INDONEWS.ID

  • Minggu, 13/10/2019 20:31 WIB
  • Saran Ma`ruf Amin Soal Penanganan Masalah Radikalisme di Indonesia

  • Oleh :
    • Mancik
Saran Ma`ruf Amin Soal Penanganan Masalah Radikalisme di Indonesia
Wakil presiden terpilih Ma`ruf Amin.(Foto:IST)

Jakarta,INDONEWS.ID - Wakil Presiden terpilih Ma`ruf Amin menyarankan penyelesaian masalah radikalisme di Indonesia harus ditangani secara berkelanjutan dan melibatkan ormas Islam. Keterlibatan ormas Islam dalam menyelesaikan masalah radikalisme berkaitan dengan model penyelesaian secara struktural dan kultural.

Menurutnya, masalah radikalisme di Indonesia masih begitu kuat dan terbukti dengan adanya penyerangan terhadap Menko Polhukam Wiranto. Karena itu, ia meminta penanganan masalah radikalisme dan intoleransi di Indonesia mesti diselesaikan dengan melibatkan semua komponen masyarakat termasuk ormas Islam.

"Kita menangani supaya lebih intensif masalah radikalisme, intoleran ditangani baik struktural mapun kultural," kata Ma`ruf di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat, Minggu,(13/10/2019)

Ia menyebutkan, ormas Islam sangat siap membantu pemerintah dalam menangani masalah radikalimse di Indonesia. Diantaranya adalah Nahdhatul Ulama hingga Muhammadiyah.

"Oleh karena itu penanganan harus lebih instensif dan mengikutsertakan ormas islam, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Nahdhatul Ulama, Muhammadiyah," ungkapnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan, penanganan masalah radikalisme di Indonesia mesti dilakukan dengan metode yang tepat. Pemerintah dan pihak keamanan ke depan akan merumuskan kembali metode yang efektif agar masalah ini benar-benar selesai.

Ma`ruf menegaskan, masalah radilisme tidak boleh diselesaiakan dengan cara-cara represif. Masalah ini perlu dibedah dari hulu hingga ke hilirnya hingga pemerintah mampu menemukan metode yang tepat.

"Untuk kulturalnya tidak hanya redikalisasi yang menangani dari hilir, tapi hulu pencegahannya," jelasnya.

Terhadap warga masyarakat yang terpapar paham radikalisme, menurutnya, menjadi kewajiban bagi pemerintah untuk mengembalikan mereka pada kondisi yang normal. Perlu menggunakan cara-cara dialogis sehingga warga yang terpapar radikalisme mampu meninggalkan paham tersebut.

"Jadi lebih intensif ke depannnya, tapi dengan cara yang soft artinya tidak represif untuk menangkal maupun mengembalikan mereka yang terpapar," pungkasnya.

 

 

Artikel Terkait
Artikel Terkini
Upacara Peringatan ke-116 Hari Kebangkitan Nasional di Kabupaten Maybrat: Menuju Indonesia Emas
Di Acara Mengenang Tokoh Pers Nasional Prof Salim Haji Said, Pemred Asri Hadi Bertemu Bacalon Walkot Tangsel
Raih Gelar Doktor Honoris Causa Gyeongsang National University (GNU), Menko Airlangga Diakui Dedikasinya dalam Kemitraan Strategis Indonesia-Korea Selatan
ICC Terbitkan Surat Penangkapan Terkait Konflik Gaza, Hikmahanto: Tiga Alasan Masih Sulit Dilakukan
"Sekolah Damai" di SMA 3 Semarang, BNPT: Upaya Ciptakan Lingkukngan Pendidikan Aman, Damai, dan Penuh Nilai Toleransi
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas