Opini

Peluncuran Buku "IRIAN BARAT, Bayang-bayang Intrik Global di Balik Misteri Pembunuhan Kennedy" Warnai Ulang Tahun Yusron Ihza Mahendra

Oleh : luska - Jum'at, 07/02/2025 16:07 WIB


Penulis: Luska Mujidayanti

Perayaan ulang tahun Yusron Ihza Mahendra, Duta Besar Indonesia untuk Jepang (2013-2016), yang ke-67 diramaikan dengan peluncuran buku ditulisnya sendiri bergenre novel sejarah yang bertajuk “IRIAN BARAT, Bayang-bayang Intrik Global di Balik Misteri Pembunuhan Kennedy”. Acara yang berlangsung di The Dharmawangsa, Jakarta Selatan (Kamis, 6/2/2025) dihadiri oleh sejumlah tokoh nasional, di antaranya Pemred Indonews Asri Hadi, wartawan senior Ahmed Kurnia, Yusril Ihza Mahendra Menteri Koordinator Bidang Hukum, Hak Asasi Manusia, Imigrasi, dan Pemasyarakatan Yusril Ihza Mahendra dan wakilnya Otto Hasibuan, Ketua DPD RI Sultan Bachtiar Najamudin, Wakil Ketua DPD RI Yorrys Raweyai, mantan anggota Wantimpres Sidarto Danusubroto, serta Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Ace Hasan Syadzily.

“Novelnya sangat menarik. Walau kisah fiksi, tetapi plot ceritanya sangat mirip dengan sejarah kembalinya Irian Barat ke pangkuan NKRI. Juga ceritanya dibumbui dengan misteri pembunuhan Presiden John F. Kennedy,’’ ujar Asri Hadi, yang juga pengamat sosial-politik alumni Monash University, Australia.

Buku setebal 464 halaman karya Yusron Ihza ini adalah sebuah novel sejarah yang menyingkap tabir gelap di balik salah satu konspirasi politik terbesar abad ke-20: Pembunuhan John F. Kennedy di Dallas tahun 1963! Mengusung latar Perang Dingin, persaingan ideologi, dan kepentingan ekonomi korporat besar Amerika, novel ini membawa pembaca ke dalam sebuah perjalanan penuh ketegangan, menguak rahasia di balik tragedi yang mengubah wajah dunia.

Adalah Graham Edward Miller, mantan agen CIA yang meninggalkan dunia intelijen karena muak atas trik-trik kotor, bertemu dengan Jane Hellen Lewis, seorang wartawan investigatif yang gigih dari Dallas Tribune. Bersama, mereka menyelidiki kematian Kennedy yang sarat kejanggalan. Kesimpulan Komisi Warren yang menuding Lee Harvey Oswald sebagai pelaku tunggal kejahatan, dinilai tidak memuaskan. Kecurigaan mereka mengarah pada keterlibatan Allen Dulles—mantan Direktur CIA yang dipecat Kennedy—dan korporasi besar Rockefeller yang mengincar kekayaan alam Irian Barat.

Dalam investigasi mereka, Graham dan Jane menemukan bahwa tragedi Dallas memang tidak terlepas dari latar belakang Perang Dingin. Terutama, garis kebijakan Kennedy yang pasifis, yang mengancam status quo tatanan dunia (sistem bipolar) yang berlaku. Akan tetapi Gunung Emas di Irian Barat yang merupakan deposit emas terbesar dunia, merupakan faktor yang amat signifikan. Terutama, dalam kaitan Rezim Bretton Wood yang mengatur sistem nilai tukar uang waktu itu.

Rencana kunjungan Kennedy ke Jakarta bulan Mei 1964 untuk bertemu Sukarno, menjadi kunci dari semua ini. Tegasnya, kunjungan itu akan merupakan “Skakmat” bagi Alllen Dulles (CIA) dalam pertarungan strategi melawan Kennedy. “Jika kunjungan tersebut terlaksana, Kennedy akan berhasil merangkul dan meyakinkan Sukarno, pemimpin yang berani menentang dominasi Dunia Barat ketika itu,” tutur Yusron.

Betul, Sukarno bukanlah tokoh sembarangan. Ia merupakan arsitek utama Konferensi Asia Afrika tahun 1955 di Bandung, yang melahirkan Gerakan Non-Blokā”€sebuah blok netral yang menolak berpihak pada Blok Barat atau Timur. Sukarno bahkan membentuk CONEFO, organisasi tandingan PBB, setelah Indonesia keluar dari keanggotaan PBB sebagai bentuk protes atas kebijakan internasional yang dianggap tidak adil.

Allen Dulles dan kelompoknya melihat pertemuan Kennedy dan Sukarno sebagai ancaman besar. Jika Sukarno, yang memiliki pengaruh besar di dunia internasional itu, bersedia menghentikan konfrontasi dengan Malaysia (yang notabene adalah perangkap CIA dan MI6) atas arahan Kennedy, hal itu akan menjadi kemenangan politik gemilang bagi Kennedy. Dan, akan memperbesar peluangnya terpilih kembali sebagai presiden Amerika untuk kedua kalinya.

Jakarta merupakan pentas pertarungan politik dan diplomasi paling krusial bagi Kennedy dalam rivalitas atas lawan-lawannya, di mana kebijakan Trikora dan Dwikora yang ditempuh Sukarno adalah medan laga utamanya.

Maka, oleh lawan politiknya, langkah dan manuver politik Kennedy dan Sukarno harus dihentikan!

Novel IRIAN BARAT tak hanya cerita tentang konspirasi dan perjuangan mengungkap kebenaran, tetapi juga kisah tentang cinta dan kebencian, kesetiaan dan pengkhianatan, keberanian, dan kekuatan tekad di tengah dunia yang penuh intrik. Sebuah novel yang menggugah pikiran, menggetarkan hati dan membawa pembaca memahami sejarah kelam yang terlupakan.

TAGS : Ahmed kurnia

Artikel Lainnya