INDONEWS.ID

  • Jum'at, 03/04/2020 20:30 WIB
  • Melihat Cara Zahara, `Kota Lansia` di Atas Bukit Melawan Ganasnya Pandemi Corona

  • Oleh :
    • Rikard Djegadut
Melihat Cara Zahara, `Kota Lansia` di Atas Bukit Melawan Ganasnya Pandemi Corona
Kota Zahara dulu menjadi benteng pertahanan. Kini ramai sebagai destinasi wisata. (iStockphoto/stocknshares)

Jakarta, INDONEWS.ID - Zahara, sebuah kota yang separuh penghuninya merupakan kaum lanjut usia (lansia) memiliki cara tersendiri melindungi diri dari serangan virus corona yang tengah melanda dunia saat ini.

Kota dengan nama lengkap Zahara de la Sierra ini, pada zaman dulu, memang digunakan sebagai benteng untuk menangkis serangan musuh di selatan Spanyol.

Bangsa Moor dan Kristen memperebutkan Zahara de la Sierra di abad pertengahan. Prancis juga sempat mengincarnya pada tahun 1812.

Zahara memang sangat strategis. Berdiri di atas bukit dengan pemandangan langsung ke seantero Andalusia. Kekayaan alam di sekitarnya juga melimpah.

Perang Lawan Covid-19

Usai zaman perang, kini Zahara kembali digempur oleh musuh yang hampir tak kasat mata bernama virus corona COVID-19.

Sejak 14 Maret 2020, Zahara sudah memutuskan hubungan dari dunia luar demi melindungi warganya dari serangan virus yang bisa mematikan itu.

Tindakan itu dirasa tak berlebihan, mengingat banyak kakek dan nenek yang tinggal di sini. Kaum lansia, terutama yang memiliki penyakit bawaan, memang sangat rentan tertular corona.

Walikota Zahara, Santiago Galván yang masih berusia 40 tahun, memutuskan untuk memblokir empat dari lima pintu masuk ke kotanya.

Hingga saat ini belum dikabarkan ada kasus positif atau kematian akibat corona yang tercatat di antara 1.400 penduduk kota Zahara.

Yang menyedihkan, ada banyak kasus yang terjadi di kota dan desa di luar Zahara.

"Sudah lebih dari dua minggu, dan saya pikir itu pertanda baik," kata Galván, seperti yang dikutip dari CNN Travel pada Jumat (3/4).

Langkah tegas sang walikota mendapat dukungan penuh dari penduduk kota, dan terutama kaum lansia.

Hampir seperempat dari penduduk Zahara berusia lebih dari 65 tahun; ada lebih dari 30 penduduk di panti werdha.

Melindungi kota nan cantik

Rumah-rumah bertembok putih dan ruas jalan di lereng bukit yang curam, ditambah benteng-benteng abad pertengahan dan perkebunan zaitun, menjadi pemandangan utama di Zahara.

Satu jam berkendara mobil dari Seville, kota ini adalah salah satu objek wisata andalan di Spanyol sebelum corona mendunia.

Galván mengatakan bahwa dalam beberapa hari pertama lockdown lokal, mereka harus memulangkan rombongan turis asal Prancis dan Jerman yang tidak mengetahui aturan penguncian kota.

Pos pemeriksaan di satu pintu masuk yang masih dibuka terlihat dijaga seorang polisi.

Dua pria yang mengenakan pakaian pelindung - yang biasanya digunakan untuk menyemprot kebun, terlihat sibuk menyemprot kendaraan yang masuk dengan disinfektan.

"Tidak ada kendaraan yang tidak melewati proses ini," kata Galván.

Walikota mengakui bahwa tindakan seperti ini mungkin 80 persen efektif, namun dengan melakukannya ia membuat semua orang di Zahara merasa tenang.

"Kami berhasil memberikan ketenangan kepada penduduk," katanya. Mereka tahu tidak ada yang `tidak dikenal` yang bisa masuk ke kota," kata sang wali kota.

Tindakan pencegahan serupa telah diperkenalkan di dalam Zahara.

"Setiap Senin dan Kamis pukul 17.30, sekelompok orang mendisinfeksi kota, semua jalanan, alun-alun, dan halaman rumah," kata Galván.

Salah satu anggota kelompok tersebut adalah petani setempat, Antonio Atienza, yang traktornya penyemprot pupuknya kini digunakan untuk menyemprot jalanan dengan disinfektan.

Pertokoan melayani pembelian dengan sistem pesan antar demi mengurangi kerumunan orang di jalanan, terutama juga untuk membantu kaum lansia yang rentan kesehatannya.

Asosiasi perempuan Zahara ikut melakukan pengantaran makanan ke rumah-rumah lansia yang masuk pemantauan fisik ringkih atau tinggal sebatang kara. Setiap hari mereka meninggalkan makanan di pintu rumah para lansia tersebut.

Anak-anak tidak ketinggalan dihibur. Kota Zahara mengoperasikan mobil karnaval. Saat berkeliling, terdengar lagu-lagu meriah dari mobil yang juga dihiasi lampu warna-warni itu.

"Anak-anak bisa menikmati hiburan ini dari balkon rumah mereka," kata Galván.

Sama seperti kota-kota lain di Spanyol, sebagian besar penduduk Zahara juga hidup dari industri pariwisata. Ada 19 restoran dan bar di sini yang sekarang terpaksa tutup.

Pemerintah kota telah menganggarkan dana bantuan untuk penduduk yang kesulitan membayar listrik, air, dan pajak selama keadaan darurat nasional di Spanyol.

Bagi Galván, inisiatif itu lebih dari sekadar bantuan keuangan, namun tentang melestarikan Zahara sebagai komunitas.

Tetapi ia tahu bahwa pada akhirnya, Zahara akan membutuhkan bantuan dari pemerintah pusat jika krisis ini terus berlanjut.

"Kami akan membutuhkan semacam bantuan keuangan jika krisis ini tetap berlangsung," kata Galván yang berharap "serangan" di kota benteng Zahara segera berlalu.*(Rikardo). 

Artikel Terkait
Artikel Terkini
Pos Mahen Satgas Yonif 742/SWY Ajari Murid SDN Baudaok Cara Mengolah Sampah Plastik
Indonesia-Kazakhstan untuk Rampungkan Perjanjian Promosi dan Perlindungan Investasi
Prof Dr H Yulius SH MH Ketua Kamar TUN Mahkamah Agung Diwawancara Ekslusif Majalah MATRA
Dorong Ekonomi Nasional Lebih Transformatif, Menko Airlangga Jalin Kerja Sama Global
PLBN Motamasin Terima Kunjungan Konsulat Timor Leste, Bahas Isu Keimigrasian Antarnegara
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas