Jakarta, INDONEWS.ID - Sebagai bentuk refleksi terhadap momentum hari sumpah pemuda, Sahabat Kreatif mengelar acara Diskusi Panel dengan tema "Pemuda Mandiri Membangun Negeri". Diskusi ini di gelar di gedung PB PMII, Jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat, Kamis (31/10/2019).
Adapun para Narasumber yang dihadirkan adalah Pengamat Sosial Media Komunikonten, Hariqo Wibawa Satria, Ketua Umum Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI) Wahida Baharudin Upa dan Jurnalis TIMES Indonesia Edi Junaidi DS serta Pengurus Besar Bidang Politik, Advokasi dan Publik PB PMII Ananda Lamandau
Dalam kesempatan itu, Hariqo selaku pemerhati Sosial Media mengatakan tantangan terberat yang dihadapi pemuda Indonesia saat ini adalah lemahnya sistem kontrol atas media sosialnya dengan baik. Kendati perlu diingat bahwa di media sosial (Medsos) tidak hanya dipandang negatifnya. Namun ada Nilai-Nilai positif yang juga bisa dimanfaatkan.
"Termasuk untuk kemandirian, di medsos kan juga ada, kalian bisa mengunakannya untuk berjualan kemudahan transaksi dan lain sebagainya. Nah diera digital seperti saat ini media sosial juga penting untuk diperhatikan secara serius. Disana para pemuda juga bisa mengembangkan diri tampa harus meminta belas kasih kepada pemangku kepentingan tertentu," kata Hariqo.
Sementara, Wahida lebih banyak mengurai pada aspek keadilan yang saat ini dinilai tidak merata bagi rakyat miskin. Menurut dia seharusnya pemerintah sudah saat ada dalam setiap kesusahan warganegaranya sendiri dan dalam menyikapi situasi yang tidak menentu seperti itu pemuda diajak sama-sama bergerak dalam menegakkan keadilan.
"Memang selama ini kita tidak puas dengan pemerintah, tapi kan masih bisa melawan dengan cara lain yang nantinya bisa mengentaskan kemiskinan tersebut. Dan kalau pemuda lebih bersatu dan mau bekerjasama dengan kami dalam hal mengentaskan kemiskinan non pemerintah ini ??? Moggo kita jalan bareng-bareng," ucap Wahida.
Pengurus Besar Bidang Politik, Advokasi dan Publik PB PMII Ananda Lamandeu selaku pembicara yang mewakili Millenial mengatakan bahwa pemuda saat ini tidak lagi tantangan nya berbentuk pisik seperti di masa penjajahan terdahulu. Namun lebih pada kualitas pendidikan yang perlu ditingkatkan dan peran dari pemuda itu dengan tidak bersikap apatis dalam setiap keadaan tertentu di negara ini.
"Fungsi sebagai agen of Change dan agen of control itu sebetulnya perlu juga dipertanyakan, apakah sudah maksimal di lapangan??? Kalau sudah maksimal ya jangan ragu-ragu kita teruskan saja cita-cita dan gerakan kita tersebut," pungkas Ananda (EJ)