Jakarta, INDONEWS.ID - Kelompok Alumni 212 dikabarkan pecah. Hal itu terlihat dari beredarnya undangan yang dikabarkan mengatasnamakan kelompok masyarakat yang menggunakan atribut 212.
“Sehubungan adanya kelompok masyarakat yang menggunakan atribut 212 mengadakan pertemuan dengan Bapak presiden Jokowi, pada hari Ahad, 22 April 2018, maka untuk menyikapi Pertemuan tersebut, Kami Presidium Alumni 212 dengan ini mengharapkan kehadiran teman-teman media dalam Jumpa pers,” ujarnya di Jakarta (25/4/2018).
Undangan yang dikeluarkan oleh Ketua Presidium Alumni 212 Aminuddin dan Sekjen Ust.Hasri Harahap ini dilakukan di Restoran Raden Bahari, yang beralamat Jl.Buncit Raya no.135 Jakarta Selatan, pukul 15.00 - 16.00 WIB.
Sebelumnya, Presiden Jokowi bertemu Persaudaraan Alumni 212 yang digelar di salah satu masjid di Bogor.
Presiden mengakui pertemuan tersebut. Dia mengatakan bahwa pertemuan tersebut biasa-biasa saja.
Jokowi berdiri diapit pengurus Persaudaraan Alumni 212, di antaranya Al-Khaththath, Sobri Lubis, Usamah Hisyam, Slamet Maarif, dan Yusuf Marta. Para pengurus Persaudaraan Alumni 212 itu terlihat berbincang dengan Jokowi.
"Itu perlunya kita silaturahmi agar permasalahan yang satu ini. Jika sebelumnya berhadap-hadapan dengan pemerintah, bisa kita menjalin kebersamaan kembali dengan komunikasi yang sehat dan nggak selalu berhadap-hadapan. Agar menuju pilpres dan pilkada damai," kata jubir PA 212, Novel Bamukmin.
Selain itu, Novel mengatakan pertemuan dengan Jokowi bertujuan membangun komunikasi dengan pihak pemerintah. Sebab, selama ini ada hal yang membuat PA 212 tidak sejalan dengan pemerintah.
"Untuk itu, kami nggak pernah jera membangun komunikasi silaturahmi agar pilpres ke depan berjalan dengan damai. Tidak ada yang saling dikorbankan," lanjut Novel.
Dalam pertemuan itu, Persaudaraan Alumni 212 diwakili tim 11.
Secara resmi Persaudaraan Alumni 212 akan mengumumkan saat konferensi pers yang akan digelar pada siang nanti sekira pukul 13.45 WIB di Restoran Larazetta, Tebet, Jakarta Selatan.
Saling klaim antara kubu Buncit Raya dan Tebet terkait mana yang sah, menarik disimak.
Alumni 212 Pecah?
Sebelumnya, Alumni 212 dikabarkan pecah sehubungan dengan belum pulangnya Imam Besar Front Pembela Islam (FPI).
Pengamat politik President University AS Hikam mengatakan, pulangnya RS ke Indonesia merupakan sebuah syarat mutlak bagi gerakan 212, yang selama ini tampil sebagai oposisi pemerintahan Joko Widodo. Pasalnya, RS merupakan figur pemersatu gerakan 212, yang selama ini dilanda konflik internal.
“Konflik internal elit pendukung Habib Rizieq Syihab (HRS) adalah nyata dan kemungkinan kian bertambah parah. Sebagian dari pemimpin gerakan 212 kini pecah dan ini berpotensi menular ke lapis bawah. Kembalinya sang Imam Besar sebagai solusi alternatif terbaik sulit dibantah. Memimpin gerakan politik oposisi dari luar negeri, meniru model Imam Khomeini, prospeknya lebih susah,” ujarnya melalui website pribadinya, http://www.hikamreader.com/, yang diunggah Kamis (22/2/2018).
Dalam artikel berjudul “Kepulangan HB Rizieq dan Respon Pemerintah PJ” (Presiden Jokowi), yang tayang sebelumnya, AS Hikam mengatakan, bagi pendukung RS khususnya, dan kelompok Islam politik umumnya, kembalinya tokoh tersebut adalah sebuah keniscayaan politik. “Tanpa kehadiran beliau di tanah air, ghirah (greget), kiprah, dan akselerasi perjuangan mereka mungkin akan kehilangan momentumnya. Mengapa sedemikian penting? Karena absennya sang tokoh telah, sedang, dan akan kian memperbesar potensi krisis kepemimpinan kelompok tersebut,” ujarnya.
Menurut Hikam, persoalan terpenting yang kini dihadapi oleh para pendukung RS bukan hanya kapan dia akan kembali, tetapi juga - dan lebih urgen – secepat apa RS bisa kembali tanpa terganggu oleh persoalan hukum yang menjadi kendala serta penyebab ketidakhadirannya selama beberapa bulan terakhir.
“Semakin tertunda kepulangan sang Imam Besar itu, semakin kuat pula potensi terjadinya krisis kepemimpinan dan pelemahan kelompok Islam politik yang selama ini tergantung kepada karisma dan kepemimpinan beliau,” ujarnya.
Hikam mengatakan, hingga kini, belum ada satu pun figur yang mampu menjadi motor dan penggerak kelompok tersebut seperti RS. Faktanya, para Alumni 212, yang notabene adalah salah satu kekuatan yang dijadikan bukti cerita sukses gerakan Islam politik, kini menghadapi perpecahan dan membentuk perkubuan di elitnya. (Very)