INDONEWS.ID

  • Kamis, 16/04/2020 11:31 WIB
  • Peneliti Harvad Prediksi Pandemi Corona Terus Menyebar hingga 2024

  • Oleh :
    • Rikard Djegadut
Peneliti Harvad Prediksi Pandemi Corona Terus Menyebar hingga 2024
Ilustrasi Physical Distancing (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Asosiasi peneliti dari Harvard T.H. Chan School of Public Health mengungkapkan pandemi virus corona SARS-Cov-2 berpotensi akan terus muncul meskipun kebijakan lockdown telah dicabut.

"Pengawasan harus lebih ketat karena virus ini dapat muncul kembali dan menyebar hingga 2024," tegas Lipsitich.

Oleh karena itu, para peneliti berpendapat bahwa tes Covid-19 perlu ditingkatkan secara masif di suatu negara untuk menentukan ambang batas kebijakan physical distancing.

Peneliti itu mengatakan kebijakan physical distancing (jaga jarak fisik) mesti diperpanjang hingga 2022. Para peneliti mendasari prediksinya pada kondisi yang hingga saat ini belum menemukan obat atau vaksin yang tersedia untuk penanganan covid-19.

"Kebijakan jaga jarak kemungkinan perlu dilakukan hingga tahun 2022, kecuali sudah ada pengobatan dan vaksin yang tersedia untuk mengobati pasien Covid-19," kata salah satu peneliti Marc Lipsitch kepada jurnalis diktuip dari CNN.

Namun jika obat dan vaksin telah tersedia, pemerintah dapat mengambil kebijakan untuk melonggarkan durasi lockdown.

Para peneliti saat ini tengah mengkaji lebih jauh seberapa kebal mantan pasien positif Covid-19 pada virus yang sama, sebab dikhawatirkan orang itu bakal kembali terjangkit.

Berdasarkan jurnal yang ditulis peneliti berjudul, "Projecting The Transmission Dynamics of SARS-CoV-2 Through The Postpandemic Period", kemungkinan kekebalan imun mantan penderita Covid-19 hanya dapat bertahan selama satu tahun tetapi ini mesti diidentifikasi lebih lanjut.

Tim peneliti Harvard kembali menegaskan virus corona baru tidak berhenti pada gelombang awal saja, berkaca pada kasus wabah SARS yang terjadi tahun 2002-2003 seperti dilansir Science Alert.

Di China terdapat penemuan 89 kasus baru virus corona saat negara ini sedang berupaya mencegah gelombang kedua pandemi. Komisi Kesehatan Nasional di China melaporkan hampir semua kasus baru itu merupakan kasus impor, yakni penularan virus dari warga yang baru datang dari luar negeri.

Data jumlah kasus infeksi virus corona di seluruh dunia hingga 15 April telah mencapai 1.997.620 orang. Korban meninggal akibat Covid-19 sebanyak 126.596 jiwa dan 478.425 pasien dinyatakan sembuh.

Amerika Serikat menjadi negara dengan kasus dan kematian terbanyak yaitu 26.047 orang. Sedangkan pasien positif sebanyak 613.886 orang dan 38.820 telah dinyatakan sembuh.

Korea Selatan merupakan negara yang paling terdampak virus corona di Asia. Negara ini memiliki 10.564 kasus positif, 222 orang meninggal, dan 7.534 orang sembuh.*(Rikardo)

Artikel Terkait
Artikel Terkini
Prof Dr H Yulius SH MH Ketua Kamar TUN Mahkamah Agung Diwawancara Ekslusif Majalah MATRA
Dorong Ekonomi Nasional Lebih Transformatif, Menko Airlangga Jalin Kerja Sama Global
PLBN Motamasin Terima Kunjungan Konsulat Timor Leste, Bahas Isu Keimigrasian Antarnegara
Menteri Harus Mampu Membaca Tanda-tanda Zaman untuk Menggerakan Semangat Indonesia
MRP Desak Presiden Jokowi Pastikan Cakada 2024 Se-Tanah Papua Diisi Orang Asli Papua (OAP)
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas