Nasional

Syafii Maarif: Indonesia Butuh Negarawan Petarung Bervisi Keadilan yang Tajam

Oleh : very - Senin, 23/10/2017 11:17 WIB

Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif. (Foto: Okezone.com)

Yogyakarta, INDONEWS.ID - Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif menilai Indonesia perlu negarawan petarung dengan visi keadilan yang tajam dan jujur untuk meneruskan estafet kerja besar Pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.

“Semua harus siap menerima kedatangan seorang negarawan yang boleh jadi dari Pulau Miangas atau dari Pulau Rote. Atau dari Ternate maupun Pulau Ende untuk memimpin Indonesia yang besar ini,” kata tokoh senior yang biasa disapa Buya Syafii Maarif ini dalam seminar bertajuk “Bisikan dari Jogja: Refleksi dan Evaluasi Bidang Kebudayaan Tiga Tahun Pemerintahan Jokowi-JK”, di Jogjakarta Plaza Hotel, Minggu (22/10/2017).

Seperti dikutip Tempo.co, Syafii Maarif berharap sebelum 2030, kesadaran kebangsaan semua suku di Indonesia sudah semakin menguat dan mendalam untuk menerima era tersebut.

Dalam proses kebangsaan, kata Buya Syafii, perang Aceh, cakap Minang, dan kuasa Jawa, dalam realitas sosial politiknya tidak akan berpengaruh pada posisi presiden maupun wakil presiden. Semua warga negara Indonesia punya hak yang sama berada dalam posisi itu dengan syarat memenuhi kriteria sebagai negarawan petarung.

Dalam kesempatan itu, Buya Syafii juga menyoroti aktivitas kelompok-kelompok radikal yang merusak dan menjadi pangkal huru-hara di Indonesia beberapa waktu belakangan.

Kelompok-kelompok Wahabi itu, kata Buya Syaffi, menjadi bumerang bagi Islam. “Paham itu ngeri, bagian dari Arabisme. Mereka menang karena punya uang banyak, dari minyak," ujarnya.

Arabisme, katanya, penuh dengan tafsiran perang. Ia memberikan masukan agar polisi mengatasi kelompok tersebut dengan pendekatan “bahasa hati” dan sosial ekonomi yang menyentuh, bukan pendekatan atau cara-cara kekerasan.

Syafii mengapresiasi kerja-kerja Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang bisa menaklukkan para teroris atau kombatan.

Syafii mencontohkan kampung pelaku bom Bali Amrozi di Lamongan, Jawa Timur yang kini menjadi kampung “lingkar perdamaian”, yang dipimpin adik Amrozi.

“Cara kerja BNPT efektif. Pendekatan bahasa hati lebih baik, bukan cara kekerasan,” pungkas Syafii Maarif.

 

 

Artikel Terkait