INDONEWS.ID

  • Jum'at, 31/05/2019 23:31 WIB
  • Memotret Kerusuhan 22 Mei, Wajah Muram Demokrasi Indonesia

  • Oleh :
    • very
Memotret Kerusuhan 22 Mei, Wajah Muram Demokrasi Indonesia
Buka Bersama dan Tausyiah Kebangsaan bertajuk

Jakarta, INDONEWS.ID -- Ujaran kebencian, hoaks, dan politik identitas yang mengeksploitasi dan mempolitisasi SARA dianggap menjadi beberapa penyebab suramnya masa depan demokrasi di Indonesia. Hal itu dinilai dapat menurunkan indeks demokrasi Indonesia.

Direktur Indonesian Public Institute (IPI) Karyono Wibowo mengatakan kondisi berbangsa dan bernegara cukup memprihatinkan belakangaan ini. Padahal, demokrasi yang sudah dibangun pasca runtuhnya Orde Baru cukup mahal. Menurut Karyono, Pemilu sebagai instrumen demokrasi mestinya tidak menjadi ajang elit politik memunculkan narasi yang dapat menyebabkan masyarakat terpolarisasi.

Baca juga : Kartelisasi Politik dan Masa Depan Demokrasi Indonesia

"Saya merasa ada beberapa hal yang membuat bangsa ini prihatin. Padahal demokrasi itu sangat mahal, untuk memperjuangkan demokrasi seperti yang kita nikmati saat ini harus melalui gerakan Reformasi 98 yang banyak menimbulkan korban. Karenanya, pemilu sebagai instrumen demokrasi harus disikapi dengan bijak. Demokrasi yang kita capai pasca orde baru sebenarnya sudah berjalan positif, meskipun masih ada kekurangan," ujar Karyono.

Hal tersebut disampaikan Karyono disela-sela Buka Bersama dan Tausyiah Kebangsaan bertajuk "Memotret Peristiwa Kerusuhan 22 Mei, Sebuah Refleksi" di Sekretariat Perkumpulan Gerakan Kebangsaan (PGK), Jakarta Selatan, Jumat (31/5/2019).

Baca juga : Harapan AHY Kepada Jokowi-Ma`ruf dan Anggota Kabinet Indonesia Maju

Menurut Karyono, demokrasi di Indonesia mengalami kemunduran karena wajah demokrasi dipenuhi hoak dan ujaran kebencian. Wajah demokrasi ternodai oleh sikap para aktor politik yang menghalalkan segala cara dan ingin menang sendiri serta mengabaikan konstitusi. Di sisi lain, elit politik mempertontonkan politisasi SARA ke ruang publik. Padahal, politisasi SARA sangat berbahaya karena menimbulkan keretakan sosial dan bisa berujung pada disintegrasi bangsa, seperti halnya wacana referendum untuk memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kini digaungkan.

"Politik identitas itu memang sudah menjadi sunatullah. Itu tidak hanya di Indonesia, di sejumlah negara maju sekalipun ikatan politik berdasarkan identitas sangat kuat. Ada kesaman latar belakang suku, agama, ras dan antar golongan antara pemilih dengan kandidat. Hal itu tidak jadi persoalan. Itu sudah berlaku sejak dulu. Yang jadi persoalan ketika para elit sengaja mengeksploitasinya secara terbuka dan brutal untuk menjatuhkan lawan politik" ujarnya.

Baca juga : Miliki Hubungan Emosional, Ini 6 Calon Menteri Pilihan Timur Indonesia

Terkait aksi demonstrasi yang menyebabkan kerusuhan dan kekerasan, terutama 21-22 Mei, Karyono mengatakan bahwa hal itu sebenarnya sudah diprediksi ketika wacana people power digaungkan. Di satu sisi ada ajakan untuk tidak mempercayai institusi negara. Menurut dia, aksi demonstrasi sebenarnya tidak masalah selama aksi tersebut berjalan damai dan tidak anarkis.

"Saya mendukung upaya menyampaikan pendapat di muka umum karena hal itu bagian dari nilai-nilai demokrasi yang dijamin oleh undang-undang. Tapi dalam menyampaikan pendapat harus tunduk pada konstitusi. Jika melanggar maka sudah seharusnya aparat keamanan mengambil tindakan tegas jika ada tindakan destruktif dan anarkis untuk melindungi masyarakat," katanya.

Untuk diketahui, diskusi dihadiri ketua Umum PGK Bursah Zarnubi, Ketua Umum PB HMI Saddam Al Jihad, Ketua Umum DPP IMM Najih Prasetyo, Ketua Umum DPP KAMMI Irfan Ahmad Fauzi, Ketua Umum DPP GMNI Robaytullah K.Jaya, dan Ketua Umum PP GPII Masri Ikoni dan ratusan mahasiswa serta aktivis lintas generasi. (Very)

Artikel Terkait
Kartelisasi Politik dan Masa Depan Demokrasi Indonesia
Harapan AHY Kepada Jokowi-Ma`ruf dan Anggota Kabinet Indonesia Maju
Miliki Hubungan Emosional, Ini 6 Calon Menteri Pilihan Timur Indonesia
Artikel Terkini
Fundamental Ekonomi Indonesia Cukup Kuat Meredam Dampak Potensi Eskalasi Konflik di Kawasan Timur Tengah Pasca Serangan Iran
Arus Balik Lebaran, 7.663 Pemudik Antarnegara Tercatat Melintas di PLBN Entikong
Perkuat Persatuan, Forum Pemuda Sawahan Bantul Gelar Syawalan Idul Fitri 1445 H
Prof Tjandra: Tahun Ini Mungkin Menjadi Tahun Terburuk Dengue di Benua Amerika
IMLF-2 SatuPena Sumbar Gelar Seminar International di Batusangkar yang Menghadirkan Sejumlah Pembicara Luar Negeri
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas