Jakarta, INDONEWS.ID - Prof Tjandra Yoga Aditama meraih Rekor MURI sebagai Penulis Artikel tentang COVID-19 terbanyak di media massa, di Jakarta, Senin (1/4).
Piagam tersebut diserahkan langsung oleh Jaya Suprana di Museum Rekor Dunia Indonesia, di Jakarta.
Dalam pembicaraan dengan Jaya Suprana, Prof Tjandra menyampaikan tiga hal yang mendorong dirinya untuk menulis berbagai artikel di media massa.
Pertama, ketika COVID-19 sedang menjadi masalah kesehatan utama, maka di teman-teman dan lingkungan, serta juga masyarakat luas ada banyak berbagai pertanyaan tentang penyakit ini, dan bahkan ada juga beredar berbagai informasi yang tidak tepat.
“Karena itu saya menulis berbagai aspek COVID-19 sesuai perkembangannya dari waktu ke waktu, dengan harapan dapat menjadi sumber informasi bagi masyarakat,” ujarnya melalui siaran pers di Jakarta, Kamis (4/4).
Direktur Pascasarjana Universitas YARSI ini mengatakan, pada dasarnya bahan yang ditulisnya berdasar dari tiga sumber.
Pertama dari WHO. Hal ini berdasarkan pengalaman Prof Tjandra bekerja di WHO selama 5 tahun. Karena itu, kajiannya selalu amat dalam dan melibatkan pakar tingkat dunia, sehingga hasilnya tentu dapat dipertanggungjawabkan.
Sumber yang ke dua adalah dari jurnal ilmiah kedokteran dan kesehatan yang terbit di masa pandemi COVID-19, dan juga rekomendasi organisasi ternama lainnya seperti Center for Diseases Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat, CDC dari beberapa negara lain serta organisasi internasional seperti GAVI, CEPI dll.
Sumber tulisan ketiga tentunya adalah dari dalam negeri sendiri, baik pengalaman klinik di lapangan maupun publikasi resmi Kementerian Kesehatan, organisasi profesi kedokteran (IDI, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia - PDPI tempat Prof Tjandra mengampuh Ketua Majelis Kehormatannya, dll).
Hal kedua yang mendorong dirinya membuat artikel-artikel tersebut adalah karena memang cukup banyak rekan-rekan wartawan yang menghubunginya dan bertanya berbagai aspek COVID-19, khususnya kalau ada perkembangan baru, kenaikan kasus, ada vaksin baru, varian baru dll.
“Nah penjelasan ke rekan-rekan wartawan ini lalu saya kemas dalam bentuk artikel sehingga mudah-mudah lebih banyak publik yang dapat mengaksesnya,” ujarnya.
Hal ketiga tentang mengapa banyak menulis adalah karena memang sejak lama dirnya senang menulis artikel di media massa.
“Saya ingat waktu tahun 1980 baru lulus dokter dan ditempatkan di Puskesmas di Riau (yang waktu itu belum dapat ditempuh dengan jalan darat) maka saya mulai menulis dan dimuat di koran nasional (judul tulisannya Insomnia), senang sekali saya sebagai dokter muda ketika itu,” katanya.
Karena itu, pada kesempatan itu, Prof Tjandra berterimakasih kepada teman-teman wartawan dan redaksi yang telah memuat artikel-artikelnya, yang kemudian rupanya tercatat dan diapresiasi dalam bentuk Rekor MURI ini.
“Semoga upaya kita untuk memberi pencerahan kesehatan ke publik secara luas akan sedikit banyak punya dampak bagi peningkatan derajat kesehatan bangsa,” pungkasnya. ***