INDONEWS.ID

  • Kamis, 24/01/2019 16:01 WIB
  • Polemik Impor Pangan dan Infrastruktur Harus Tekuak Di Debat Kedua

  • Oleh :
    • very
Polemik Impor Pangan dan Infrastruktur Harus Tekuak Di Debat Kedua
Debat pertama capres-cawapres 2019 di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, 17 Januari 2019. (Foto: suara.com)

 

Jakarta, INDONEWS.ID -- Debat Publik Pemilu Presiden (Pilpres) 2019 Putaran Kedua yang akan digelar pada 17 Februari 2019 diharapkan memberikan pencerahan kepada rakyat Indonesia. Tema yang diangkat yaitu persoalan Energi dan Pangan, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, dan Infrastruktur.

Baca juga : JK Negarawan Luwes dan Selalu Menjaga Tali Silaturahim

 

Semua pihak yang terlibat dalam perencanaan debat terutama KPU dan Tim Sukses harus punya keberanian dan semangat yang sama untuk menyajikan pendidian politik yang bermutu kepada rakyat lewat debat ini.

Baca juga : Kartelisasi Politik dan Masa Depan Demokrasi Indonesia

 

Anggota DPD RI atau Senator Fahira Idris mengungkapkan, salah satu diskursus yang terus menerus menjadi polemik atau persilangan pendapat antara Pemerintah atau barisan pendukung Jokowi dan oposisi atau barisan pendukung Prabowo selama empat tahun terakhir ini adalah persoalan impor pangan (terutama beras, kedelai, jagung, daging sapi, garam, dan gula) dan kontroversi pembangunan infrastruktur.

Baca juga : Jubir Presiden Pastikan Jokowi Hadiri Penutupan Kongres Partai Nasdem

 

Irisan persilangan pendapat terhadap kedua persoalan ini lanjut Fahira, sangat jelas. Pemerintah, sambungnya, bersikukuh harus ada impor. Sementara, oposisi menyatakan impor adalah kebijakan yang keliru. Senada dengan infrastuktur, Pemerintah menjadikannya sebagai ‘jualan’ keberhasilan sementara oposisi tegas menyatakan pembangunan infrastruktur ugal-ugalan dan tidak memberi dampak langsung bagi rakyat.

 

“Soal impor dan infrastruktur harus terkuat saat debat kedua nanti. Saya sudah kasih kisi-kisi persilangan pendapat terkait soal impor dan infrastruktur. Saya rasa ini sangat sederhana, masa nggak bisa menyajikan debat yang berkualitas. KPU dibantu panelis tinggal menyajikan dua persilangan pendapat ini saat debat. Paksa kedua capres berargumen habis-habisan soal kebijakan impor dan infrastruktur. Berkali-kali saya ingatkan, debat ini bukan kepentingan KPU apalagi tim sukes, tetapi kepentingan rakyat agar punya landasan kuat memilih calon Presidennya,” tukas Fahira di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta (23/1).

 

Metode persilangan pendapat yang selama empat tahun ini terakumulasi antara pemerintah dan oposisi juga bisa dijadikan dasar materi debat terkait persoalan ketahanan energi dan pengelolaan sumber daya alam. Kedua capres, harus mampu mengambarkan program jangka pendek, menengah, dan panjangnya untuk mengatasi ketergantungan bangsa ini terhadap energi fosil.

 

Selain itu debat harus bisa menarik komitmen capres untuk menjamin bahwa pengelolaan sumber daya alam sepenuhnya berdasarkan pasal 33 ayat 2 UUD 1945 dan punya program konkret mencegah eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya alam yang mengkibatkan kerusakan lingkungan.

 

“Divestasi Freeport yang begitu ramai diperdebatkan bisa menjadi salah satu background atau contoh kasus materi perdebatan soal SDA dan lingkungan hidup. Kalau KPU dan penelis berani menjadikan persilangan pendapat sebagai materi perdebatan, saya rasa debat kedua akan mencerahkan rakyat,” pungkas Fahira.

Artikel Terkait
JK Negarawan Luwes dan Selalu Menjaga Tali Silaturahim
Kartelisasi Politik dan Masa Depan Demokrasi Indonesia
Jubir Presiden Pastikan Jokowi Hadiri Penutupan Kongres Partai Nasdem
Artikel Terkini
Antisipasi Kebijakan Ekonomi dan Politik dalam Perang Iran -Israel
Berangkatkan Lebih dari 10 Ribu Penumpang, Mudik Gratis di Sumut Berhasil Tekan Penggunaan Sepeda Motor
Pimpinan PNM Tegaskan Program Mekaar Solusi bagi Perempuan Indonesia
Kisah Sukses Dewi, Nasabah PNM Kembangkan Bisnis Minuman Kesehatan
Modal Pinjam PNM Mekaar, Dewi Lambungkan Bisnis Minuman Kesehatan
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas