-calon lainnya. ***