INDONEWS.ID

  • Kamis, 19/03/2020 22:15 WIB
  • Berbagai Fakta di Balik Polemik Pentahbisan Uskup Ruteng, Sentil-sentilan soal "Fides et Ratio"

  • Oleh :
    • Rikard Djegadut
Berbagai Fakta di Balik Polemik Pentahbisan Uskup Ruteng, Sentil-sentilan soal "Fides et Ratio"
Uskup Ruteng Mgr. Siprianus Hormat, Pr. (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Sebanyak 36 uskup dan sekitar 3.000an umat (dari target awal yakni 10.000) menghadiri misa tahbisan Uskup Ruteng Mgr Siprianus Hormat Pr oleh Kardinal Mgr Ignatius Suharyo SJ di Gereja Katedral Ruteng, Kabupaten Manggarai, Nusa tenggara Timur, Kamis (29/3/2020).

Kabag Penum Mabes Polri, Kombes Asep Adi Saputra mengatakan acara misa tahbisan Uskup Ruteng berjalan aman.

Baca juga : Siapkan Penyusunan Peraturan Pembangunan Ekonomi Jangka Panjang, Delegasi Baleg DPR RI Berdiskusi dengan Pemerintah Kenya

"Kegiatan Tahbisan Uskup Ruteng sudah berlangsung hari ini dengan aman dan terkendali pukul 12.30 WITA. Secara keseluruhan, ‎rangkaian acara terlaksana sesuai dengan para penyelenggara," ungkap Kombes Asep Adi Saputra di Bareskrim Polri, Kamis (19/3/2020).

Asep menambah kegiatan masyarakat di Ruteng sudah kembali normal, aktivitas kembali berjalan. ‎Diketahui, acara misa tahbisan ini sempat dikabarkan batal karena ancaman virus corona.

Baca juga : Bakti Sosial dan Buka Puasa Bersama Alumni AAU 93 di HUT TNI AU ke-78

Nyatanya acara tetap berlangsung dipimpin Kardinal Suharyo serta dihadiri sejumlah uskup, biarawan, biarawati serta tiga ribuan umat Ruteng.

Selama acara berlangsung, panitia terus mengupdate melalui media sosial‎ Komsos KWI. Untuk mendukung kenyamanan dan kesehatan, panitia melakukan beragam antisipasi.

Baca juga : Satgas BLBI Tagih dan Sita Aset Pribadi Tanpa Putusan Hukum

Para tamu yang datang diperiksa suhu tubuhnya, ucapan selamat datang terhadap tamu dilakukan dengan mengatupkan tangan di dada.

Sebelum memasuki katedral, semua umat, imam, uskup, biarawan dan biarawati diminta membersihkan tangan dengan hand sanitizer yang disiapkan di gerbang masuk.

Umat yang mengalami gangguan pernafasan seperti flu dan batu dihimbau mengikuti perayaan tahbisan dari rumah melalui siaran radio maupun media sosial.

Dikecam Banyak Pihak

Banyak pihak mengecam terselenggaranya kegiatan pentahbisan uskup baru Keuskupan Ruteng itu. Kecaman tersebut dilayangkan mengingat ancaman dan bayang-bayang kematian akibat virus corona menghantui masyarakat dunia, Indonesia dan secara khusus umat keuskupan Ruteng.

Kecaman itu dilayangkan berbagai pihak dan bertebaran memenuhi lini masa sosial media. Terutama setelah Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Virus Corona Doni Monardo meminta Kardina Suharyo menunda acara Pentahbisan Mgr. Siprianus Hormat sebagai Uskup Ruteng, guna mencegah penularan Virus Corona.

Permintaan penundaan itu disampaikan Doni Monardo dalam suratnya kepada Kardinal dan Bupati Manggarai sehari sebelumnya, pada Rabu (18/3/2020).

Dalam suratnya, Doni beralasan bahwa pertemuan orang dalam jumlah banyak tersebut dapat berpotensi jadi tempat menyebarkan virus corona.

Menurut Doni kondisi itu berbahaya jika carrier bertemu dengan lansia atau orang yang memiliki penyakit bawaan. Mereka dapat menularkan virus corona dan menyebabkan kematian.

"Sangat berbahaya bila menular kepada orang lanjut usia atau memiliki penyakit bawaan. Carrier tersebut bisa berpotensi menjadi pembunuh potensial karena bisa menyebabkan kematian," kata Doni.

Silang Pendapat Antar Dua Kubu

Namun dari sejumlah postingan dan perdebatan di berbagai lini massa sosial media, secara umum terpecah menjadi dua kubu yakni kubu pertama meminta acara dibatalkan dan kubu kedua mendukung acara tetap dilaksanakan.

Secara umum kubu pertama meminta pentahbisan dibatalkan dengan alasan untuk menghindari penyebaran virus corona. Pertimbangannya adalah kegiatan tersebut melibatkan perkumpulan massa dalam jumlah yang banyak. Terutama, pemerintah pusat melalui BNPB sudah mengirimkan surat imbauan pembatalan.

Sementara itu, kubu kedua beralasan bahwa acara tidak bisa dibatalkan mengingat agenda sudah disiapkan jauh-jauh hari secara matang. Ditambah lagi upaya mengumpulkan para uskup bukan hal yang mudah. Selain itu, mereka beralasan bahwa Gereja, Pemda dan Pemprov sudah melakukan sterilisasi yang cukup ketat.

Selain alasan itu, sisi Fides dan Ratio juga jadi perdebatan. Bagi kubu yang menghendaki acara dibatalkan, menganggap dirinya sebagai kelompok orang yang mengimani Allah dengan bersandarkan pada "akal sehat". Anggapan ini sekaligus menuding para pihak yang menginginkan acara tetap dilaksanakan sebagai kumpulan orang yang beriman tanpa akal sehat. 

Sebaliknya, kubu yang menginginkan acara tetap dilaksanakan menilai bahwa baik pihak Gereja, maupun Pemprov NTT dan Pemda Manggarai sudah melakukan langkah-langkah antisipasi dan pencegahan sesuai dengan protokoler yang dianjurkan. Namun, karena proses pendeteksian virus corona yang membutuhkan 12 hari, maka dari itu perlu sebuah "act of faith", membiarkan "Kuasa Ilahi" yang bekerja.

Mereka mengklaim bahwa justru dalam kondisi seperti inilah, iman kita diuji. Para uskup yang hadir pun, kubu ini berdalih, sudah mengetahui bahaya corona itu. Namun mereka tetap bergerak dalam cahaya iman meskipun ancaman, ketakutan, teror dan bayang-bayang kematian akibat corona terus menghantui.

Sikap Pemprov NTT

Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Nusa Tenggara Timur (NTT) Marius Jelamu mengatakan acara pentahbisan tersebut tetap dilaksanakan di tengah pandemi virus korona (covid-19) karena kegiatan itu dipersiapkan sejak lama.

"Tetapi mereka tetap mengikuti arahan kita yaitu dibuat sederhana dan tidak boleh melibatkan banyak umat," kata Marius Jelamu seperti dikutip Media Indonesia di Kupang, Kamis (19/3).

Acara dilaksanakan dengan mengikuti arahan pemerintah provinsi yakni jumlah umat yang awalnya antara 7.000-10.000 orang, saat penahbisan hanya sekitar 1.000 orang, serta para umat diminta tetap menjaga jarak.

Tempat duduk mereka sudah diatur berjarak satu meter. Selain itu, sebelum masuk lokasi penahbisan, seluruh umat tetap mejalani pemeriksaan suhu tubuh menggunakan thermogun, sedangkan ruangan gereja sudah dilakukan disinfektan.

"Jadi, sudah dikontrol secar ketat. Karena mengumpulkan para uskup dari seluruh Indonesia ini tidak mudah," pungkas Marius.

Tidak Perlu Marah-marah

Salah satu tokoh asal NTT sekaligus politikus Demokrat Benny K Harman keberatan dengan imbauan Kepala Gugus Percepatan Penanganan Corona COVID-19 Doni Munardo. Ia menilai Doni lamban menyosialisasikan COVID-19.

"Sosialisasinya bagaimana itu, orang sudah siap semua lalu minta tunda tidak mungkinlah," ujar Beni K Harman dihubungi VIVA pada Kamis 19 Maret 2020.

Anggota Komisi III DPR itu juga sangat menyayangkan pihak-pihak yang kemudian menyalahkan Keuskupan Ruteng atas diselenggarakannya penahbisan tersebut sebab menurutnya surat Doni Munardo baru dibuat kurang dari 24 jam.

"Kan baru tadi malam surat itu masuk di saat semuanya sudah ready untuk pentahbisan. Saya dengar ada yang marah dengan sikap keuskupan Ruteng itu artinya orang itu tidak bagus rasa toleransinya. Tidak perlu marah-marah lah," ujar Beni K Harman.

BKH demikian sapaan akrab Beni justru memuji cara protokoler Keuskupan Ruteng yang terus mengingatkan semua pihak untuk mewaspadai penyebaran virus Corona bahkan hal itu berkali-kali disampaikan di mimbar gereja dan surat pastoral. Beni juga hadir dalam misa pentahbisan Mgr. Siprianus.

"Saya hadir dan duduk paling depan. Tadi itu protokolnya bagus sekali, meminta umat untuk melakukan tes suhu tubuh serta cuci tangan. Saya sendiri ikut tes suhu dan cuci tangan sebelum masuk ke gereja," imbuhnya.

Imbaun BNPB Lamban

Dalam sebuah postingan di Facebook, salah satu sahabat Doni mempertanyakan mengapa imbaunnya soal pembatalan acara pentahbisan itu tidak diindahkan Konferensi Waligereja Indonesia. Padahal, kegiatan serupa yakni acara Ijtima Dunia 2020 (umat Islam) di Gowa Sulawesi berhasil dibatalkan secara resmi.

"Saya bertanya kepada beliau apakah surat resmi disampaikan kepada Ketua KWI. Bang Doni menjawab, beliau hanya sempat mengirim pesan WA kepada Bapak Ignatius Kardinal Suharyo selaku Ketua KWI tadi malam. Beliau terlambat mendapat info tentang acara besar dan massal itu," ungkap akun atas nama Valen Daki Soo seperti dikutip pada Kamis (19/3/2020) malam. 

Doni pun berharap upacara yang telah berlangsung di Ruteng tidak berdampak buruk dari segi kesehatan, dan semua peserta yang hadir tetap sehat walafiat.

Selamat bertugas untuk Mgr. Siprianus Hormat, Pr dengan motto episkopal "Omnia in Caritate"! *(Rikardo).

Artikel Terkait
Siapkan Penyusunan Peraturan Pembangunan Ekonomi Jangka Panjang, Delegasi Baleg DPR RI Berdiskusi dengan Pemerintah Kenya
Bakti Sosial dan Buka Puasa Bersama Alumni AAU 93 di HUT TNI AU ke-78
Satgas BLBI Tagih dan Sita Aset Pribadi Tanpa Putusan Hukum
Artikel Terkini
Siapkan Penyusunan Peraturan Pembangunan Ekonomi Jangka Panjang, Delegasi Baleg DPR RI Berdiskusi dengan Pemerintah Kenya
Bakti Sosial dan Buka Puasa Bersama Alumni AAU 93 di HUT TNI AU ke-78
Satgas BLBI Tagih dan Sita Aset Pribadi Tanpa Putusan Hukum
Gelar Rapat Koordinasi Nasional, Pemerintah Lanjutkan Rencana Aksi Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan
Pj Bupati Maybrat Diterima Asisten Deputi Bidang Pengembangan Kapasitas SDM Usaha Mikro
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas