INDONEWS.ID

  • Jum'at, 08/11/2019 16:59 WIB
  • Sindir Mendagri, Eks KPU: Pilkada Langsung Karena DPRD Korup, Mau Kembali ke Sana

  • Oleh :
    • Rikard Djegadut
Sindir Mendagri, Eks KPU: Pilkada Langsung Karena DPRD Korup, Mau Kembali ke Sana
Hadar Nafis Gumay (Foto: Rumah Pemilu.com)

Jakarta, INDONEWS.ID - Mantan Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Hadar Nafis Gumay menyindir Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian soal wacana Pilkada tidak langsung. Menurut Hadar, pilkada langsung diambil justru karena DPRD yang korup.

"Jangan lupa, salah satu faktor kenapa kita sepakat pindah ke pemilihan langsung karena permainan uang di DPRD. Kita mau kembali ke sana?" kata Hadar saat dihubungi seperti dikutip dari CNNIndonesia.com, Jumat (8/11).

Baca juga : JK Negarawan Luwes dan Selalu Menjaga Tali Silaturahim

Hadar menilai wacana mengembalikan pilkada tidak langsung adalah langkah mundur reformasi. Sebab pilkada langsung dibuat untuk menciptakan pemilihan yang akuntabel.

Pendiri lembaga NetGrit itu mengaku ia sepakat jika proses pilkada dievaluasi. Namun, kata Hadar, bukan evaluasi yang merembet untuk mengubah sistem pemilihan langsung.

Baca juga : Kartelisasi Politik dan Masa Depan Demokrasi Indonesia

Hadar berkata pemilihan tidak langsung akan membuat kepala daerah lebih loyal ke kalangan partai. Sehingga, membuat mereka tak akuntabel kepada masyarakat yang dipimpin.

"Dengan sistem pemilihan di DPRD kepala daerah kembali setiap tahun akan `ditagih` oleh parpol-parpol di DPRD," tutur Komisioner KPU pada periode 2012-2017.

Baca juga : Jubir Presiden Pastikan Jokowi Hadiri Penutupan Kongres Partai Nasdem

Hadar mengatakan tak ada kaitan sistem pilkada langsung dengan banyaknya kasus korupsi yang menjerat kepala daerah. Oleh karena itu, Hadar menyarankan Tito sebagai mendagri agar fokus pada dua faktor yang menyebabkan kepala daerah terlibat tindak pidana korupsi.

Pertama, Tito diminta membenahi lemah pencegahan dan penegakan hukum yang masih lemah terkait pengelolaan anggaran daerah. Kedua, Hadar menyarankan Tito mengevaluasi proses penjaringan kepala daerah oleh partai politil agar lebih demokratis, transparan, dan partisipatif.

"Masalah banyak kepala daerah kena OTT itu karena memang kepala daerah yang berasal dari calon yg bermasalah. Para calon berasal atau diusulkan dari parpol atau gabungan parpol. Proses asal ini yang bermasalah," ucap Hadar.*(Rikardo).

Artikel Terkait
JK Negarawan Luwes dan Selalu Menjaga Tali Silaturahim
Kartelisasi Politik dan Masa Depan Demokrasi Indonesia
Jubir Presiden Pastikan Jokowi Hadiri Penutupan Kongres Partai Nasdem
Artikel Terkini
Catatan Kasih KBCF Teruntuk Marsekal (Purn) Chappy Hakim
Dugaan Langgar Netralitas dan Disiplin, Barikade Laporkan Sekda Kota Depok Supian Suri ke KASN dan BKN
Maju Pilgub Papua Pegunungan, Bupati Mamberamo Raya Daftar ke Partai Gelora
Hadir di KTT WWF Bali, AHY Bahas Tiga Hal Penting Terkait Air
Libur Waisak 2024, KAI Siapkan 20 Kereta Tambahan
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas