INDONEWS.ID

  • Kamis, 24/05/2018 09:30 WIB
  • Romo Magnis: Ramadan Perkuat Toleransi untuk Lawan Adu Domba

  • Oleh :
    • very
Romo Magnis: Ramadan Perkuat Toleransi untuk Lawan Adu Domba
Franz Magnis Suseno Dosen STFK Driyarkara. (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID – Indonesia sebagai negara majemuk sangat rentan untuk diadu domba melalui ujaran kebencian (hate speech) dan berita bohong (hoax) yang bertujuan untuk merusak persatuan dan kesatuan NKRI. Apalagi bila ujaran kebencian dan hoax itu digunakan untuk kepentingan politik, dan kepentingan kaum radikal terorisme. Karena itu, momentum Ramadan ini, bangsa Indonesia wajib terus memperkuat toleransi dan solidaritas kebangsaan, baik di dunia nyata maupun dunia maya.

“Ini menjadi tantangan berat bagi bangsa Indonesia. Tapi saya optimistis kita pasti bisa karena kemajemukan dan perbedaan inilah yang membuat Indonesia kuat, asalkan semua bisa saling menerima dan menghormati,” kata tokoh kebangsaan Romo Frans Magnis Suseno di Jakarta, Selasa (22/5/2018).

Baca juga : KH Maman Imanulhaq: Ramadan Bulan Rekonsiliasi Kuatkan Ukhuwah Kebangsaan

Apalagi, lanjut Romo Frans Magnis, saat ini bulan puasa. Tentunya ini bisa menjadi momentum terbaik bagi seluruh masyarakat Indonesia untuk memerangi hal-hal negatif di atas dengan saling menghormati dan menjaga toleransi. Ia juga menyarankan kepada semua pihak untuk bisa menahan diri dan membuang perasaan menang sendiri. Itu penting karena bila ujaran kebencian, hoax, radikalisme itu dimainkan secara politik, maka dampaknya akan sangat berbahaya.

Menurutnya, hal-hal negatif itu kalau dipolitisasi bisa dipakai untuk mengadu domba, bisa untuk fake news, hoax, dan hal-hal emosional lainnya yang bisa menyulut permusuhan. Apalagi bila politisasi itu sudah menggunakan unsur agama, itu sangat mengancam persatuan bangsa ini. Maka itu solidaritas langsung dan saat beraktivitas di media sosial harus ditingkatkan untuk meminimalisasi hal-hal tersebut.

Baca juga : Ramadan di Banten, Yayasan Muslim Sinar Mas Dukung Rekonstuksi Rumah Ibadah dan Sekolah

Secara pribadi, Romo Frans Magnis optimistis bangsa Indonesia mampu menghalau berbagai hal negatif perusak persatuan itu. Pasalnya, selama kurun 30 tahun terakhir, ia menilai hubungan antar umat beragama di Indonesia justru semakin kuat dan positif. Contohnya saat terjadi serangan teroris dengan pedang di sebuah gereja di Yogyakarta, besoknya putra-putri muslim turun membantu membersihkan gereja. Begitu juga saat terjadi teror bom di Surabaya dan Sidoarjo beberapa hari lalu.

“Itu memang menggembirakan untuk menumbuhkan harmoni dan solidaritas. Tapi lebih penting lagi adalah kesediaan untuk saling menerima dan menghormati, yang akhirnya bisa saling menghargai sehingga terbangun hubungan yang positif,” terang pria kelahiran Polandia, 25 Mei 1936 itu.

Ditilik dari sisi sejarah, Romo Magnis Indonesia adalah negara yang kuat dan kokoh. Merdeka bukan dari hadiah negara lain, tapi hasil perjuangan para pahlawan bangsa. Kemudian jiwa persatuan dengan Sumpah Pemuda 1928, dan kemajemukan saat memutuskan ideologi negara, terbukti menjadi pondasi kokoh yang mampu menjaga bangsa dari berbagai gangguan.

Bahkan saat reformasi 1998, ungkap Romo, saat itu banyak pengamat yang meramal Indonesia akan pecah seperti Uni Soviet dan Yugoslavia. Tapi nyatanya, itu tidak terjadi dan Indonesia tetap jaya dengan Bhinneka Tunggal Ika-nya.

“Indonesia negara yang sangat berdaulat dalam menangani dirinya sendiri. Dari sejak merdeka, banyak masalah terjadi, tapi tidak sampai mengancam kebangsaan,” tukas Direktur Pasca Sarjana Sekolah Tinggi Filsafat Driyakarya ini.

Kendati demikian, Romo Magnis juga perlu mengingatkan adanya ancaman dari ideologi transnasional dari luar negeri yang terus mengusik kedamaian dan kesatuan bangsa. Ideologi itu dinilai sangat agamis fundamentalis, ekstrimistis, penuh kebencian, seperti ideologi yang dianut pelaku teror bom Surabaya. Ia menilai, ideologi itu sangat kejam dan menyayat hati. Apalagi aksi terorisme itu dilakukan sekeluarga, ada bapak, ibu, dua anak laki-laki, dan dua anak perempuan.

“Kita sudah membangun Indonesia dalam harmoni dan solidaritas yang bagus. Mari kita tidak mengizinkan kekerasan dan kebencian sekelompok kecil orang yang ingin merusak persatuan ini. Mari saling menerima, menghormati, menghargai, mendukung, dan mencintai, supaya Indonesia tetap menjadi negara adil dan berperikemanusiaan,” pungkas Romo Frans Magnis. (Very)

 

Artikel Terkait
KH Maman Imanulhaq: Ramadan Bulan Rekonsiliasi Kuatkan Ukhuwah Kebangsaan
Ramadan di Banten, Yayasan Muslim Sinar Mas Dukung Rekonstuksi Rumah Ibadah dan Sekolah
Artikel Terkini
Pj Bupati Maybrat menerima kunjungan kerja dari Kepala BPJS Kesehatan
Gelar Dharma Santi Nyepi BUMN 2024, Deputi: Keragaman Adalah Kekuatan dalam Mereformasi BUMN
Menteri AHY Jelaskan Tentang Reforma Agraria dan Agenda Undangan Bank Dunia di Depan Para Diplomat
Presiden Jokowi Resmikan Inpres Jalan Daerah Sepanjang 165 km pada 15 Kabupaten/Kota di Sultra
Pj Bupati Maybrat Dukung Penuh Proses Studi Masterplan Kementerian PUPR untuk Revitalisasi Danau Ayamaru
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas