INDONEWS.ID

  • Minggu, 09/02/2020 10:46 WIB
  • Terowongan Toleransi Istiqlal - Katedral: Mengapa Masih Asyik Bermain Simbol?

  • Oleh :
    • Rikard Djegadut
Terowongan Toleransi Istiqlal - Katedral: Mengapa Masih Asyik Bermain Simbol?
Pengamat Sosial Media Rudi S Kamri (Foto: Ist)

Oleh: Rudi S Kamri*)

Opini, INDONEWS.ID - Beberapa hari ini kembali saya terhenyak dengan langkah kuda Presiden Jokowi. Kali ini langkah kudanya tak jelas arah. Ceritanya beliau berniat akan segera merealisasikan pembangunan terowongan antara masjid Istiqlal dengan gereja Katedral. Ide orisinal terowongan tersebut sejatinya bukan dari Presiden Jokowi, melainkan merupakan ide Bung Karno beberapa puluh tahun yang lalu.

Baca juga : Noel vs Gerakan Anti Terorisme: Menunggu Nyali Seorang Erick Thohir

Ada pernyataan yang mengganjal di benak saya. Apa manfaat keberadaan terowongan itu ? Mengingat jarak antara masjid Istiqlal dengan gereja Katedral saling bersebelahan hanya dipisahkan jalan selebar 8 - 10 meter. Presiden Jokowi mengatakan terowongan bawah tanah ini adalah simbol toleransi. Benarkah ?

Jujur saya sangat menyangsikan. Bagi saya toleransi tidak cukup hanya dikiaskan dengan sebentuk terowongan. Sejatinya toleransi tidak membutuhkan simbol apapun, tapi memerlukan tindakan nyata yang tegas dari Pemimpin Negara untuk menutup ruang intoleransi berkembang biak di negeri ini.

Baca juga : Gonjang-ganjing PDiP: Tidak Takut Diberikan Sanksi Rakyat Seperti Demokrat 2014?

Buat apa dibuat terowongan toleransi yang menghabiskan uang negara ratusan miliar, tapi gereja di Tanjung Balai Kabupaten Karimun Kepulauan Riau tetap tidak boleh berdiri dan melakukan pelayanan rohani kepada umat kristiani ? Buat apa di buat terowongan toleransi yang megah penuh ornamen bisu, tapi sampai detik ini gereja di Yasmin Bogor tidak kunjung bisa berdiri ? Buat apa ada terowongan toleransi berwarna-warni, kalau pelaku perusakan Pura di Banyuwangi tidak diproses hukum sebagaimana mestinya ?

Presiden seharusnya berhenti melakukan pencitraan dengan cara membangun sesuatu bangunan yang berpotensi minim manfaat tapi menghabiskan anggaran negara. Seharusnya Presiden Jokowi mulai tegas bersikap terhadap banyaknya kasus intoleransi yang beterbaran di seluruh pelosok negeri. Intoleransi dan radikalisme tidak bisa diselesaikan hanya dengan bangunan- bangunan simbolik bisu. Tapi diperlukan ketegasan dan aksi nyata Pemimpin Negara untuk memberangus tumpas sampai ke titik nol.

Baca juga : Saya Mimpi PDIP Diare Karena Kebanyakan Minum Teh Botol

Yang saat ini sangat urgent dibangun oleh Presiden adalah terowongan nurani manusia Indonesia agar mau bersambut dan bersambung menerima perbedaan. Hal itu bisa dilakukan dengan pembumian nilai-nilai Pancasila melalui program nyata yang sesuai perkembangan zaman. Namun nyatanya sampai saat ini program itu tak kunjung ada. Revisi dan revitalisasi program revolusi mental juga tak kunjung jelas arahnya. Alih-alih melakukan percepatan program pembangunan manusia Indonesia yang Pancasilais, yang ada justru malah akan membangun terowongan. Buat apa Pak Presiden ?

Saat suasana kebatinan masyarakat waras Indonesia masih terluka dan kecewa dengan wacana pemulangan ex WNI anggota ISIS dan keberadaan Menteri Agama yang tanpa guna, sekarang rakyat dipaksa menerima pembangunan terowongan yang tidak jelas manfaatnya. Duuuh.....

Lelah batin ini menemukan konsep penanganan intoleransi ternyata hanya masih sebatas ilusi, Pak Presiden !!!

Salam SATU Indonesia
09022020

Rudi S Kamri adalah pegamat sosial politik tinggal di Jakarta

Artikel Terkait
Noel vs Gerakan Anti Terorisme: Menunggu Nyali Seorang Erick Thohir
Gonjang-ganjing PDiP: Tidak Takut Diberikan Sanksi Rakyat Seperti Demokrat 2014?
Saya Mimpi PDIP Diare Karena Kebanyakan Minum Teh Botol
Artikel Terkini
Pos Fohuk Satgas Yonif 742/SWY Dampingi Petani Panen Kacang Tanah di Perbatasan RI-RDTL
Rayakan HUT Indonews.id ke-8, Pemred Asri Hadi Ajak Pembaca Setia Bantu Penderita Kanker di Indonesia, Begini Caranya!
Pj Wali Kota Kediri: Yogyakarta Punya Malioboro, Kota Kediri Punya BrantasTic
Sudah Dibatalkan MK, Partai Buruh Akan Gugat Aturan Pencalonan Pilkada
Update Banjir Bandang di Agam, Korban Meninggal 19 Orang
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas