Opini

Tuberkulosis di Serang

Oleh : luska - Sabtu, 09/03/2024 11:05 WIB

Penulis : Prof Tjandra Yoga Aditama (Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI)

Pada 8 Maret 2024 saya bersama tim Sekertaris Anggota Wantimpres mengunjungi Propinsi Banten dan Kabupaten Serang dalam rangka pengumpulan data dan informasi tentang evaluasi pencapaian eliminasi tuberkulosis (TB), sejalan dengan Peraturan Presiden No. 67 tahun 2021.
Dalam pertemuan di kantor Dinas Kesehatan Propinsi Banten -yang dihadiri juga oleh berbagai organisasi masyarakat pegiat TB- antara lain dibahas tentang rendahnya angka cakupan Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT), baik di Propinsi Banten maupun juga secara nasional, yang masih jauh di bawah 10%. Dibahas  Ada beberapa kemungkinan faktornya, seperti istilah “terapi” tapi diberikan pada mereka yang sehat, juga ada keraguan tentang keamanannya bagi anak-anak, lalu masalah stigma dan ketersediaan obat TPT. Untuk meningkatkan cakupan perlu kegiatan “out of the box”, atau bahkan TPT dibuat menjadi semacam “mainstream” dalam program pengendalian TB. Juga disampaikan masih terlalu banyaknya pertemuan tingkat nasional yang harus dihadiri, padalah petugas daerah terbatas. Akan baik kalau sumber daya lebih di arahkan ke kegiatan langsung di lapangan. Juga dibahas bahwa bahwa program TB di negara kita masih cukup banyak bergantung dari dana Bantuan Luar Negeri (BLN) seperti Global Fund AIDS TB Malaria ( GF ATM), yang tentu perlu segera diantisipasi dengan pendanaan dalam negeri, baik APBN, APBD atau sumber lainnya. Tentang kebutuhan anggaran, saya mengangkat kemungkinan untuk peran serta perusahaan-perusahaan besar yang ada di Banten, baik dalam bentuk CSR maupun bentuk kegiatan filantropi lainnya.

Saya dan rombongan lalu melihat langsung penanganan di Puskesmas Ciruas, dengan didampingi langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Serang dan Kepala Puskesmasnya.  Pasien ditangani dengan baik, dengan sistem pencatatan kohort yang jelas. Pemeriksaan TCM (tes cepat molekuler) untuk diagnosis TB juga dilakukan di Puskesmas ini, baik untuk pasiennya sendiri maupun rujukan dari Puskesmas lain. Di Kabupaten Serang baru tersedia 11 alat TCM padahal jumlah Puskesmasnya ada 31. Di seluruh propinsi Banten ada 259 Puskesmas, dan baru ada 86 alat TCM, jelas masih kurang dan perlu ada penyediaan dengan target pencapaian yang jelas. Juga ada kekawatiran dalam penyediaan cartridge untuk alat TCM, yang untuk Kabupaten Serang kini baru tersedia sekitar 11.000 padahal target yang harus diperiksa adalah 37.000, dan diharapkan di waktu mendatang akan dapat dipenuhi.  

Setelah dari Puskesmas Ciruas maka rombongan kami ke RS Drajat Prawiranegara, sehingga diharapkan didapat data yang lengkap dari masyarakat, Puskesmas, RS dan Dinas Kesehatan. Di RS disampaikan tentang penanganan pasien TB, khususnya tentu yang resisten obat (TB-RO) walaupun juga ditangani kasus yang masih sensitif dengan obat (TB-SO) dan juga rujukan kasus-kasus sulit. Saya mengusulkan juga dilakukan kegiatan penelitian di RS yang akan bermanfaat bagi pelaksanaan program, serta melakukan kegiatan “hospital without wall”, artinya  RS juga ikut langsung menangani masalah di lapangan di luar RS, tentu sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

Tentang obat TB maka secara umum tersedia, walaupun pernah terjadi kekurangan sehingga RS terpaksa membeli obat sendiri. Juga ada masalah dalam ketersediaan obat lepasan yang diperlukan bagi pasien yang memerlukan penanganan khusus, misalnya alergi obat, atau mengalami “drug induced hepatitis” dll.

Yang juga menarik adalah kenyataan penemuan kasus TB di propinsi Banten yang ternyata di atas jumlah estimasi kasus, sampai 113%. Hal yang sama juga terlihat di Propinsi Jawa Barat yang penemuan kasusnya adalah 117% dari estimasi jumlah kasus propinmsi itu. Hal ini tentu perlu di analisa mendalam, bisa saja karena estimasi jumlah kasusnya tidak tepat, bisa juga karena kasusnya dari propinsi tetangga dll. Yang jelas, kalau estimasi kasus di 2 propinsi ini tidak tepat maka perlu pula dianalisa bagaimana estimasi jumah kasus TB di tingkat nasional kita.

Semoga program pengendalian TB di negara kita dapat terus membaik, guna mencapai eliminasi di 2030 (6 tahun lagi) sesuai yang tercantum dalam Peraturan Presiden 67 tahun 2021 lalu.

Hal lain, dekat alun-alun kota Serang ada wisata kuliner yg lezat, sup ikan dan sate Bandeng...

 

Artikel Terkait